Orang misterius itu pun memotong tali tersebut, dan tidak seperti dugaan, Andi hanya diam bahkan tak terlalu banyak berbicara.
"Mungkin itu karena aku belum memberikan tanda di wajahnya," senyum salah seorang dari mereka.
Namun temannya hanya terdiam tanpa mengatakan apapun, dia hanya menatap layar ponsel yang sepertinya sedang asyik menonton film.
"Jika kau tidak membantu, bukankah lebih baik kau pergi saja? Aku pikir tujuan kita kemari untuk bermain dengan Andi, target kita yang lucu ini." Orang itu menatap teman nya yang keasikan menonton.
"Kalian berdua tidak akan lolos dari ini, aku akan membuat kalian membayarnya di penjara." Andi mencoba untuk memprovokasi.
Namun orang misterius itu juga temannya hanya tertawa sambil memegang perut ketika mendengar perkataan Andi.
"Dia bahkan tidak tahu ketika dirinya tidak akan keluar dari tempat ini hidup hidup, tapi ya sudahlah. Mungkin dia bisa menjadi pajangan di sini, bagaimana menurutmu?" orang misterius itu tertawa sambil menutup mata dengan salah satu tangannya.
"Aku akan membantumu, ketika aku selesai dengan satu episode film ini." ucap teman dari orang misterius itu. "Kau hanya tidak tahu betapa seru episode kali ini."
Orang misterius itu hanya menghela nafas namun ia tetap bersikap tenang seperti biasa, ia lalu berbalik menatap temannya.
"Hey, bukankah akan lebih baik jika tempat ini berwarna? Maksudku cat di sini kan sudah luntur?" ucap orang misterius itu.
Tiba-tiba temannya mematikan ponsel seperti tertarik dengan kata-kata tersebut ia lalu berjalan dan berdiri di depan sebuah meja, kemudian berbalik menatap Andi dengan sebuah pisau.
"Sepertinya kau suka yang nomor 3 ya? Sengaja kutinggalkan untukmu, sementara aku mengambil nomor 9." orang misterius itu tertawa dengan nyaring.
Temannya berdiri di depan Andi dan mengangkat tangannya yang memegang pisau lalu ia bersiap untuk menebas Andi.
"Tu-tunggu aku minta maaf jika aku melakukan kesalahan pada kalian aku tidak mau mati tolong percayalah padaku." Andi mulai meneteskan air mata.
"Aku tidak punya dendam pribadi kepadamu, misi tetap lah misi. aku melakukannya karena baktiku terhadap grup dan juga pada Dewa agung." Orang misterius itu berdiri di samping temannya.
Dengan tanpa ekspresi orang itu memberi signal kepada teman nya untuk segera menyelesaikan misinya. Temannya pun mengangguk pelan dan menusuk kan pisau itu ke lengan Andi beberapa kali, hingga membuat Andi berteriak kesakitan.
"Musik yang sungguh indah, melodi yang cocok untuk ritual kali ini. Aku yakin Dewa agung Anastasia akan senang mendengar hal ini dari atas sana." Orang itu tertawa melihat penderitaan Andi.
"Haruskah kita habisi saja, ia terlalu berisik dan suaranya juga jelek. Telingaku sakit mendengar, rasanya kepalaku mau pecah." ucap temannya dengan nada datar.
Namun orang misterius itu hanya diam dan menatap Andi, ia lalu mengambil ponselnya yang di letakkan dalam saku.
"Kalian brengsek, kalau berani tunjukkan wajah kalian, jangan memakai hoodie atau pun topeng. Kalian pengecut, lemah." Andi berteriak menatap mereka berdua yang berada di depannya.
Mereka berdua menatap satu sama lain untuk memikirkan tentang saran yang Andi berikan, setelah berpikir panjang akhirnya mereka memutuskan untuk melepaskan topeng yang mereka pakai.
"Wajah adalah identitas yang tidak boleh di ketahui siapa pun, jika saja ada yang melihat itu berarti kematian menunggu di balik pintu." Tawa orang misterius tersebut.
"Kau lupa nama juga harus di samarkan, jika kita ketahuan akan berbahaya bagi grup dan mungkin kita akan di eksekusi." lanjut temannya.
Karena melihat Andi hampir pingsan kehabisan darah, orang misterius itu menebas perut Andi membuat isi perut nya keluar. Temannya berbalik dan mengambil sebuah kotak yang telah mereka isi dengan es batu sebelumnya dari atas meja.
"Jangan dendam ya, aku hanya melakukan tugas ku sebagai anggota grup The Chosen. aku harap kau mengerti satu hari nanti... atau mungkin tidak, selamat tidur Andi. Semoga kau bahagia di akhirat nanti, lagipula kau berurusan dengan orang yang salah." Orang misterius itu menancapkan pisau ke leher Andi yang membuat Andi mati seketika.
Orang misterius itu lalu mengeluarkan isi perut Andi dan meletakkan ke dalam kotak es. Sementara yang tersisa dari Andi ditinggalkan begitu saja, mereka membawa barang yang telah mereka kumpulkan. Lalu pergi dari tempat itu, dan tidak lupa membakar gedung tersebut untuk menghapus jejak. Mereka berjalan ke sebuah gang dan mengganti pakaian dengan yang telah di sediakan oleh grup.
Mereka berjalan jauh dan berhenti di sebuah rumah sakit, sambil meninggalkan kotak es itu di depan pintu. Setelah selesai mereka memandang satu sama lain lalu berpisah.
"Misi hari ini telah selesai, aku harap kau tidak memberikan masalah lain waktu dengan menonton film." Orang misterius itu berbalik dan pergi dari sana.
Orang misterius itu melanjutkan perjalanannya lalu berhenti di depan atm, melihat isi rekeningnya. Dengan wajah penuh senyuman ia mengambil beberapa gold. Ia berdiri di depan tiang dan menghilang begitu saja.
Keesokan hari nya Haru bangun seperti biasa, sambil melihat sebuah foto sejenak. Haru kemudian melakukan tugas yang seperti biasa ia lakukan, ia juga merasa bahagia karena telah menyelesaikan tugas rumah yang di berikan oleh guru.
Hari ini Olivia berada di rumah, jadi ia sarapan pagi. tapi mamanya membuatkan bekal makan siang, dengan senyuman ia lalu berangkat ke sekolah.
Saat di depan rumahnya Haru bertemu dengan Sophie dan juga Yuuki, mereka berdua terlihat letih dan lesu. Ia pun penasaran dan menanyakan keadaan teman-temannya.
"Kalian murung saja? Padahal ini hari ke dua kita sekolah, ayo teman-teman kita harus bersemangat dan tidak boleh.." kata-kata Haru terhenti saat ia menikmati cahaya matahari yang menyinari wajahnya.
"Gu-guru ku meninggal, aku tidak bisa... kenapa ini harus terjadi, guru." Sophie meneteskan banyak sekali air mata seperti orang tuanya yang meninggal.
"Guru kita meninggal? Dapat info dari mana? Astaga aku harus memberitahu teman-teman soal ini." Haru mengambil ponselnya dan membuka chat grup. "tapi tidak ada apapun di sini."
"Bukan guru itu... tapi... guru yang ini." Sophie menunjukkan foto dari anime yang ia nonton semalam. "kenapa harus guru yang meninggal"
Haru melihat itu hanya bisa menepuk kepalanya, karena ia telah berpikir bahwa yang meninggal adalah guru wali kelas mereka. Mereka lalu melanjutkan perjalanan mereka menuju sekolah, tanpa ada perbincangan yang jelas.
"Kalian sudah mengerjakan tugas rumah yang di berikan guru kemarin? Katanya hari ini akan di kumpulkan loh, Apa mungkin kemarin kalian hanya bermain main sepanjang hari? Liat aku lah, aku rajin setelah dapat tugas langsung selesai hari itu juga." Haru mulai menyombongkan dirinya "tapi apa yang tidak bisa di lakukan oleh jenius sepertiku.'
Namun Sophie dan Yuuki hanya terdiam tidak menghiraukan perkataan Haru, berjalan dengan sangat pelan. Haru melihat teman-temannya menjadi khawatir, ia harap bisa memberikan semangat namun belum mendapatkan ide.
Sesampainya di sekolah kepala sekolah menyuruh semua siswa berkumpul di tengah lapangan sementara ia berada di ruang informasi, karena ada hal penting untuk di sampaikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments