...----------------...
Wanita dan pria dewasa itu tetap pada pendiriannya untuk bungkam dengan keberadaan berlian Quarios saat ini. Keluarga Jarzam Baskara tidak pernah satu kali pun membawa berlian istimewa itu ke dalam gedung perusahaan tersebut, guna mengelabui semua orang dari keberadaan sang berlian.
Manusia adalah zat yang bisa berbuat kejam lebih dari iblis yang ada di muka bumi, dengan alasan ini keduanya tidak pernah memperlihatkan bagaimana mereka merancang perhiasan yang terbuat dari berlian tersebut.
Sekumpulan halimun mulai mengerubungi semua orang yang ada di sana, awan yang menghitam di atas sana mulai melukis kilatnya menjadikan sebuah irama, tanah yang bergetar mulai saling bersahutan dengan ketakutan yang semakin mencekam, pertempuran di mulai.
Lima belas lelaki bertubuh kekar itu menyerang dua makhluk mitologi tersebut di waktu yang bersamaan, gadis kecil di belakang keduanya menjerit tiada henti menyerukan nama kedua orangtuanya yang di bantai habis oleh para komplotan mafia yang sering di kenal dengan DCN.
"Aaaargh ... Ayah ... Bunda ...." Suara pekikannya melanting, mampu menembus dinding langit yang tengah mengkilat.
Gadis kecil itu mengendur dan terjatuh ke tanah, dia seret tubuhnya menjauh dari sana sesuai arahan dari wanita berparas bak dewi itu, wanita itu terus memberikan isyarat pada putrinya untuk menjauh dari semua orang yang ada di sana. Dia berlari dengan terbata-bata dan air mata yang berderai pilu, tubuhnya bergetar, hatinya berulang kali tertikam benda kasar sehingga dadanya sesak dan memangkas aliran pernapasannya menjadi semakin menyempit.
Pertempuran semakin tak terelakkan lagi. Kedua makhluk yang termasuk ke dalam bagian duyung legenda negeri ini, kewalahan menahan serangan dari semua orang yang menghabisinya dengan pukulan di bagian dada, perut bahkan ke area leher sampai tubuhnya lemah dan penuh lebam.
Komplotan mafia itu tidak menggunakan senjata tajam ataupun senapan, tetapi tetap saja kedua makhluk mitologi itu tak bisa menahan semua orang dalam waktu yang bersamaan, lima belas pria kekar itu tak segan menikam perut keduanya, beralih meninju paras indah keduanya dalam detik yang sama, dan kedua makhluk itu tak bisa mengerahkan kekuatan leluhur yang telah mereka salurkan pada Ellena, terserap oleh kalung itu.
Pertempuran semakin mencekam kala beberapa anggota mafia itu tanpa segan menampar wanita cantik itu sampai berguling ke belakang dan berakhir tak berdaya, napasnya tersekat. Sang suami membulat, derauan di dadanya bergema hebat.
Namun, dia pun tak mampu berbuat apa-apa. Rasanya sungguh tidak adil dua melawan lima belas orang yang memiliki kemampuan bela diri yang kokoh, sedang dua makhluk itu tidak memiliki kekuatan seperti biasanya untuk menumpas penjahat itu semua.
Mylan tiba-tiba saja melayangkan satu tangannya dan seketika angin badai mengibas ke arah pria berparas tampan itu dan menyeret pria itu terlempar ke belakang, tepat di samping sang istri yang sudah terengah-engah bersamaan dengan anggotanya yang ikut terlempar dan membentur pepohonan tebal yang ada di sekitar.
"Arrrgh ...."
"Cukup! Saya muak melihat pertempuran tak bermutu kalian," pekik Mylan melangkah maju dari area paling belakang. "Dan kenapa kalian tidak menggunakan kekuatan kalian? Bukannya kalian memiliki ilmu semacam itu, kalian itu bodoh! Mereka hanya manusia biasa yang tidak memiliki apapun, dan kalian bisa mengalahkannya dalam satu kibasan," sambung Mylan melipat kedua tangannya di depan.
Tak akan kami biarkan kalian mengetahui darimana kami berasal, jika kematian telah tertulis dalam ramalan buku pusaka itu, maka kematian itu bukanlah kekalahan, karena sang pusaka telah menuliskan hukuman yang berat untuk kalian.
Dari area pelipisnya sudah bercucuran darah segar, tatapannya mulai kabur. Saat-saat terlemah mereka, setelah mereka tersungkur ke bawah. Salah satu tangan keduanya merangkak untuk saling berpegangan. Menurut legenda buku pusaka, ketika duyung legenda telah kehilangan kekuatannya maka hanya satu kekuatan yang masih berfungsi, ia adalah cinta.
Dalam keadaan meringis menahan semua rasa sakit di sekujur tubuhnya tanpa memedulikan derai darah yang sudah membuncah di pelipis dan area bibir mereka, bahkan penampilan mereka sudah sangat kusut tak berdaya.
Dewa Baruna!!! Kami berikan nyawa kami untuk menjaga keseimbangan lautan, tapi tolong selamatkan putri kami Ellena Cellestia Jarzam Baskara, inilah permintaan terakhir kami.
Batin keduanya menjerit menyerukan sang dewa penguasa lautan yang kini masih bertapa.
"Sudah menyerah?" tanya Rainero angkuh sambil dia menyingsingkan kemeja yang dia gunakan.
Tak lama dari itu Rainero menyerukan tawanya menembus keheningan hingga pecah, kawanan kelam terbelah, dinding langit bergetar azmat, awan-awan kelabu di atas sana mengilatkan kedukaan bersamaan dengan sang rembulan yang merunduk pilu.
Anggota mafia yang turut menghabisi dua makhluk mitologi itu nampak tersenyum ceria karena merasa puas telah mengalahkannya dan membuat pimpinannya tertawa lepas seperti saat ini, sedangkan Mylan hanya menatapi dua makhluk itu dengan kecurigaan yang membukit di dalam pikirannya dengan senyuman tipisnya.
"Perusahaan Jarzam Baskara resmi telah menjadi milik Rainero Skyrho!"
DORR!
DORR!
DORR!
"AAAARGH ...."
"Aarrghh ... BUNDA ... AYAH ...." Tubuh gadis kecil itu bergetar dengan air matanya yang merebak berpilu, kedua tangannya terjatuh begitu lemah, mencengkeram rumput-rumput hijau di bawah.
Bibir Ellena bergetar bersamaan dengan tubuhnya yang mendadak mematung, gadis kecil itu menyaksikan kedua orangtuanya dihabisi dengan kejam oleh komplotan mafia itu, bola mata birunya merekam semua wajah dari orang-orang keji itu terutama Rainero dan Mylan. Namun, gadis itu tak bisa bergerak ataupun mengumpat. Tangisannya pecah dan terus menjerit menyerukan panggilan pedih pada kedua orangtuanya.
Wanita berparas indah itu menoleh lemah pada sang putri, dia mengirimkan signal melewati permata yang menancap di dahinya dan juga dahi sang putri.
Pergilah sayang ... Putri Bunda yang tangguh harus hidup dan jaga kekuatan sang kristal biru di lautan, pergi sayang ... Selamatkan hidupmu, kami akan menyerahkan nyawa kami untuk menjaganya.
Ellena membulat dengan tubuh yang masih bergetar, sesak di dadanya membukit memangkas semua usahanya untuk menghirup udara dengan lepas. Kelam di sana semakin menebal.
Bunda ... Ayah ...
Apa yang harus Lena lakukan? Kehidupan Lena adalah kalian.
Ellena membalas signal yang menyentuh permata birunya hingga menguarkan sinarnya.
Lari ke dermaga di ujung kota itu, temui lautan yang menyiarkan warna merah muda dekat dengan pilar tinggi berwarna putih yang menembus awan-awan putih, terjunlah ke sana dan kamu akan selamat.
"Ta-tapi ... Bunda, Ayah ... Bagaimana dengan--" Suara lirih Ellena terburai, secara bergantian tatapan getirnya mengarah pada kedua orangtuanya yang terkapar lemah sudah tak berdaya lagi.
PERGI ELLENA! Hiduplah untuk kami!
Pekikan batin dari pria gagah itu tiba-tiba saja bergerak merambah diri Ellena.
Dalam keadaan pilu dan air mata yang berambai-ambai Ellena menyeret langkahnya, gadis itu berusaha untuk berlari dengan seluruh raganya yang lemah, tubuhnya masih bergetar, rasa takut bercampur dengan kemarahan yang perlahan tertanam dalam jiwa gadis itu.
Kemarahannya mengendap, dan itu akan selalu dibawa olehnya ke dalam kehidupan selanjutnya yang akan di jalani gadis kecil itu. Jiwanya bergetar menyerukan sebuah dendam yang pasti akan dia lakukan, kapanpun dan di mana pun dia berada.
Tiga peluru tertancap di dahi keduanya hingga darah berambai-ambai membasuh paras indah keduanya, genggaman keduanya semakin mengerat.
"Ka-lian ... Ak-kan menemui kematian yang lebih me-ngenaskan da-ri i-ini," ucap pria gagah itu mengerutkan hidungnya.
Lagi-lagi Rainero tertawa pacak setelah dia melempar senapan api yang dia gunakan untuk membunuh kedua makhluk mitologi di depan. "Kematian pun takut padaku, kematian hanya akan menemui orang-orang lemah dan bodoh seperti kalian!" sentak Rainero angkuh.
Pria dan wanita dewasa itu mendengkus, dan perlahan matanya terpejam. Kematian telah menemui keduanya, dua duyung legenda yang menjaga keseimbangan lautan telah terbunuh oleh komplotan mafia yang serakah.
Perlahan permata yang ada di dahi keduanya memancarkan sinar yang menyilaukan sehingga semua orang yang ada di sana tidak bisa menahan pancaran sinar itu, serempak semuanya melayangkan sikunya ke atas untuk menghalau sinar putih kebiruan itu.
"Sial! Sinar apa ini?"
"Siapa mereka sebenarnya?"
"Ah sial, aku tidak bisa melacak siapa mereka sesungguhnya."
Seiringan dengan lantunan angin yang bergerak kesana-kemari tak karuan, tiba-tiba muncul sebuah pilar kaca di dekat semua orang yang ada di depan, sehingga semuanya terseret oleh sinar itu. Satu per satu mereka terpental dan membentur semua benda mati yang ada di sekitar sana.
Aaargh ...
Aaargh ...
Aaargh ...
Jeritan semuanya saling bersahutan di dekap oleh sunyi. Rainero dan Mylan membentur sebuah pohon besar yang berduri, punggung keduanya merasanya nyeri yang amat menyiksa, punggungnya berderai karena duri-duri itu melukainya.
"Aargh ... Apa itu?" seru Mylan menyungkur dengan netra yang meruncing pada sinar yang tengah bergerak celas-celus sehingga wanita itu tidak bisa menelisik kejadian apa yang sedang terjadi.
Dinding kaca itu seketika menjadi bening dan kokoh, ia menjelma menjadi hutan berkabut layaknya televisi raksasa, dari detik yang lain dua permata kedua makhluk itu mengudara dan berakhir pecah. Serpihannya berjatuhan di atas tubuh keduanya yang telah kehilangan nyawanya dalam keadaan tersenyum indah.
Sinar itu masih berjempalitan di antara semuanya, yang kemudian sinarnya kembali menguat dan menyeret semua orang yang ada di sana terpental jauh keluar dari perkomplekan megah yang terjaga ketat itu.
Aaaarrgh ...
Jeritan kembali terburai dari mulut tujuh belas orang-orang keji itu, termasuk Rainero dan Mylan yang angkuh, kedua manusia angkuh itu tak bisa melakukan apapun kala cahaya yang entah berasal dari mana itu menyeretnya dengan kasar.
...🌚 🌚 🌚...
Bunda ... Ayah ... Kenapa semua ini bisa terjadi? Apa Lena melakukan kenalan yang sangat fatal?
Kenapa ayah dan bunda pergi, kehidupan apa yang harus Lena jalani tanpa kalian?
Mereka yang menghabisi ayah dan bunda, akan aku pastikan mati di tanganku.
Gadis cantik berusia sembilan tahun itu tiba di perbatasan kota sesuai dengan arahan dari sang bunda. Dalam pelukan sedunya, gadis itu menyeka air mata yang baru saja berhenti dengan kasar.
"Apa Lena akan hidup seperti kata ayah dan bunda," urai Ellena pilu sembari memeluk kalungnya menggunakan kedua tangannya.
Gadis cantik itu termenung sejenak di ujung dermaga yang membawanya ke tengah lautan, jauh di depan ada dua buah pilar berukuran raksasa berdiri kokoh berwarna putih, netra Ellena terlempar jauh ke atas menembus awan-awan yang berkumpul di sekitar pilar itu.
Ellena menelan ludahnya dengan kasar, lantas dia terpejam seraya dia menghela napasnya panjang, gadis itu kembali berderai kala rekaman memori pembantaian kedua orangtuanya, tubuhnya seketika melemah. Ada rasa tak berdaya menyeruak secara perlahan menyayat hatinya.
"Pertemukan Lena dengan ayah dan bunda lagi ...," teriak Ellena seraya dia melompat dari dermaga itu dalam keadaan mata terpejam.
Seketika kalung yang melingkari lehernya menguarkan cahaya yang menyalak, ia menuntun Ellena yang terpejam berenang mendekati pilar itu. Tiba di depan pilar itu yang ternyata tertutup oleh gerbang air yang berderai dari atas, air itu tiba-tiba saja terbelah dan membawa Ellena masuk ke dalam sana.
Laut merah muda yang dibicarakan sang bunda bersembunyi di dalam pilar itu. Daerah sana adalah daerah terlarang yang tidak pernah ada yang berani mengunjunginya, sedang di samping kanan dan kirinya dipenuhi oleh hutan berkabut hitam yang tebal.
Gadis bermata biru itu perlahan tenggelam ke dalam lautan berwarna merah muda, tanpa khawatir akan direnggut nyawanya karena kehabisan napas, dia berputar-putar di tengah-tengah lautan yang dingin beraroma manis bak aroma permen karet yang menggugah selera.
...----------------...
...Next ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
NT.RM
Tulisan nya rapih, dan bikin baper nih
2023-12-22
2