Bab3

Si Kembar hanya mengangguk sebagai respon. Fatimah lalu berjalan sedikit cepat menuju tempat si Bejo terparkir.

Hari berganti hari, seiring berjalannya waktu. Hubungan pertemanan antara Fatimah, Salsa dan juga si kembar semakin erat terjalin. Begitu juga dengan perasaan Hendri yang semakin lama semakin besar kepada Fatimah. Perubahan sikap, perhatian yang diam-diam di berikan Hendri tanpa ada orang yang tahu.

Cukup membuat Fatimah menyadari bahwa ada sesuatu yang aneh dibalik perubahan sikap Hendri padanya. Walau pun tetap saja tampang wajah Hendri yang dingin, datar juga irit bicara. Tapi itu semua berbanding terbalik saat mereka sedang berdua.

Seperti saat ini, hari ini sepulang sekolah mereka berjanji untuk mengerjakan tugas kelompok di rumah Fatimah. Tapi karena ada hal yang mendesak akhirnya hanya Fatimah dan Hendri saja yang bisa mengerjakannya. Sedangkan Salsa dan Hendra tidak bisa karena ada urusan penting masing-masing yang tidak bisa ditinggalkan.

" Hendri, tugas kelompoknya gak papa nih kita kerjain berdua aja?" tanya Fatimah saat akan memulai mengerjakan tugas.

" Emang kenapa, loe keberatan?"tanyanya.

" emm... gak juga sih. Cuma kan kita ngerjainnya berdua doang. Mana tugasnya banyak banget lagi." ucap Fatimah sambil menghela nafas.

Hendri yang tahu apa yang dipikirkan Fatimah akhirnya mencari solusi terbaik agar Fatimah tidak merasa berat mengerjakannya.

" Loe kerjain tugas yang ini, nanti yang lainnya biar aku kerjain" ucap Hendri sambil menunjukkan lembaran halaman tugas.

" Lah ya gak bisa gitu dong, kita kerjain aja bareng-bareng. Kalo aku ngerjain ini dan kamu sisanya. Gak adil dong, dari dulu yang namanya tugas kelompok yang dikerjain sama-sama." ucap Fatimah.

Hendri yang mendengar ucapan Fatimah. Tanpa sadar tersenyum lebar. Entah apa yang ia pikirkan. Tapi yang jelas, Fatimah yang jarang-jarang bisa melihat senyuman Hendri. Untuk sesaat merasa terpesona. Karena senyuman Hendri membuat tingkat ketampanannya semakin meningkat.

Hendri yang melihat Fatimah menatapnya tanpa berkedip. Semakin membuat Hendri merasa gemas.

" Ngapain loe ngliatin gue kayak begitu, gue akuin gue emang ganteng dari lahir. Jadi gak usah ngliatinnya kayak begitu. Awas jatuh cinta ntar loe ke gue." ucapnya narsis.

Fatimah yang mendengar ucapan Hendri yang seperti itu. Malah tertawa, karena baginya ucapan Hendri sangat lucu.

" Sejak kapan loe narsis begitu Hen? Gak ada hujan gak ada angin loe ngomong begitu. Lagian sejak kapan gue cinta sama loe. Idih ogah gue, loe kan dingin dan kaku banget orang nya. Masak gue pacaran sama kulkas 10 pintu kayak loe. Amit-amit dah" ucapku sambil tertawa.

" Jangan ketawa loe, apa loe bilang gue kulkas 10 pintu. Mana ada ya cowok seganteng dan sekeren gue berubah jadi begituan. Lagian jodoh mana ada yang tahu." ucap Hendri sebal.

" Awas aja loe sampek jatuh cinta ke gue, gak pake lama gue lamar loe ke orang tua loe detik itu juga" ancamnya pada Fatimah.

Fatimah yang mendengarnya semakin tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Hendri yang melihat reaksi Fatimah tersebut semakin kesal. Fatimah yang sadar akan sikapnya yang mulai keterlaluan akhirnya menghentikan tawanya.

" Maaf....maaf. Soalnya sikap loe berubah banget kalo kita lagi berdua. Kayak bukan Hendri yang biasanya. Sekarang kita kerjain tugasnya. Takut gak selesai tugasnya, kan besok harus dikumpulin." ucap Fatimah.

Akhirnya mereka mengerjakan tugas kelompok mereka dengan khusyuk. Ditengah-tengah mengerjakan tugas, datanglah ibu Fatimah sambil membawa nampan. Yang berisi beberapa macam kue dan juga minuman.

" Wah Bu, tahu aja kita lagi laper. Maaf udah merepotkan Bu. Dan terima kasih untuk makanan dan minumannya" ucap Hendri.

Ya ini pertama kalinya Hendri datang ke rumah Fatimah. Walaupun sebenarnya orang tua Fatimah sudah mengenal teman-teman dari Fatimah.

" Iya gak papa, gak ngerepotin kok. Lagian kue buatan sendiri gk pake beli. Kalo kurang bisa ambil tuh di toko. Gak usah sungkan, emm ini yang namanya Hendra apa Hendri ya. Maaf ibu jarang ketemu kalian. Jadi ibu gak hapal kalian" ucap ibu ramah.

" Ini yang namanya Hendri Bu, Hendra nya lagi ada urusan sama papanya. Gak bisa ditinggal kayak nya sih penting banget gitu." kata Fatimah menjelaskan.

" oh gitu, terus anak ibu yang cewek satunya mana kan katanya kelompoknya kalian berempat?" tanya ibu .

" Salsa nganter mami cek up Bu, ke rumah sakit. Soalnya papi gak bisa nemenin lagi di luar kota ada bisnis katanya. Jadinya Salsa yang nemenin. Terus kata salsa jatah kue nya nanti suruh nitipin Hendri"ucap Fatimah menjelaskan kemudian tertawa.

Mengingat pesan yang disampaikan Salsa ketika akan berpisah di depan sekolah tadi.

" Iya nanti ibu nitip buat Salsa ya Hendri. Sekarang kalian cepetan kerjain tugasnya. Ibu tinggal dulu buat pesanan kue orang." ucap ibu Fatimah seraya pergi kembali ke dalam.

" Dasar ngerepotin dan bikin malu aja tuh bocah satu." gerutu Hendri yang masih bisa didengar oleh Fatimah.

" Santai aja kali Hen, udah biasa Salsa begitu ke ibu. Sama kayak papi maminya Salsa udah anggap aku kayak anaknya sendiri. Begitupun Salsa, ayah sama ibu udah anggap Salsa kayak anaknya sendiri." jelas Fatimah.

Mereka pun kembali mengerjakan tugas kelompoknya. Waktu terus berlalu hingga hari menjelang malam. Tugas mereka akhirnya selesai. Kemudian Hendri membereskan buku-buku yang berserakan dan juga laptopnya. Lalu membantu Fatimah membereskan barang-barang yang lainnya.

Setelah dirasa semua sudah kembali rapi. Hendri berpamitan dengan kedua orang tua Fatimah yang sedang asyik ngobrol di teras rumah.

" Pak Bu, Hendri pamit pulang dulu. Udah malam, takut mama nyariin. Makasih ya Bu buat kue nya, enak banget. Lain kali boleh Hendri maen lagi kesini buat nyicipin kue ibu lagi?" ucapnya sambil tersenyum ramah.

" oh ya boleh banget, ajak yang lain juga. Nanti ibu siapin banyak kue buat kalian. Dan ini nitip buat Salsa ya. Terima kasih." ucap ibu Fatimah sambil menyerahkan paperbag kepada Hendri.

" Iya Bu nanti Hendri sampaikan. Assalamualaikum pak Bu" pamit Hendri sambil bersalaman dengan orangtua Fatimah.

" Waalaikumussalam, hati-hati dijalan jangan ngebut." pesan ayah Fatimah.

Hendri hanya mengangguk seraya menaiki motornya.

Motor Hendri pun melaju keluar pekarangan rumah Fatimah sampai tak terlihat lagi.

Akhirnya Fatimah dan kedua orangtuanya masuk kedalam rumah.

Keesokan harinya saat disekolah.

" Fatimah, makasih ya kue nya. Dan gue minta maaf gk bisa bantu ngerjain tugas kelompok kemarin. Mami sih ngajaknya mendadak banget. Pake acara disana lama banget lagi. Tahu gitu gue gak mau deh suruh nemenin cek up lagi." gerutu Salsa saat baru tiba di sekolah.

" Eh Loe oon banget ya, emang mau sama siapa lagi mami perginya kalo gak sama loe. Anaknya kan cuma satu, loe doang. Lagian ya kalo papi ada, palingan perginya Ama papi bukan Ama loe." ucap Fatimah.

" Sebenarnya sih mami males banget pergi Ama loe, loekan bawel banget. Ngerepotin juga, sangking aja mami kepaksa. Jadi mau gak mau harus ngajak loe. Aslinya mah ogah banget mami." ejek Fatimah.

" Ih temen apaan loe, suka banget ngeledekin gue. Eh biarpun gue bawel dan suka ngerepotin. Tapi cuma gue yang betah temenan Ama loe, cewek cuek, yang punya otak rada gesrek." timpal Salsa yang tak mau kalah.

" Eh yang gesrek bukan cuma gue ya loe lebih parah" balas Fatimah.

Begitulah setiap hari isi perdebatan mereka. Namun tak membuat mereka sakit hati atau menjauh. Malah dari perdebatan itu membuat mereka semakin erat dalam persahabatannya.

" Fatimah, si kembar mana nih kok belum Dateng. Gak biasanya,mereka berangkat kesiangan." tanya Salsa keheranan.

" mana gue tau, emang gue emaknya" ucapku sambil membuka buku pelajaran.

" ihh dasar temen gak ada akhlak." ucap Salsa.

Beberapa menit kemudian yang dibicarakan datang juga.

" Halo cewek-cewek cantik. Pasti nyariin kita ya" sapa Hendra seperti biasa.

Sedangkan Hendri masih dengan mode kulkas 10 pintunya.

" Tumben banget kalian berangkat rada siang. Kemana aja kalian?" tanya Salsa.

Fatimah hanya diam menyimak obrolan mereka.

" Motor gue tadi bocor, jadi nyari tukang tambal ban dulu. Ini juga motor nya gue tinggal disana. Untung aja ada Hendri di belakang gue, jadinya gue nebeng Hendri kesini" jelas Hendra. Salsa hanya mengangguk paham.

Bel pun berbunyi tanda pelajaran akan segera dimulai. Suasana kelas yang tadinya ramai berubah hening saat ada guru masuk ke dalam kelas.

Semua siswa fokus mengikuti setiap pelajaran yang diberikan. Hanya terdengar suara guru menjelaskan dan sesekali beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan.

Suaa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!