...•...
...•...
...•...
...•...
...•...
Kalung dengan liontin berbentuk bola kecil itu terus memancarkan cahayanya hingga warna air lautan berubah menjadi biru dalam beberapa waktu, binarnya menyelubungi tubuh raga gadis itu sehingga tak lagi nampak wujud dari Ellena.
Air lautan membentuk pusaran, ceruknya di bawah menghitam yang tak lama dari itu sebuah pendar menyembul ke atas, secara langsung mendorong Ellena ke atas, lagi-lagi tubuh Ellena berputar-putar di udara.
Dari kejauhan, lelaki gagah berparas keras mengangkasa di atas lautan, dia memegang tongkat bermata lima dengan warna emas, lelaki yang nampak sudah berumur itu memiliki tubuh kekar dan mengenakan mahkota kekuasaan dan di bagian tengahnya seperti membentuk pusaran air yang berputar-putar sedang di sekitarnya percikan benda kecil beterbangan berwarna biru.
Kamu adalah pewaris terakhir kekuatan sang kristal biru, pergilah untuk hidup dalam kehidupan kedua mu, datang kembali saat usia mu menginjak 25 tahun, akan ada lelaki yang membawa mu kembali menemui ku.
Pria berambut putih yang beterbangan itu mengirap tongkat yang setinggi dirinya itu ke arah kanan, seketika Ellena melangkah mundur dan masuk ke dalam sebuah kapsul berwarna merah muda pudar.
Kapsul itu kembali diseret oleh tongkat berwarna emas itu menyeberangi pilar, dan kapsul yang berisikan Ellena mengambang di atas lautan normal, dia bergerak kemana pun ombak menyeretnya.
Ellena dalam wujud baru dan paras yang sama, mengarungi lautan yang dingin sendirian, entah dia akan berhenti di mana, karena ombak yang menentukan gadis itu menepi di bagian dunia mana. Pria bertubuh kekar itu hanya menyelamatkan nyawa gadis itu sebagai penghormatannya terhadap pengikutnya yang setia dan kini mereka telah melebur bersama permata biru yang pecah.
...🌚 🌚 🌚...
Aroma citrus menyebar ke setiap penjuru rumah mewah di pusat kota Sirevina, Rainero dan Mylan tengah terduduk tega di single sofa yang ada di dalam kamar mereka. Tatapan keduanya sama-sama meruncing, angannya melambungkan sebuah pertanyaan besar tentang apa yang telah terjadi di beberapa hari terakhir ke belakang.
"Sayang, kamu tahu mereka makhluk apa?" tanya Rainero serius, memangkas tatapan menggoda Mylan menjadi ketakutan.
Sebelum menjawab pertanyaan suaminya, Mylan sempat menelan ludahnya secara kasar yang kemudian disusul dengan embusan napasnya yang terburai berat. "Aku tidak mengetahuinya, mereka tidak mengeluarkan ilmu kasat mata yang mereka miliki, sehingga aku tak bisa melacak mereka sebenarnya makhluk apa," jawabnya penuh keyakinan.
"Sial!" geram Rainero mengepalkan satu tangannya yang kemudian dia tinjukan pelan ke telapak tangannya yang lain.
Sementara pelayannya yang berdiri di belakangnya bergeming sambil menyelesaikan pekerjaannya, pelayan itu tengah mengobati luka lebam yang bertandang di punggung lebar milik Rainero, lelaki bertubuh proporsional itu tak mengenakan sehelai kain apapun, kecuali celana panjang berwarna hitam.
Begitupun dengan Mylan yang juga hanya mengenakan br*-nya, sementara bagian bawah dia tutupi dengan sehelai handuk tebal berwarna putih. Di belakang wanita itu berdiri seorang yang tengah mengoleskan obat untuk mengobati luka karena duri-duri dari pohon itu.
"Sudah jelas jika mereka bukan manusia biasa," duga Rainero kesal.
Dia tekuk lehernya ke arah kanan dan kirinya seraya melipat buku-buku tangannya sampai mengeluarkan suara. "Apa dia bagian dari mu?" sambung Rainero kembali meruncingkan tatapannya pada sang istri.
Degh!
Netra Mylan terombang-ambing dari ketakutan jika sang suami akan murka dan menimbulkan kekacauan lagi seperti hari-hari sebelumnya, saat pernikahan berlangsung. Rainero dalam keadaan mabuk terlebih rencananya untuk merampas kekayaan pemilik bisnis bar terbesar di kota itu gagal total.
Amarahnya membuncah dan tak terkendali, dia menghajar lima anak buahnya yang berada dalam operasi perampasan itu sampai patah tulang dan mereka dirawat di rumah sakit lebih dari tiga bulan. Dan Mylan tidak ingin hal itu terjadi lagi, karena sejujurnya dirinya pun sulit untuk mengendalikan amarah suaminya, satu-satunya cara yang selalu dia lakukan untuk meredam emosi lelaki itu adalah memberikan tubuhnya.
"Tidak!" tepis Mylan tegas.
Pelabuhan angannya mengarungi serpihan memori yang berceceran di benaknya, tetapi sebagian serpihan itu telah menghilang dari ingatannya, entah mengapa itu bisa terjadi, sementara Mylan adalah sosok yang mudah mengingat banyak hal dan menjadi sebuah rekaman video di dalam memorinya.
"Aku tidak tahu apapun, aku sama sekali tidak bisa melacak siapa mereka," embus Mylan, kemudian netranya melanting pada suaminya, "mereka sudah tewas, dan perusahaan berlian itu sudah resmi menjadi milik mu bukan? Itu yang kamu mau," tambah Mylan.
Sebuah senyuman yang mendengkus berkurai, bibirnya yang membeku seketika melemas dan secara perlahan menaik, menerbitkan sebuah senyuman kepuasan. Tahun ini Rainero Skyrho telah merampas dua perusahaan besar, satu perusahaan bar yang memiliki lebih dari lima belas cabang dari seluruh dunia dan kedua adalah perusahaan berlian terbesar di seluruh penjuru negeri ini, ya! Itu adalah perusahaan Jarzam Baskara.
"Kamu benar sayang, manusia yang telah mati sudah tak penting lagi," pungkas Rainero menggerakkan satu tangannya, memerintah pelayan untuk segera enyah dari kamar mereka.
Kedua pelayan yang sudah selesai mengobati luka bos-nya itu berlari kecil keluar dari kamar mewah nan luas itu, aroma citrus menyebar ke seluruh penjuru ruangan. Kamar yang memiliki banyak sekali barang mewah itu memiliki pencahayaan yang cukup tipis, Rainero tidak suka cahaya lampu yang terlalu terang.
Rainero menemui anggotanya di lantai satu rumahnya yang luas bak lapangan golf, dia menabur tatapan tajamnya pada setiap mata yang menatapinya dengan segan. Sembari menyingsingkan kemeja hitamnya, lelaki itu menuangkan embusan napas kasar di hadapan semua orang.
"Cari putri dua manusia itu, temukan dia di manapun dia berada, kita belum menemukan rumahnya dan kunci keberadaan rumah itu adalah anak kecil itu," titah Rainero tegas.
Salah satu anggota melangkah maju dengan hati-hati. "Tapi tuan, kita tidak mengetahui wajah dari anak itu," tanyanya penuh kehati-hatian, takut membuat Rainero murka.
Mendengar pertanyaan dari salah satu anggotanya itu, netra Rainero mengeras, pembuluh di area dahinya menegang bersamaan dengan semburan napasnya yang ikut memanas.
Sial! Kenapa bisa lupa kalau dua manusia sialan itu mengelabui mata kami untuk tidak mengenali wajah dari putri mereka.
Batin Rainero mencibir geram, terlihat jelas dari tatapannya yang memercikan api kemarahan. Kemudian bola mata almond-nya kembali mengedar ke anggotanya yang sudah lama menunggu perintah darinya.
"Anak itu memiliki warna rambut sapphire blue yang indah, cari anak kecil berusia 9 tahun yang memiliki warna rambut semacam itu," paparnya kemudian.
Pria itu mengetahui umur Ellena dari seorang anggotanya yang dia perintah untuk menjadi mata-mata di perusahaan Jarzam tersebut, sampai kini pria paruh baya yang menggantikan posisi kedua makhluk mitologi itu masih berada di sana, dia belum menemui Rainero secara langsung.
Negara Lescanara Disibukkan dengan sebuah berita yang beredar dengan cepat, tubuh dua makhluk mitologi itu lenyap ditelan angin, tak ada jejak apapun dari mereka, begitupun dengan rumah yang tenggelam begitu saja dan menciptakan danau kaca yang indah.
'Telah hilang pimpinan dari perusahaan Jarzam Baskara, tuan dan nyonya Jarzam Baskara tiba-tiba saja menghilang, begitupun dengan putri kecilnya.'
'Ada sebuah danau aneh yang tiba-tiba saja muncul di pertengahan komplek, tetapi ia adalah danau yang cantik.'
Timeline berita online dipenuhi dengan pencarian kemanakah perginya kedua pimpinan perusahaan besar itu. Begitupun dengan danau kaca dipertengahan komplek yang muncul menjadi daya tarik besar untuk para penduduk negeri ini.
Hanya saja mereka tidak bisa menikmati keindahan danau yang menyimpan pelangi di atasnya itu untuk melihatnya dari dekat, karena di sekitarnya adalah tumbuhan berduri yang sangat berbahaya untuk para manusia.
Mylan yang masih mengenakan piyama seksinya melangkah seduktif ke arah suaminya yang terduduk di sofa ruang tamu rumahnya, dia terjatuh di pangkuan sang suami, lalu dia melingkari leher lelaki yang tengah meneguk segelas wine.
"Apa yang kamu pikirkan? Berita apa itu?" tanya Mylan lembut di area telinga lelaki itu.
