3. Konomi Menuju Kota Awal

"Menakjubkan."

"Aku juga sepakat, Master."

Seorang Pemula dan Familiarnya tampak Menikmati pemandangan Dunia Fantasy yang terpapar dihadapan mereka.

Seakan terkena efek pesona, mereka sama sekali tidak bergerak dari tempat mereka pertama di teleportasi kan, meski seekor Naga raksasa dengan Bulu Putih berkilau, lewat di Atas kepala mereka.

""Naga yang cantik."" Gumam mereka bersamaan.

Mereka juga saling memandang karena untuk pertama kalinya mereka bicara saling bersamaan.

Detik kemudian mereka tertawa tanpa alasan.

Sungguh pemandangan manis dari dua mahluk lucu yang sedang bersenang senang.

"Ngomong-ngomong, sekarang kita ada dimana?."

"Kurasa kita saat ini sedang berada di desa di selatan Kota Awal." Naga kecil berpendapat.

"Begitu kah?, kalau begitu kita hanya perlu berjalan sambil menikmati pemandangan saja."

"Roger!!"

Dengan begitu, dimulailah perjalan indah dari kedua Mahluk Lucu.

Disepanjang jalan mereka benar-benar menikmati perjalanan mereka.

Meski Perjalanan mereka masih jauh dan membutuhkan waktu yang lama, Konomi sama sekali tidak mengeluh.

Disepanjang perjalanan Konomi juga sempat bertemu dengan beberapa Kelinci bertanduk yang dengan senang hati bermanja dengan nya.

Beberapa Rusa tanduk juga sempat ikut menikmati perjalanan Konomi.

Tidak lupa pula para kawanan Slime Biru yang terkadang melompat ceria seakan memanggil nya untuk bermain.

Sepanjang perjalanan itu jugalah Konomi untuk pertama kalinya, mendapatkan XP ketika memetik tanaman yang di curigai adalah tumbuhan herbal.

Tenteng!!

Sebuah Notifikasi terdengar untuk kelima kalinya semenjak dirinya login.

"Selamat Master, anda sekarang sudah Level 5, Hanya beberapa langkah lagi menuju Player Top, dan mengguncang Dunia IGNORANTIA."

"Jangan terlalu bermimpi, meski begini aku ini tau diri. mana mungkin Player yang baru bermain beberapa jam bisa menjadi Top Player." Konomi tertawa kecil dengan harapan besar dari Familiar nya yang sangat antusias karena bisa bebas dari penjara membosankan.

Saat ini, Konomi Hampir memenuhi Inventori nya dengan berbagai tanaman herbal, bahkan juga ada beberapa Jamur, mulai dari yang bisa dimakan sampai yang beracun sekalipun.

Beruntung semua item di pisah sesuai dengan jenisnya, jadi Konomi tidak perlu khawatir jika racunnya menyebar ke tanaman lain.

Tetapi, Grinding Mereka terpaksa harus terhenti, ketika sebuah firasat yang di enkripsi lewat notifikasi persepsi muncul.

"!!!"

2 Mahluk lucu yang sedang asyik mengumpulkan tanaman herbal, di kejutkan dengan suara teriakan kesakitan dari kejauhan.

Konomi yang penasaran mencoba mendongakkan kepalanya, karena saat ini mereka sedang di dalam kepungan rerumputan yang lumayan tinggi untuk ukuran dirinya.

Merasa tidak berhasil, Konomi mencoba memperbesar Mini Map di pojok kanan Atas.

Kebanyakan layarnya hanya hitam kelam, sedangkan Pemetaan yang terbuka hanyalah jalan yang sudah mereka tempuh saja.

Namun di dekatnya memang ada beberapa titik merah sekitar belasan yang sedang mengepung 3 titik berwarna biru.

"Biru adalah teman, merah adalah musuh!!"

"Grrrrt..."

"Gao-Gao Tenanglah, mereka akan mendengar kita jika kau terus bersuara."

Konomi menarik ekor Familiar nya yang baru saja ia Namai itu mendekat.

Gao-Gao dengan tenang menempel di bahu Konomi.

Konomi mendekat dengan hati-hati dan mendekat hingga hampir keluar kejalan.

Sungguh tindakan yang berbahaya bagi Player Baru untuk berhadapan dengan Musuh yang jumlahnya melebihi jumlah jari di tangannya.

Konomi sadar akan hal itu, namun pemandangan di depan matanya sekarang, terpaksa membuatnya harus melakukan hal ini.

Belasan bandit tengah mengepung sebuah kereta barang keluarga kecil.

Sang Ayah yang menjadi kusir saat ini tertangkap dan sedang di injak di tanah, wajahnya tampak babak belur dan menyisakan Sedikit HP.

Sang Ibu Saat ini Tengah memeluk dan menutupi Anak perempuannya yang masih kecil.

Beberapa Penjahat juga sesekali memukul Kereta yang di naiki Ibu dan Anak gadisnya.

Para penjahat tertawa puas karena lelucon yang dibuat kawannya itu.

Sang Ayah yang terkulai lemas hanya mampu merentangkan tangannya yang lemas ke arah Istri dan anaknya.

Konomi sadar situasi ini masih belum mampu ia tangani, namun rasa kemanusiaannya tidak mampu melihat pemandangan itu lebih jauh lagi.

Meski harus Mati dan terkena Death Penalty, dirinya harus maju.

Konomi keluar dari persembunyiannya dan meraih sebuah ranting di depannya.

Dengan berlari langsung menuju Penjahat yang memukuli Sang Ayah, Konomi menusuk mata penjahat itu.

Penjahat itu tidak sempat meneriakkan kesakitan dan langsung berubah pecahan partikel dan Dikonsumsi oleh Konomi sebagai XP.

"eh?!."

Konomi Terkejut karena para penjahat itu sama sekali tidak kuat seperti yang ia pikir.

"Bawa Istri dan anakmu menjauh dari sini, Serahkan yang disini pada petualang."

Sang Ayah hanya diam tak mampu bergerak.

Namun di detik kemudian, Konomi yang sadar mengapa Si Suami tidak bergerak, menyiramkan HP Potion hadiah Login Hari Pertama ketubuh Sang Suami dan langsung melemparnya ke dalam kereta, di bantu Gao-Gao yang ternyata sangat kuat dalam mengangkat beban.

Konomi juga menampar Bokong kuda agar keluarga itu bisa melarikan diri.

Usahanya berhasil, kereta semakin menjauh dan beruntung para penjahat atau bandit tidak mengejar mereka.

Konomi mulai terdesak, meski jumlah mereka sempat di kurangi oleh Kuda ketika berlari, namun Konomi masih saja kalah jumlah.

Dari 15 bandit dengan di kurangi yang sudah Menjadi XP, mereka masihlah tersisa 11 Bandit lagi.

Konomi tetap tenang dan sama sekali tidak terintimidasi.

Dalam pikirannya, meski dirinya dikalahkan, dirinya hanya akan terkena Death Penalty saja, lain halnya dengan para NPC Yang tidak bisa di bangkitkan Ketika Mati.

Konomi merelakan dirinya untuk di bantai oleh para bandit setelah melakukan hal baik.

Tidak ada penyesalan di dalam hatinya, jika itu untuk berbuat baik.

Tetapi.... setelah lama menunggu, tidak ada satupun dari para bandit yang menyerang dirinya.

Para bandit hanya terdiam gemetar melihat Konomi.

"Ah!."

Konomi mendongakkan kepalanya di mana Gao-Gao tengah terbang rendah di atas kepala Konomi.

Wajah Lucu Gao-Gao tidak ada lagi, Konomi bahkan sempat melihat bayangan transparan sosok Gao-Gao yang dewasa meski hanya beberapa detik. Begitu Gagah dan Sangar dengan massa otot yang proporsi.

Konomi tidak menyia-nyiakan Kesempatan yang sudah dibuat Familiar nya.

Sekali lagi seperti tadi Konomi berlari mendekati Bandit yang tidak bersenjata dan menusuk mata Bandit itu.

Dengan cepat XP menyelinap ke tubuh Konomi.

Konomi terus mengulang serangan yang sama, meski ada beberapa Bandit yang sempat melawan, namun Konomi Jauh lebih cepat dari mereka yang terkena Efek Ketakutan(Fear).

kini tersisa 5 Bandit, termasuk Orang yang di curigai adalah Pemimpin mereka.

HP Konomi sama sekali tidak tersentuh, sedangkan HP Para bandit nyaris hanya menyisakan garis tipis berwarna merah saja.

Semua itu bukan karena di sengaja, melainkan Konomi sama sekali tidak berhasil mengurangi HP Mereka dan merubah nya menjadi XP.

"XP ku...." Konomi menangis didalam hatinya. Konomi baru sadar di pertengahan jika XP yang dihasilkan dari mengalahkan Bandit-bandit sebelumnya itu sangatlah besar.

"Jangan bergerak, letakkan senjata kalian dan menyerah!!"

Itu bukanlah suara Konomi, melainkan Seorang dengan Armor tentara Abad pertengahan yang tengah mengendarai kuda.

Di belakangnya, menyusul beberapa orang yang menggunakan Armor yang seragam.

Para Bandit dengan patuh menuruti permintaan Sang Kesatria, bahkan dengan sukarela di tangkap.

Mereka seperti di lirik seekor monster ketika Konomi menatap mereka terkejut.

Sang Kesatria yang Konomi Lihat tadi di awal, mendekatinya dengan wajah prihatin.

"Nona, anda baik-baik saja?, apa mereka melukaimu?".

"eh, tidak, aku baik-baik saja."

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Konomi dibuat tersipu oleh Pria lain selain Kakak Laki Lakinya.

"Anda yakin?."

"100% yakin."

"Baguslah jika begitu." Sang kesatria tampan kembali tersenyum tenang mendengar Konomi baik-baik saja.

"Kapten...!"

"Jika tidak keberatan, Saya tinggal sebentar nona, anda bisa meminta bantuan pada bawahan saya, kalau begitu Saya undur diri."

Sang Kapten yang tengah berdiskusi kecil sesekali tersentak sembari menatap kearah Konomi yang sedang bercanda dengan Gao-Gao.

Wajah Sang Kapten terlihat seperti sudah menelan makanan pahit. Di detik kemudian Sang Kapten dengan sikap tenang nya kembali mendekati Konomi.

"Nona, Jika tidak keberatan bisa minta waktu anda sebentar ?. Ada beberapa Pertanyaan yang ingin kami ajukan."

Wajah Sang Kapten tampak waspada, namun Konomi sama sekali tidak sadar, dirinya terlalu sibuk menikmati keindahan mahakarya di hadapannya, tanpa dirinya mengiyakan ajakan dari Sang Kapten.

Konomi ikut menumpang di belakang Sang Kapten.

Gao-Gao yang sadar dengan tingkah gemas Masternya hanya tersenyum ringan sembari merebahkan tubuhnya di atas kepala kuda kesatria di sebelah.

15 menit pada Jam Dunia nyata, Rombongan mereka sampai ke depan Gerbang Barat, melewati antrian panjang dari NPC yang ingin Masuk.

Mau itu Konomi ataupun Gao-Gao, Mereka sama sekali tidak sadar kalau mereka sudah sampai, jika saja Penjaga Gerbang tidak menyapa Sang Kapten dengan suara lantang.

Konomi dibuat malu oleh Sang Kapten karena terlalu banyak menatapnya.

Sang Kapten yang turun terlebih dahulu membantu Konomi untuk Turun.

Bukannya mengulurkan tangannya, namun Sang Kapten malah menggendong Konomi seperti anak kecil, sangat hati-hati dan pelan.

Konomi mengutuk ketidak keberdayaannya karena lupa mengedit tinggi Avatar nya.

Konomi di giring kedalam Kantor Kesatria Di Gerbang. 5 Bandit yang tidak sempat ia jadikan XP sudah di Penjarakan.

Kini waktunya bagi Konomi untuk dimintai Keterangan.

Tidak sulit, hanya dimintai beberapa kronologi oleh Penjaga Gerbang, dengan di dampingi Sang Kapten Kesatria.

Tidak butuh waktu lama, karena Konomi sangat Kooperatif dan itu juga cocok dengan laporan dari korban dan tersangka.

"Apa keluarga itu baik-baik saja?."

"Ya, mereka baik-baik saja, Kami tidak bisa hanya berterimakasih saja kepada nona yang sudah menolong warga kami, namun untuk saat ini, hanya ini yang bisa kami Hadiahkan, namun untuk kedepannya, jika Suatu saat nanti Nona membutuhkan Bantuan, Kami Korps Kesatria Siap membantu."

"tidak perlu berlebihan, melihat mereka sehat saja aku sudah senang."

"Terimakasih banyak."

"Jangan dipikirkan."

Ksatria di meja itu kemudian beralih ke arah Kapten Kesatria yang sedari tadi berdiri di belakang Konomi.

Konomi sesekali mencuri curi pandang meski sudah ketahuan.

"Kami juga berterima kasih kepada Party Roland karena selalu membantu kami berpatroli, sungguh kami sangat terbantu, Krisis kekurangan personil kami masih saja dalam kebuntuan."

"Tidak perlu khawatir, itu sudah menjadi tugas kami sebagai Petualang." Sang Kapten Kesatria yang di panggil Roland Memberikan Sebuah Hormat kepada Kesatria.

Sampai disini, Konomi sedikit menaruh curiga dengan Perbincangan Ke Dua Pria ini, namun tidak sampai mengetahui bahwa, Roland bukanlah Seorang NPC.

*******

Setelah ramah tamah dengan beberapa anggota Korps Kesatria selesai, Konomi akhirnya keluar menemui Keluarga yang sudah ia selamatkan.

Keluarga itu bersikeras ingin berterima kasih secara langsung pada Gadis Pemberani yang sudah menyelamatkan mereka sekeluarga dari Kejadian menakutkan yang menimpa mereka.

Konomi bersikeras menolak Sejumlah uang yang lumayan banyak dari Sang Suami.

Menurut Konomi, Mereka jauh lebih membutuhkan uang daripada dirinya.

Sebagai gantinya, dikemudian hari, Mereka dengan senang hati akan memberikan diskon kepada Konomi ketika mereka selesai membuka Toko di Kota ini.

Konomi mengantarkan kepergian keluarga kecil itu dengan lambaian kesepian.

Lama Konomi menatapi kereta mereka yang semakin mengecil.

Gao-Gao yang merasakan perasaan tidak menyenangkan dari Masternya, Memeluk pelan dahi Masternya.

"Maaf memperlihatkan mu pemandangan yang menyedihkan."

"Master menangis?."

"Tidak sampai menangis, Hanya kesepian saja."

"Master tenang saja, masih ada aku." Gak-Gao Menyemangati.

Konomi tersenyum lebar menunjukan Deretan gigi putih nya yang rapi dan mengelus Kepala Gao-Gao dengan lembut.

"Nona, tunggu sebentar."

"Ya!"

Konomi tidak sengaja tersentak dengan lucu ketika dia mengenali suara orang yang memanggilnya dari belakang.

Konomi berbalik dan lebih terkejut lagi ketika Sang Kapten Kesatria tidak lagi mengenakan Pakaian ber Armor.

Diikuti dengan 5 anggota nya yang lain di belakang.

Mereka semua saat ini lebih terlihat seperti seorang Petualang, ketimbang Kesatria dengan baju bebas mereka.

"Maaf mencegat Anda di tengah kesibukan Anda, tetapi sebagai seorang Penolong yang sudah membantu Daily Mission kami, Kami ingin mentraktir Anda untuk Makan siang. Bagaimana?."

"......"

Konomi sama sekali tidak mendengar Permintaan Sang Pria Tampan dengan Pakaian petualang nya.

Konsentrasinya Buyar seketika, setiap kali mata mereka bertatapan.

"Hey, Konomi chan, boleh Kami menambahkan mu ke Daftar Teman?." Permintaan itu datang dari Seorang wanita Petualang berjubah Pendeta.

Konomi tanpa sadar menekan setiap tombol Apply yang muncul.

"eh?!."

Konomi sadar beberapa detik kemudian setelah nama aslinya di panggil, bukan dengan nama Avatar nya.

Dihadapannya semua Pria dan wanita menatapnya dengan senyum menggoda.

"Siapa?!." tanya Konomi sembari mundur seribu langkah menjauh.

"hahaha, lihat caranya menjauh memang mirip dengan Konomi." Sang Pendeta wanita kembali bicara.

Konomi kembali teringat pesan Onii-chan nya, Hati-hati dengan Pemberian nama untuk Avatar kita. Ada kemungkinan orang-orang yang mengenal kita lewat Nama Avatar kita, akan memanfaatkan kita ataupun mengancam kita di dunia nyata.

Konomi yakin dia tidak meng entri kan Nama aslinya.

Konomi mendongakkan kepalanya guna memeriksa IGN(In Game Name) nya.

Jelas Tertulis Ann dengan 3 Alfabet. Lalu bagaimana mereka bisa tau Nama Aslinya.

"Ah, maaf, seharusnya Kami memanggilmu Dengan panggilan Ann disini, Maaf." Kali ini seorang Pria dewasa dengan perisai besi sesar di punggungnya, Pria kekar itu sempat Memukul kepala Sang Pendeta wanita.

"Sebelum itu bisa kita pergi ke tempat lain terlebih dahulu, restoran atau kamar penginapan misalnya?." Saran Seorang gadis bercadar dengan pakaian mirip Assassin.

Konomi tampak ragu pada awalnya, namun karena Pria yang di taksir Konomi Juga meminta dengan enggan, Konomi menyanggupi permintaan Mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!