"Aku ingin keluar kota untuk mencari duniaku yang kuinginkan di sana" Jawab Keenan, Hino mengeryitkan alisnya.
"Writer?"
"Ya"
"Kau udah izin?" Tanya Hino merasa ragu.
"Ck, untuk apa izin kalau orang tuaku tidak mendukungku? yang ada aku seakan dipenjara di rumah itu." Jawab Keenan sedikit kesal, Hino menatap sahabatnya tidak percaya, yang ia tahu Keenan adalah anak yang penurut kepada orang tuanya, tapi untuk saat ini, Hino bisa mengerti dengar keadaannya.
"Baiklah, aku akan membantumu. Tapi aku belum bisa jika hari ini." Ucao Hino kemudian.
"Aku mengerti, Hin. Rencananya besok baru berangkat, malam ini aku ingin menginap di sini dulu, apa boleh?" Tanya Keenan sambil menatap sahabatnya itu.
"Ck, kalau aku tidak mengizinkanmu tidak mungkin akan kubukakan pintu" Jawab Hino menatap Keenan malas, Keenan tertawa melihat ekspresi sahabatnya, sebenarnya Ia juga tahu bahwa Hino pasti akan mau membantunya, tapi Keenan hanya sekedar berbasa basi.
"Kau memang bisa diandalkan". Puji Keenan sambil menepuk-nepuk pundak Hino.
"Hm sudahlah, bawa koper itu ke kamar yang ada di sebelah, di sebelah pintu kamarku, tahu kan dimana?"
"Tahu, baiklah aku akan menyimpannya dulu, biar aku yang memesan makanan untuk makan malam ini." Keenan beranjak sambil membawa koper miliknya.
"Hm terserah kau saja." Hino
Ditempat lain, dirumah keluarga Papa Lukman, Mama Rania terlihat bertengkar dengan sang suami setelah Keenan meninggalkan rumah itu,
"Ini semua salah papa! Coba kalau papa tidak egois seperti ini, Keenan tidak akan pergi pah!" Ucap Mama Rania sedih, marah, dicampur kecewa. Ia masih terus menyalahkan suaminya.
"Cukup Rania!" Bentak Papa Lukman.
"Bukan aku yang egois, tapi anak itu! Kamu selalu memanjakan dia sejak kecil makanya dia jadi anak pembangkang sampai sekarang." Tutur Papa Lukman emosi.
"Keenan adalah anak penurut asal papa tau, dia juga punya mimpi sendiri, masa depan sendiri! Kenapa Papa selalu menuntutnya? Bukankah yang dia katakan juga benar? Masih ada Kevin yang bisa menjadi penerus perusahaan, tidak harus Keenan, Pah" Jelas Mama Rania lagi.
"Aaahh, sudah. Aku sudah muak dengan ini semua. Biarkan anak pembangkang itu pergi, kalau perlu katakan padanya tidak perlu kembali lagi." Ucap Papa Lukman dengan emosi yang meluap-luap sambil melangkah meninggalkan Mama Rania dan juga Kevin yang sedari tadi duduk diam sambil mendengarkan semuanya.
"Apa yang papa katakan?! Pah!" Teriak Mama Rania pada sang suami yang meninggalkan mereka di ruang keluarga.
Mama Rania kini dibuat terkejut oleh perkataan suaminya terhadap Keenan, sungguh ia tidak percaya. Kevin tersadar dan menenangkan Mamanya, hanya itu yang bisa Ia lakukan saat ini. Namun Kevin mengerti bagaimana masalah ini bisa terjadi dan apa yang membuat kakaknya sampai meninggalkan rumah.
"Kamu sudah menelepon kakakmu lagi, Kevin?"
Tanya Mama Rania dengan suara yang lesu.
"S-sudah Ma. Tapi... nomor ponsel kakak sudah tidak aktif" Jawab Keevin dengan perasaan ragu, Kesedihan Mama Rania bertambah mendengarnya. Melihat permasalahan sang kakak dan juga Papanya, Kevin tidak akan tinggal diam untuk masalah ini, Ia tahu bahwa dirinya adalah yang termuda dirumah utama, Namun ia mengerti, ia harus memperbaiki masalah keluarganya.
Di tempat lain, terdengar suara bell di luar pintu, Keenan tahu bahwa itu ada pesanan makanannya, ia berjalan menuju pintu dan membukanya.
"Selamat malam, apa ini dengan Tuan Keenan?." Tanya seorang food delivery yang mengantarkan makanan yang dipesan Keenan dengan ramah.
"Benar, saya keenan"
"Nasi dengan Steak ayam beserta saus Barbeque dengan sayur-sayurannya? ohya tuan ini ada 2 porsi." Tutur bapak-bapak Food delivery itu lagi.
"Iya, benar"
"Ah ini dia, terimakasih sudah menggunakan jasa saya." Ucapnya sambil menyerahkan bungkusan makanan yang dipesan Keenan.
"Hm, sama-sama" Ucap Keenan sembari Keenan meraih bungkusan itu.
"Baik tuan, Kalau begitu saya permisi dulu." Pamit bapak-bapak itu ddikiti oleh anggukan Keenan.
Keenan kemudian menuju dapur, menemui Hino yang tengah menata piring di meja makan, turut membantu Keenan untuk menyiapkan makan malam.
"Sebenarnya aku sudah makan dari rumah tadi, tapi entah kenapa makanan di lambungku seakan surut " Keenan membuka suara, berniat membuat lelucon, Hino melihatnya, ia menarik sudut bibirnya mendengar pernyataan Keenan.
"Yasudahlah, selesai ini kau makan aja sepuas-puasnya" Ucap Hino.
"Hm tentu saja"
Mereka langsung menyantap makan malam yang di pesan oleh si tamu Hino itu, Hino yang memang belum makan membuatnya makan dengan lahap, Keenan pun demikian, entah mengapa ia kembali merasakan bahwa perutnya lapar setelah berdebat dengan Papanya tadi, mungkin tenaga dalamnya disedot habis-habisan karena keegoisan papanya, begitu kira-kira pikir Keenan.
Sekitar 15 menit mereka membutuhkan waktu untuk menghabiskan makan malam mereka.
"Keen?" Hino
"Hm?" Jawab Keenan hanya berdehem sambil menghisap batang rokok di tangannya.
"Apa kau sudah mengakhiri hubunganmu dengan wanita itu?" Tanya Hino, sedangkan Keenan masih asyik menghisap rokoknya dan menghembuskan asapnya sambil menyerapi pertanyaan yang dilontarkan Hino.
"wanita?"
"Iya, wanita yang katanya break denganmu cuma karena alasan bahwa kau mau fokus kerja sama di perusahaan Papamu.
"Oh wanita itu... Inggit?"
"Nah, benar itu namanya"
"Ya sudah break, memangnya kenapa?"
"Tidak mengapa, aku hanya mengetes kalau kau memang kau tidak begitu fokus pada wanita setelah break dengan wanita itu" Jelas Hino kemudian. Mendengar itu, keenan menghela nafas dan menarik sudut bibirnya.
"Kau pikir aku sepertimu? yang selalu terobsesi pada wanita-wanita malam? cih, yang ada kau terkena HIV nanti" Jawab Keenan sinis melihat tingkah sahabatnya.
Keenan dan Hino adalah sepasang sahabat yang keduanya memiliki karakter yang berbeda-beda. Hino adalah pria yang gila wanita, hampir semua wanita di club-club malam di godai olehnya. Sedangkan Keenan yang sangat malas apabila menemukan wanita yang menurutnya tidak ber value, seringkali Keenan di goda oleh wanita-wanita club malam saat nongkrong bersama Hino, namun Ia merasa jijik dan risih, Mungkin karena sikap ambisnya untuk menggapai impiannya lah yang membuatnya memiliki kriteria khusus dalam memilih wanita idamannya. Makan malam telah selesai, kini mereka kembali ke ruang tamu untuk mengobrol.
"Aku sudah memesen tiket". Tutur Keenan memulai obrolan, Hino terkejut mendengarnya, begitu semangatnya Keenan untuk hal ini.
"Tiket? kau sudah punya ide kota yang jadi tujuan?" Tanya Hino serius.
"Hm" Jawab Keenan hanya berdehem sambil menghabiskan sisa rokoknya.
"Kemana?" Tanya Hino.
"Bandung" Jawab Keenan datar, mendengar itu Hino menyerapi pernyataan yang dilontarkan oleh Keenan.
"Kenapa kau memilih Bandung?" Tanya Hino
Keenan menghela nafasnya.
"Panjang ceritanya, Hin" Jawab Keenan, Hino masih terdiam, merasa tidak yakin dengan keputusan Keenan.
"Ah, sudahlah, Hin. Wajahmu sangat tidak yakin dengan keputusanku"
"Bukan begitu, apa kau yakin ingin kesana? selamanya atau..?"
"Nanti tinggal kita lihat saja, semoga hatiku masih ada rasa ingin pulang ke rumah itu" Tutur Keenan dengan wajah datarnya. Hino tercengang mendengar itu, ia berpikir bahwa saat ini posisi keenan memang cukup sulit.
"Hmm.. baiklah" Ucap Hino mengangguk-ngangguk
"Dan ya, 1 lagi, jangan beritahu siapapun bahwa kau yang mengetahui kemana tujuanku, rahasiakan semua ini" Tutur Keenan menatap sahabatnya dengan serius.
"Baiklah, aku tidak akan memberitahu siapapun" Ucap Hino. Kini Keenan merasa aman sekarang, hanya dengan mengandalkan sahabatnya ia berharap bisa terlepas dari keegoisan Papa Lukman yang menurutnya sangat gila, Keenan berharap bahwa ia bisa hidup tenang dengan berjuang meraih impiannya seperti anak-anak muda pada umumnya. Mereka kembali melanjutkan obrolan lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Mama nayfa
Hai kak...nitip ya kak, saya ada novel baru berjudul Nafkah lima belas ribu yuk di cek ya kak, jangan lupa dukungannya terimakasih 🤗
2024-02-02
0
fitri♡sanzu haru
sangat bagus
2024-02-01
0
💟《Pink Blood》💟
Aku bisa merasakan perasaan tokoh utama, sangat hidup dan berkesan sekali!👏
2023-12-09
0