Tangannya yang berada di belakang segera bergerak melingkari pinggang sang istri, dia menoleh dan tanpa aba-aba dia mengecup bibir polos Mylan. "Mereka mencari keberadaan pimpinan mereka yang telah lenyap," jawab Rainero mengendurkan punggungnya ke sofa yang dia duduki.
Kepala wanita seksi itu mengedar ke televisi yang tengah menyala, matanya menyipit seolah tengah memahami apa yang sedang dibicarakan oleh pembaca berita di sana. "Putri kecil?" Mylan kembali menoleh pada suaminya yang ada di belakang, "di mana anak kecil itu?" tanyanya kemudian.
Pria itu tak lekas menjawab pertanyaan sang istri, dia selukkan tangannya ke tengkuk lutut Mylan sedangkan tangannya yang lain tetap di pinggang wanita itu, lalu Rainero membawa istrinya di atas lengan kekarnya itu beralih dari ruang tengah, langkahnya bergerak menaiki tangga panjang yang membawanya ke lantai dua.
"Kita akan mencari keberadaan anak itu, kita harus menemukannya, karena tujuan kita adalah berlian Quarios, berlian langka itu akan membuat kita semakin berkuasa di negeri itu.
Mylan yang meringkuk tenang di atas lengan Rainero pun menghela napasnya. "Tidak ada yang mengetahui kemana anak itu berlari," ujar Mylan redup.
"Perbatasan laut di ujung kota ini, di sana berseberangan dengan hutan berkabut hitam yang sering dihindari oleh semua orang, aku yakin anak itu lari ke sana," pungkasnya begitu saja dengan penuh keyakinan.
...🌚 🌚 🌚...
Laut biru terbentang luas di hadapan tujuh belas orang berwajah bengis, pakaian serba hitamnya yang dikenakan oleh orang-orang itu, bergerak kesana-kemari karena angin yang melangkah cepat di sekitarnya. Rainero dan Mylan memimpin di batas dermaga itu, dada keduanya terbentang penuh keyakinan.
Tak ada ketakutan yang mengekang mereka, lautan yang terbentang itu seolah tidak ada artinya di mata mereka, demi meraup kekayaan yang melebihi tingginya langit, apapun akan dilakukan oleh Rainero begitupun dengan Mylan yang mengikuti jejak sang suami tanpa memedulikan kehidupan sebelumnya adalah siapa.
"Di seberang sana adalah hutan berkabut hitam, konon katanya di sana kehidupan kerajaan laut berlangsung, tapi satupun tidak ada yang bisa nembus ke dalam pilar itu," jelas Rainero berdiri kokoh memunggungi semua anggotanya.
Anggota yang dia kirim ke perusahaan Jarzam pun telah berada di sana, bergabung dengan semua orang dalam operasi untuk menemukan keberadaan Ellena saat ini. Pria paruh baya yang masih terlihat gagah itu berdiri di samping Rainero.
"Putri kesayangan tuan Jarzam adalah putri yang sangat cantik, kulitnya seputih susu, seperti ada air yang mengalir di dalam tubuhnya, matanya pipih dengan warna bola mata sapphire blue, saya hanya mendengar dari orang lain karena sesungguhnya saya sendiri pun tidak pernah melihat wajah putri kecil itu," jelas Armando sang mata-mata yang Rainero kirim ke perusahaan itu.
"Oke. Semuanya turun dan tembus dinding pilar itu, temukan gadis itu dalam keadaan hidup ataupun mati," perintah Rainero tanpa memikirkan akibat buruk apa yang akan terjadi jika mereka turun ke dalam lautan dalam itu.
Netra semua anggotanya seketika mematung, bola matanya mengeras kala merekam betapa luas dan dalamnya lautan yang ada di hadapannya kini. Mereka menelan ludahnya secara kasar, tidak mungkin mereka terjun begitu saja tanpa alat bantu pernapasan atau perlengkapan keselamatan untuk menyelam.
Pasalnya mereka hanya manusia biasa yang tidak bisa bernapas lama di dalam air, walau mereka komplotan mafia yang dikenal kejam dan bengis, terkadang tidak memiliki perasaan, tetap saja jika untuk turun ke dasar lautan rasanya itu seperti mengirim kematiannya sendiri lebih cepat.
"Tuan, bagaimana bisa turun ke dalam lautan tanpa bantuan apapun?" tanya salah satu anggota yang memiliki luka goresan di area pipinya.
Rainero memutar tubuhnya kasar ke hadapan semua anggotanya yang memiliki tubuh kekar dan berwajah kasar. "Kalian adalah komplotan mafia terbesar di negeri ini, kenapa kalian takut mati?" tukasnya enteng.
Armando yang berada di sampingnya lekas mengerut dan kemudian dia melangkah ke depan untuk berhadapan langsung dengan Rainero. "Tuan, kami adalah manusia yang akan mati sesuai kehendak tuhan, kematian bukan kuasa kita."
...----------------...
...Next .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments