Seorang Gadis berperawakan kecil tampak tersenyum puas, sembari menyingkap kaca pada Head Drive yang di dikenakannya.
Di detik kemudian, wajahnya merona dan panas.
Dirinya kembali mengingat momen momen merah muda yang pertama kali ia rasakan seumur hidupnya.
Konomi juga menggeliat di kasurnya ketika mengingat kembali wajah tersipu Suami nya yang tampan.
Dengan menendang nendang kasurnya kegirangan, Konomi juga mengingat kembali kata-kata manis ketika Suaminya mengajarinya Semua Misi Harian yang jangan sampai di lewatkan.
"Phua!!" Konomi Kehabisan Nafas karena terlalu lama membenamkan wajahnya.
Konomi tersenyum sekali lagi, ketika terbesit di benaknya sebuah pertanyaan.
Dengan tidak sabarnya, Konomi meraih Ponsel Pintarnya yang berada di atas meja belajarnya, dia bahkan hampir saja terjatuh dari kasur karena tidak hati-hati.
Dengan jemari yang terlatih, hanya butuh beberapa detik baginya untuk menemukan sebuah nomor.
Terdengar Suara Nada bahwa Transmisi nya terhubung.
"Ya, Konomi? ada apa?"
"Itu... Ro-Ro..."
"Roland?."
"unn."
"Ada apa dengan Roland?!."
"Sekolah, Besok..."
Konomi ragu bercampur Malu untuk bertanya tentang Roland, Bagaimana ia akan bersikap jika besok berpapasan, bagaimana dia menyapa, Atau bahkan Bagaimana Wajah Roland yang sebenarnya.
"Eh? Kau bahkan tidak tau wajah asli Roland? tetapi kau malah menerima lamaran Roland begitu saja?, Konomi chan, Meskipun Sepupuku itu Terkenal di kalangan para gadis, tetapi dia tetap dengan pilihannya, yaitu dirimu. Jadi jangan katakan bahwa Kamu hanya Main Main dengan sepupuku, Jika itu benar aku ragu persahabatan kita hanya sampai disini." ujar Lucy Dingin.
Saking dinginnya Pernyataan Lucy sampai membuat Konomi panik dan gelagapan.
"Hahaha, Maaf Konomi chan, aku hanya bercanda. Tenang Saja, Penjahat yang sudah membuat ribuan Wanita menangis itu sama seperti mu, Selain Warna Rambut dan massa ototnya semua Sama."
"...."
"Konomi chan?, halo?! kau masih di sana?!."
"Ya~!."
"Hahaha, kau bahkan sampai gugup seperti itu. Tapi aku salut dengan mu."
"Salut?, Aku?, Mengapa?."
"yah, Pikir saja, Kita sudah Berteman semenjak kelas 5 SD sampai sekarang, tetapi Tidak satupun Laki-laki yang pernah kau sukai selain Kakakmu, tetapi disaat 'Penjahat Wanita' ini muncul,"
"Jangan sebut Suami ku Penjahat Wanita!." Konomi sedikit membentak ketika memotong kalimat sahabatnya yang menjelek-jelekkan Suaminya virtual nya.
"Hahaha, maaf maaf, kau ini lucu sekali, jika aku ada di sana sekarang pasti sudah ku bungkus dan ku bawa pulang dirimu itu."
"Jangan menggoda i ku."
"Maaf-maaf, aku hanya tergiur karena saking langkanya dirimu membicarakan Laki-laki, terlebih lagi ini bukan tentang Onii-chan tercinta mu."
"Aku Pun juga tidak percaya, ternyata ada pria lain yang lebih menawan dari Onii-chan."
"Haa~~a, andai saja Suamimu itu mendengarnya langsung saat ini."
"Sudah kubilang, jangan menggoda aku."
"Ya sudah, untuk sekarang pastikan tidur yang nyenyak, saat bertemu di sekolah besok, pastikan menyapanya duluan, kau mengerti?!"
"Jangan mengatakan hal yang sulit semudah itu..."
Belum sempat Konomi menyelesaikan Protesnya, Teleponnya sudah di putus secara sepihak.
"Lucy Bodoh!!!"
"Konomi... pastikan kamu Mandi dulu sebelum Tidur."
Dari lantai bawah, Mamanya Konomi berteriak dengan suara yang menenangkan hati.
Dengan wajah masih tersipu Malu, Konomi mengindahkan Perkataan ibunya dan turun menuju lantai bawah.
*****
Selain itu, Di tempat lain. Tepatnya di sebuah rumah mewah Modern lagi besar. Seorang Gadis yang tidak kalah cantik dan Tomboi, baru saja menutup panggilan telepon dari sahabatnya, sembari Tersenyum menggoda.
"Kau dengar sendiri?."
"Berhenti Menggoda ku."
"Berhenti Meniru Konomi, Anak itu jauh lebih Imut dari mu ketika mengatakannya."
"Berisik...!."
"Seharusnya kau berterima kasih Padaku. Bukannya membentak ku."
Lucy menempelkan satu telapak Kakinya ke pipi Sepupunya yang Mendengar dengan jelas dari awal.
"Pastikan Kau menyapanya duluan Besok Pagi. Asal kau tau Saja, Seorang Gadis yang Kasmaran akan sangat bahagia ketika mendengar Pria yang di cintainya mengajaknya bicara duluan."
"Lalu mengapa tadi kau menyuruh nya untuk menyapa duluan ?!."
"Karena Seorang Penjahat sepertimu akan senang ketika di sapa Gadis yang kau suka.!"
"Kurang ajar!." Roland yang merasa di goda melempari Lucy dengan bantal di sofa mewah yang ia duduki.
"...."
"...."
"Hey, Pastikan Kau Menjaganya. Jangan sampai kau berani Macam Macam dengan sahabat ku. Jika sampai itu terjadi, tidak hanya aku, Onii-chan tercintanya akan menjadi Musuhmu seumur hidup."
"Tidak perlu kau peringati, Kau pikir sudah berapa lama Aku menyukainya."
"Bagus jika kau mengerti, Aku pegang kata katamu. Sebagai pegangan, resapi kembali Peringatanku tadi."
"mm."
"Ya sudah, Aku mau mandi duluan, Jangan Mengintip, atau aku laporkan pada Istrimu."
Sedetik kemudian Sebuah bantal kecil terbang menuju pintu keluar Living Room. Beruntung tidak sempat Mengenai Lucy, bahkan Lucy tertawa dengan puas sekali.
"Ah, Aku hampir lupa, Rou !! Selamat, Penantianmu Selama 7 Tahun Akhirnya Berakhir."
Sekali lagi sebuah Bantal kecil melesat dengan cepat ke arah pintu yang keburu tertutup.
Terdengar kembali suara tawa menyebalkan dari Lucy yang membuat Roland Merasa amat teramat malu, Terlebih dengan beberapa orang yang sedari tadi ikut menyimak.
"Selamat Untuk Mu Rou."
"Uncle, tolong jangan ikut menggodaku."
"Akhirnya Konomi chan menjadi Bagian dari kita."
"Aunty, Tolong jangan ikut ikutan menggodaku."
"Rou, Jika kau tidak mau, Konomi chan untukku saja."
"Anak SD seperti mu, belum saat nya untuk Pacar Pacaran!!."
Keluarga McLaren sangat suka menggoda Roland, Keluarga McLaren juga mencintai Konomi.
Roland Harus Bersabar Mulai sekarang dan harus terbiasa dengan Godaan dan senyum menyebalkan keluarga bahagia ini.
Tidak kuat dengan tatapan godaan dari orang lain, Roland pamit undur diri duluan ke kamarnya, namun ketika melihat Ponsel Lucy di meja, dengan berani dan tidak sopan, Roland terang-terangan menyalin Nomor Konomi di daftar panggilan terbaru Milik Lucy ke Ponselnya.
Dengan rasa tanpa bersalah sedikitpun, Roland Pergi begitu saja ke kamarnya, mengabaikan senyum menyebalkan keluarga McLaren yang melihat tindakan nya barusan.
*******
Roland berkali-kali mengetikkan pesan dengan Nomor Konomi sebagai penerimanya, namun tidak ada satupun yang ia kirim.
Setiap menulis satu kalimat, ia menghapusnya, ia ketik lagi lalu dihapus lagi, Ketik lagi, hapus lagi.
Benar-benar seperti Remaja yang Linglung ketika Malu Malu hendak menghubungi kekasihnya.
Rasa canggung, bingung, ragu bercampur penasaran, menggerogoti hatinya saat ini.
"Mengapa aku Pengecut seperti ini?!." Di saat ia memejamkan mata sembari mengenang kejadian indah bersama Konomi hari ini, Disaat itu juga dia langsung tertidur ke alam mimpi.
Disaat matahari pagi menyingsing dan Cahaya hangat menyirami wajah tampannya, Disaat itulah dia mulai merasa cemas.
Hari ini dia harus menyapa Konomi duluan.
Setelah memantapkan Hatinya, Roland Langsung menuju Kamar mandi.
Membersihkan wajah, Badan dan berganti pakaian, tidak lupa wewangian.
"Aku berangkat duluan."
Tanpa menunggu jawaban, Roland pergi begitu saja.
"Oy, Bekal mu ketinggalan!!," Sayangnya Lucy terlambat, "cih, begitu tidak sabarnya."
"Apa Rou sudah berangkat?."
Lucy hanya mengangkat kedua bahunya sembari menjinjing bekal Roland kearah Ibunya.
""Dasar.""
Ibu dan anak yang cantik itu, sama-sama mengeluh di waktu dan gaya yang sama.
*********
Rolan Menunggu Kekasih hatinya di persimpangan jalan tempat biasa kekasihnya lewat.
Roland juga sudah memperkirakan waktu keberangkatan Kekasihnya itu, Roland juga sudah menyiapkan kata-kata sapaan ketika mereka bertemu nanti, dia juga merencanakan semua ini seperti situasi yang kebetulan belaka.
Tetapi-Tetapi...
Sikap dan perilakunya, sama sekali tidak memperlihatkan sedang menyiapkan pertemuan yang kebetulan.
Pelajar hingga karyawan kantor yang berpapasan dengan nya, tertawa geli ketika melihatnya selalu bercermin dan khawatir dengan tatanan rambutnya yang mungkin tidak rapi.
Tetapi, meski bersikap mencurigakan begitu, Roland tetaplah Pria yang tampan. Wajah Western dan Tubuh tinggi dengan massa otot yang pas, di tambah setelan rapi, Membuat Semua Mata yang menatapnya jadi terpana.
Seperti yang dikatakan Lucy, Roland sangat mirip dengan Avatar-nya di dalam IGNORANTIA.
Yang membedakan nya Hanyalah Rambut pirangnya yang kini dengan Rambut Oren pada Avatar-nya, dan juga massa otot yang sekarang lebih sedikit ketimbang pada Avatar-nya.
Masih ada waktu 5 menit lagi bagi Kekasihnya muncul, itu menurut data dari Lucy yang dimintanya pada Semester Awal kemarin, tetapi sosok Kekasihnya sudah Muncul 5 menit lebih awal.
Roland terkejut, hatinya belum siap karena rencananya maju 5 menit lebih awal.
Tetapi kali ini Roland sudah siap, dia juga memperhitungkan sebentar lagi mereka akan berpapasan.
Hanya beberapa langkah lagi...
Sebentar Lagi...
Sekarang!!
"Se-Selamat Pagi." Sapanya mencoba Senatural mungkin.
Tetapi Kekasihnya, sama sekali mengabaikannya tanpa sadar mereka baru saja berpapasan.
Roland tentu saja Shock, dirinya berpikir apakah Kekasihnya itu tidak mengenali wajahnya karena warna rambut ya berbeda?. Pikirnya.
Bahkan kekasihnya itu tampak melamun sambil berjalan, pandangannya jauh menatap kebawah.
"??."
Roland mengiringi langkah Kekasihnya dari belakang, terdengar beberapa kali Kekasihnya itu tampak sedang berfikir sambil bergumam.
Sebenarnya apa yang ia gumam kan? terdengar seperti ucapan selamat pagi, di telinganya.
Kemudian Roland kembali mengingat Pesan Lucy pada kekasihnya lewat Via Telepon.
"Apa Konomi juga mencoba Menyapa untuk pertama kali?" Roland tidak kuasa menahan senyuman di wajahnya yang mulai panas.
Meskipun dia berusaha menutupi wajah malu dengan lengannya, tetapi pandangan orang-orang yang melihatnya jalan berdampingan dengan gadis manis, tetap membuatnya gugup.
Terlebih ini adalah Cinta pertama dan pacar pertamanya.
Lama mereka berjalan berdampingan, namun Konomi masih belum menyadari keberadaannya.
Merasa jika terus seperti ini tidak akan ada kemajuan, Roland memberanikan diri untuk mengulang kembali langkah pertamanya yang sempat gagal tadi.
"Selamat Pagi!."
Sapa Roland sembari Menyodorkan Sebuah Tas kertas berisi bingkisan tepat di depan wajah Konomi, sehingga hidung mungil Konomi Menabrak nya.
Konomi yang tersadar otomatis menoleh ke sumber suara.
"Se-se-se-selamat Pa-pagi."
Saking gugupnya konomi bahkan tidak bisa menyapa dengan benar.
Rasa malunya bertambah berkali-kali lipat ketika menyadari siapa sosok di hadapannya, di tambah dengan banyaknya orang lewat yang berhenti karena suara aneh yang dibuatnya.
Untuk menutupi rasa malunya, Konomi Meraih bingkisan yang tadi di sodorkan kepadanya.
Konomi berusaha bersembunyi di balik tas Kertas yang baru diterimanya.
Begitu lucu, sampai sampai semua orang yang mengawasi mereka berdua sedari tadi ikut merasa malu sendiri.
"Juga, se-Selamat ulang tahun."
"Te-terima kasih banyak," Namun di detik kemudian, timbul pertanyaan di benaknya, "tau darimana?."
"Tentu saja aku tau sudah lama, namun tahun ini aku bertekad akan memberimu dengan tangan ku sendiri."
Roland cukup malu untuk memberanikan dirinya, dan untuk menutupi rasa malunya itu, Roland mulai berjalan di depan lebih dahulu sembari menyodorkan Lengannya kanannya yang kosong.
Konomi tentu saja merasa berpegangan tangan di depan umum itu terlalu cepat, terlebih mereka baru saja berpacaran belum genap satu hari.
Tetapi untuk menghargai keberanian Pacarnya, Konomi menyanggupi Permintaan Roland.
Mereka berjalan disepanjang jalan menuju Sekolah seperti itu.
Hal ini bahkan menjadi buah bibir di kalangan teman sekolah mereka yang kebetulan adalah saksi mata dari tingkah tidak biasa dari 2 Orang Selebriti di sekolah.
Berita tentang foto mereka bergandengan tangan mulai menyebar dengan cepat, dari satu orang hingga ke orang lain, bahkan sampai kepada Masing-masing Organisasi Rahasia Pemuja Mereka berdua.
Dan.
Ketika mereka baru sampai di depan gerbang sekolah, mereka sudah di cegat oleh orang-orang dari Klub Koran dan Penyiaran Radio.
Mereka di foto dengan kamera super besar, di liput bagai selebriti dan di wawancarai, di tanyain ini itu.
Roland berusaha menutupi Rasa gugup nya dengan tersenyum tenang. Tetapi di dalam hatinya dia sangat panik dan ingin berteriak.
"Sialan, Aku sampai Lupa ada mereka, mengapa mereka bisa berkumpul sekaligus disini. Semoga Konomi chan tidak terganggu dengan mereka, aduh, meeka berisik sekali. Mengapa mereka ngotot sekali ingin tau dengan apa yang selalu aku lakukan?." Beragam bentrokan hati berkecamuk di dalam hati Roland.
Sedangkan Konomi, Gadis itu hanya menunduk sembari menutupi wajahnya dengan bingkisan dari Roland.
Roland merasa bersalah pada Konomi, bukan karena dia menyesal sudah menyatakan cintanya. Melainkan menyesal karena menggiring Konomi kepada hewan hewan buas berisik seperti mereka.
"Maaf, bisa tinggalkan kami berdua?."
Tidak Mengindahkan permintaan sopan Roland, Mereka yang menganggap diri mereka Paparazi tersebut malah semakin menjadi-jadi mendesak Roland dan Konomi dengan rentetan pertanyaan.
Roland yang sudah meledak dan ingin mengamuk, menarik tubuh Konomi Konomi ke belakang tubuhnya.
"Bisa hentikan kehebohan ini? kalian menjengkelkan!!."
Seperti terkena sambaran petir, Semua orang langsung terdiam.
Suasana dengan cepat berubah sunyi, saking sunyi nya Atmosfir di sekitar mereka berubah menjadi canggung.
Kameramen bahkan kehilangan kepercayaan dirinya dan mundur dengan patuh.
Jurnalis juga tidak berani untuk maju lebih jauh lagi.
Penyiar Radio yang menyiarkan secara Online pun ikut dibuat terdiam.
Bahkan para siswa yang kebetulan lewat dan ikut memotret momen langka itu, Diam-diam undur diri dari pekarangan sekolah.
"Tolong, hentikan kegaduhan ini, tidak ada yang spesial dari kami untuk kalian, pernahkah kalian merasa kami juga butuh privasi."
"Maafkan kami sudah membuat kalian tidak nyaman, dengan ini semua." Sang Jurnalis membuka mulut mewakili teman-temannya.
"Terima kasih atas pengertiannya. Jadi... Tolong bertanya satu persatu dengan tertib."
""Eeeeh?!!.""
Semua orang terkejut. Setelah rasa canggung yang sudah di buatnya.
Sang pangeran masih tetap ingin di wawancarai.
^^^Bersambung...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments