Termasuk juga keempat orang ini. Yang akan pergi ke mall sesuai kesepakatan yang mereka setujui tadi. Akhirnya di putuskan bahwa si Bejo dititipkan di bengkel milik Hendri, sedangkan mereka akan berangkat ke mall menggunakan mobil milik Hendra.
Hendra yang duduk didepan sebagai sopir dan disampingnya Hendri. Sedangkan di kursi penumpang ada Fatimah juga Salsa.
Mereka berempat berangkat ke mall untuk membeli kebutuhan selama di camp besok.
Butuh waktu kurang lebih 30 menit untuk sampaikan ke mall terbesar di kota ini. Setelah sampai di pelataran mall, segera Hendra memarkirkan mobilnya di lahan parkir yang berada di basemen mall dekat pintu keluar.
" Catatan yang tadi gak lupa kan fat?" ucap Salsa mengingatkan.
Fatimah mengeluarkan sebuah notes dari balik saku baju seragam nya.
" Oke yuuuuk, kita shopping time" ucap nya dengan nada sumringah.
Salsa yang kegirangan, berubah bersikap seperti anak kecil yang baru dapat mainan baru. Semua mata melihat kearah Salsa yang nampak aneh bagi pengunjung lainnya.
Fatimah dan yang lainnya pun hanya bisa menggeleng melihat tingkah Salsa tersebut.
" Fatimah, nanti setelah dari mall ini bolehkan gue mampir ke rumah loe" ucap Hendra yang berjalan mendekati langkah Fatimah.
" Mau ngapain loe ke rumah gue?" tanya Fatimah penuh selidik.
" Tadi mama, chat gue suruh beliin kue di tempat ibu loe. buat acara nanti malam katanya." ucap Hendra meyakinkan.
Padahal mamanya tidak pernah melakukannya, itu hanya alasan agar Hendra bisa dekat dengan Fatimah saja. Hendri yang jalan di belakang Fatimah dan Hendra pun merasa heran, ada acara apa nanti malam di rumahnya. Dan kenapa mamanya hanya memberi tahu Hendra dan tidak memberi tahunya.
Tapi Hendri berusaha bersikap biasa saja. Dan sampailah mereka ketempat stand yang mereka tuju. Salsa yang dibantu Fatimah memilih-milih barang yang akan mereka bawa esok hari nanti.
Sedangka si kembar kebagian membawa troli nya aja. Dan berjalan di belakang dua gadis tersebut.
" kak, emang ada acara apa nanti malem. Kok mama gak ngasih tau gue sih?" tanya Hendri penasaran.
" Gak ada acara apa-apa. Itu cuma alasen gue aja biar gue bisa deketin Fatimah." jawab jujur Hendra.
" Maksudnya gimana, gue paham kak.loe mau deketin Fatimah?" tanya Hendri semakin penasaran.
Sebenarnya ada perasaan yang sulit digambarkan Hendri atas ucapan Hendra tadi. Hendri tau kemana arah ucapan Hendra. Tapi berusaha untuk menepis pikiran tersebut.
" Gue, ada rasa Sama Fatimah. Dan gue akan berusaha untuk dapatin hati Fatimah buat gue. Loe tahu hen, gue udah lama suka sama Fatimah. Makanya gue berniat buat jadiin Fatimah milik gue." ucap Hendra bersemangat.
Hendri yang tadi sempat menepis pikiran bahwa Hendra menyukai Fatimah pun. Tertunduk lesu mengetahui bahwa kakak kembarannya pun memiliki rasa sama pada satu gadis yang ia juga sukai.
" Kenapa loe, kok kayak lemes gitu. Loe gak suka gue deketin Fatimah. Apa loe juga suka sama fatimah?" tanya Hendra yang bisa melihat perubahan raut wajah Hendri.
Seketika Hendri merubah raut wajahnya kembali ke setelan biasanya.
" Jangan sok tau, mana mau gue sama cewek modelan kayak Fatimah. Lagian gue mau fokus Ama sekolah dan bengkel gue aja. Di kamus gue gak ada kata pacaran terus naksir cewek untuk saat ini. Kalo pun ada tunggu gue sukses dulu, gak pake pacaran-pacaran. Langsung aja gue nikahin tuh cewek." jawab Hendri berusaha menutupi perasaannya.
" Yang bener loe, tapi gue tahu dari wajah loe. Loe lagi bohong kan?" curiga Hendra.
" Terserah kalo nggak percaya" ucap Hendri seraya meninggalkan Hendra yang masih bengong.
Hendri berjalan menghampiri kedua gadis yang masih sibuk berbelanja. Hendra yang sadar bahwa ia tertinggal pun akhirnya berjalan cepat menghampiri yang lain.
Setelah puas berbelanja, dan semua kebutuhan mereka sudah mereka dapatkan. Akhirnya mereka memutuskan untuk mampir ke sebuah cafe sebelum mereka pulang.
Fatimah yang memilih duduk berhadapan dengan Salsa, dan kesempatan itu tidak disia-siakan Hendra. Hendra pun memilih duduk di sebelah Fatimah sedangkan Hendri pasrah duduk di sebelah Salsa.
" loe pada mau pesen apa?" tanya Hendra.
" Gue terserah, apa aja gue makan. Yang penting kenyang" jawab Fatimah.
" Gue juga samain aja deh, biar cepet. Gue laper banget soalnya." sambar Salsa.
Hendri hanya mengangguk sebagai jawaban.
" ya udah kalo begitu samain aja ya pesanannya" ucap Hendra meminta persetujuan yang lain.
" Iya udah sana, cepetan gue udah laper benget. Keburu gue pingsan ini" ucap Salsa sembarangan.
Hendra pun berjalan ke arah kasir untuk memesan sekalian membayar pesanan mereka. Setelah selesai membayar ia kembali lagi ke meja tadi.
" Fatimah gue boleh tanya sesuatu sama loe nggak? Tapi kalo loe keberatan sih gak dijawab nggak papa" ucap Hendra.
" Emang mau tanya apa loe ke gue?" tanya Fatimah kembali.
Hendri yang sadar akan pertanyaan yang akan di ucapkan Hendra pun. Memilih untuk pamit ke toilet.
" Seandainya ada cowok yang mau deketin loe dan punya niat buat jadiin loe pacar. Boleh nggak?" tanya Hendra gugup.
" Emang siapa yang mau deketin gue? Apa matanya masih normal sampai mau deketin gue" ucap Fatimah cuek.
" Ya ada deh pokoknya. Pertanyaannya tuh boleh nggak deketin loe nya?" ucap Hendra.
" Kalo gue boleh jujur ya, gua lagi nggak mau pacar-pacaran atau pedekate begituan. Sekarang mah gue fokus sekolah aja. Urusan jodoh udah ada yang ngatur." ucap Fatimah santai.
Hendra yang mendengar jawaban Fatimah langsung tertunduk lesu. Pupus sudah harapannya untuk mendapatkan gadis yang ia sukai.
Salsa yang mengerti Hendra, mencoba membantu niatan Hendra.
" Fatimah, dicoba aja dulu kalo emang ada yang pedekate kali. Mungkin itu jodoh loe, siapa tau kan." ucap Salsa mencoba mempengaruhi Fatimah.
" Ya kita liat aja nanti. Kalo cocok mah, gue coba jalanin" ucap Fatimah sekenanya.
Hendra yang tadinya sudah lesu kembali bersemangat mendengarkan jawaban terakhir dari Fatimah. Senyum bahagia nampak terukir jelas di wajah Hendra .
Bersamaan dengan itu, datanglah pesanan mereka juga Hendri yang katanya dari toilet. Tak ada lagi obrolan diantara mereka berempat. Mereka asyik menikmati makanan masing-masing.
Setelah makanan mereka habis, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. mobil melaju kearah rumah Fatimah lebih dulu. Karena rumah Fatimah berjarak lebih dekat dari mall.
Sesampainya di depan rumah Fatimah , mereka semua turun kecuali Hendri yang memutuskan untuk tetap di dalam mobil.
" assalamualaikum pak Bu, saya temannya Fatimah." ucap Hendra berkenalan.
" waalaikumussalam, loh ini bukannya nak Hendri?" tanya ibu heran. Karena yang ia tahu adalah wajahnya mirip dengan Hendri yang biasa ke toko.
" oh bukan Bu, saya kembarannya Hendri. Nama saya Hendra Bu." ucap Hendra berkenalan.
Awalnya ia merasa heran dengan ucapan ibu Fatimah yang terlihat sangat akrab dengan Hendri. Tapi ia berusaha berpikiran positif saja.
Orang tua Fatimah pun hanya tersenyum ramah.
"Oh ya yah, kak Hendra itu sodara Salsa dari keluarga papi. Kak Hendra katanya tadi mau pesen kue buat Tante Dewi." ucap Salsa.
" Sampai lupa, ibu saya pesen kue ini sama ini juga ini. Masing-masing 25 ya Bu. Terus tambah kue brownies nya yang ini ya. Jadi berapa semuanya" ucap Hendra sambil menunjuk ke arah kue yang ia mau.
" Iya sebentar biar ibu kemas dulu semuanya." ucap ibu.
Beberapa menit kemudian setelah semua kue dikemas dalam beberapa box.
" Total semuanya jadi 725 ribu" ucap Bu sambil menyerahkan kue beserta nota pembelian.
Hendra menerima box tersebut dan menyerahkan beberapa lembar uang kepada ibu.
" Terima kasih Bu, sisa kembaliannya gak usah berikan saja ke karyawan ibu." ucap Hendra.
" oh ya terima kasih kalo begitu." balas ibu.
" Ya udah Bu, Salsa sama kak Hendra pamit dulu. Kue nya keburu ditunggu Tante Dewi dirumah." celetuk Salsa.
" hati-hati kalo begitu, ibu titip salam ya buat mami dan mama nya Hendra. Terima kasih sudah membeli kue di toko ibu." ucap ibu tulus.
Hendra dan Salsa hanya tersenyum, lalu berjalan ke arah mobil. Hendra kemudian meletakkan box-box kue kedalam bagasi. Lalu ia masuk ke dalam mobil. Yang sudah ada Salsa dan Hendri di dalamnya.
" Lama banget sih kalian, gue udah capek banget tau nunggu disini." ucap Hendri sebal.
" Salahin tuh kak Hendra yang ngobrol panjang lebar Ama ibu. Kalo gak ada gue tadi, pasti loe lumutan di mari. Karena pastinya kak Hendra ngobrol terus sampe lupa kalo ada kita nunggu dia." omel Salsa.
" Ya deh gue minta maaf , cuus kita pulang sekarang" ucap Hendra.
Mobil kembali melaju kencang membelah keramaian jalanan kota. Sesampainya di halaman rumah Salsa mobil berhenti. Menurunkan sebagian barang belanjaan yang tadi mereka beli. Karena sebagian tadi sudah dibawa Fatimah. Dan sebagian lagi akan dibawa oleh si kembar.
Setelah memastikan semua barang turun, mobil kembali melaju kearah rumah si kembar. Yang jaraknya berdekatan dengan rumah Salsa. Ya rumah si kembar dan Salsa saling berhadapan.
Hendra langsung memasukkan mobilnya ke dalam garasi. Kemudian mereka turun sambil membawa box kue tadi. Sisanya mereka serahkan kepada pak Diman satpam rumah mereka.
Hendri tanpa basa-basi langsung masuk kedalam ke kamarnya setelah meletakkan box kue yang ia bawa tadi. Sedangkan Hendra ia berjalan menghampiri mama dan papanya yang sedang duduk santai diruang keluarga.
Hendri yang sudah berada di kamar nya langsung mengunci pintu. ia merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Pikirannya sedang tak karuan. Memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
" Gak mungkin gue bersaing sama saudara gue sendiri. Tapi disisi lain gue udah cinta banget sama Fatimah. Apa yang harus gue lakuin? kenapa juga kita harus suka sama gadis yang sama. Ahhhhhhhh........!!" gerutunya sambil berteriak frustasi.
Karena kamar Hendri yang sudah terpasang peredam suara. Jadinya tidak akan yang tau teriakan frustasi Hendri.
" Apa gue lepasin aja Fatimah buat kak Hendra aja. Tapi gimana dengan perasaan gue sendiri." ocehnya lagi.
" Fatimah, loe tau gue cinta banget sama loe. Mungkin kalo bukan kak Hendra yang juga suka sama loe. Mungkin saat ini gue masih mau untuk pertahanin perasaan gue ke loe. Untuk nantinya gue jadiin loe sebagai belahan hidup gue. Tapi gue harus mengalah untuk pertahanin perasaan gue ke loe, karena kak Hendra juga ada rasa Sama loe." oceh Hendri yang sedang membayangkan bahwa ia sedang berbicara dengan Fatimah.
" Apakah yang gue lakuin udah bener Fatimah?" oceh nya lagi.
Tak sadar air mata Hendri luruh begitu saja. Ia merasa sudah tak sanggup menahan rasa sakit mengetahui saudaranya sendiri juga memiliki rasa pada gadis yang sama.
Dan ia harus mencoba merelakan gadis yang telah lama ia cintai dan ia jaga secara diam-diam demi kebahagiaan saudaranya.
Begitu menyakitkan dan menyesakkan dada. Apalagi saat membayangkan gadis yang kita cintai bersama orang lain bukan dirinya.
Tangis tak lagi bisa di bendung. Semua ia tumpahkan malam ini. Tanpa ada yang tahu luka kesedihan yang Hendri rasakan.
" Malam ini terakhir kali gue nangis. Esok hari gue harus bisa menerima keputusan gue sendiri. Mencoba melupakan perasaan gue ke Fatimah. Gue harus bisa demi kak Hendra." ucap nya penuh tekad.
Hendri menghabiskan malam ini dengan mengeluarkan semua rasa sakitnya. Hingga saking lelahnya tak sadar ia tidur dengan keadaan yang sama saat pulang tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments