Bab 5

''LAMA BANGET.'' Di bentak Alga saat Alea baru saja membuka pintu mobil.

Nafasnya terdengar berat sebab ia lari secepat mungkin dan Alga mendengar itu, pikirannya tak karu-karuan.

''Sorry bos, kalau aku tidak mengendap-endap dan berlari sekencang-kencangnya tadi, nanti takut ada karyawan lain yang tau. Kalau aku sih ogah jadi trending topik, tapi kalau si bos ya terserah pak bos aja kalau mau, lagian ... kenapa wajah pak bos memerah?'' Alea duduk di pinggir sangat jauh dengan Alga, sambil menunjuk wajah Alga yang memerah.

Berdekatan dengan bosnya membuat jiwa bebeknya meronta-ronta dan ingin berbicara macam-macam, tanpa henti dan jeda.

Alga memalingkan wajahnya ke jendela mobil. ''Dasar kamu ya, aku yang kamu korbankan. Kalau bermain bersama ya korbannya bersama-sama dong, gak ada kata istilah sendiri-sendiri, enak aja.'' Protes Alga sambil melipat kedua tangannya di atas perutnya.

''Siapa tau bos juga yang mau, lagian drama ini bos yang mengawali, sedangkan aku cuma mengikuti doang pak bos ..., jadi... gak ada sangkut pautnya. Selain itu ya bos, resiko di tanggung sendiri dong masa ajak-ajak sih. Berani beli ya harus berani tanggung jawab seharusnya, di toko-toko saja merusak artinya membeli jadi tanggu resiko juga sendiri kan,''

''Enak saja aku yang beli, kamunya aja mau-maunya sendiri bahkan tidak segan-segan menggoda ku, makanya dari pada nanti terjebak dalam permainan kamu ini, lebih baik aku turunkan saja pekerjaan kamu, dasar penggoda.'' Desisnya di akhir kalimat.

Alga memang terkadang berbicara dengan lantang tapi lupa membawa otaknya.

''Menggoda? aku menggoda si bos? aduh ... sejak kapan sih bos ... aku menggoda si bos, bos ini ada-ada saja ucapannya. Sudah jelas-jelas justru si bos yang sendirilah yang selalu berpikiran yang tidak-tidak terhadapku, bukankah begitu bos, apakah tebakanku benar bos?'' menonjolkan dirinya.

Alga wajahnya memerah, meski baju yang di kenakan Alea tertutup rapat tapi ia pernah melihat mantan sekretaris nya itu berpakaian minim sampai belahan dadanya terlihat menarik di matanya.

"Dasar wanita licik, jauh-jauh sana. Bisa-bisa aku terkena bakteri lagi!" sambil mengibaskan tangannya.

"Halah ... gini-gini ya bos, kalau bukan sebab jasaku yang berguna dan penting. Mana mungkin wanita yang bos sebut-sebut sebagai bakteri bisa jadi berguna, ingat ya bos ... gak semua bakteri itu parasit ada yang berguna bagi kehidupan, misalnya bakteri dalam minuman yogurt." Sangkal nya yang memang benar adanya.

Dan baru kali ini, Alga bertemu dengan perempuan yang berbeda, bahkan setelah jabatannya turun drastis tetap saja masih ceria. Jika itu menimpa orang lain pasti orang itu akan berambisi untuk mendapatkan sesuatu yang bukan haknya lagi.

Detik berganti menit dan menit berganti jam.

"Bos." Sambil menatap dan memainkan kedua jari tangannya di atas pahanya.

Tuk tuk tuk.

"Hem ..." Tidak peduli sama sekali.

"Ish ... dasar bos dingin, apa dulu bos di ciptakan keliru takaran? sampai-sampai es batu saja kalah dingin dengan si bos, di tambah lagi wajah si bos yang tampan rupawan ?" secara tidak langsung memuji-muji Alga.

"Jangan menghina bercampur pujian, apa mau kamu sekarang ?" malas.

"Em ... sebentar pak bos, kalau untuk sekarang sih belum ada request ya pak bos, tapi ... seperti nanti deh pak bos request nya!" jawabnya sudah merencanakan sesuatu.

"Awas saja kalau permintaan kamu mengada-ada. Apalagi aneh-aneh sampai minta status terbaik dalam hidupku yang berharga ini." Omelnya yang terlihat sangat lucu di mata Alea.

Alea sungguh kamu beruntung bisa berinteraksi dengan Alga si dingin yang mempesona plus keturunan orang kaya dan berpengaruh.

"Bos ..."

"Hem,"

"Apa keluarga bos tidak memiliki scandal sedikit pun ?" tanya Alea sambil menunjukkan jari telunjuk dan ibu jarinya hampir bersentuhan hanya berjarak 2 cm.

"Banyak dan itu menjadi rahasia keluarga kami !" Alga menyetop pertanyaan Alea, Alea hanya orang luar jadi tidak pantas untuk tau tentang segalanya yang ada di dalam keluarganya.

Itu sama halnya membuka aib lama dan akan membuat mamanya terluka kembali bukan.

"Iya ... iya ... iya yang berasal dari keluarga luar mah ... gak perlu kepo, lagian nanti kalau terjadi masalah justru keluarga dari luar lah penyelamat keluarga tersebut, alias keluarga terbuang." Berusaha membenarkan setiap perkataan nya.

Alea sadar itu.

"Itu jawaban yang bagus, apapun nanti ada masalah kamu tidak perlu ikut campur sedikit pun. Apalagi sampai menawarkan diri untuk membantu, basi ... orang-orang model nya seperti kamu ini akan tulus hatinya ," seperti ini tajamnya lidah Alga.

Apa ia tidak berpikir dulu sebelum berbicara dengan lawan bicaranya.

''Gak perlu bicara begitu kali bos, anda pikir aku tidak punya hati apa.''

''Gak punya, yang ada kan cuma duit-duit aja di dalam hati,'' sindirnya menohok.

Alea tersenyum kecut mendengar tanggapan bos dinginnya, tau begini dulu ia ogah jadi mahasiswi terpintar jika ujung-ujungnya di bodo*i bosnya juga.

.

Perjalanan memakan waktu bermenit-menit sampai membuat Alea bosan berada satu mobil dengan bosnya, tapi ya mau bagaimana lagi orang rendah yang tidak memiliki jabatan hanya bisa tunduk pada atasannya, masih butuh sesuap nasi untuk makan dan menyambung hidup di tempat yang baru.

"Alea." Tidak ada angin tidak ada hujan Alga tiba-tiba membuka pintu mobil untuk Alea dan di iringi dengan sambutan dari tangannya.

Alea sempat mengerutkan dahinya.

''Apakah bos tidak enak badan ? kenapa tiba-tiba pak bos bersikap aneh?, dari membukakan pintu mobil lalu mengulurkan tangan seperti ini pak bos?'' cerewet.

Alga hanya memutar bola matanya dengan malas namun sedetik kemudian ekspresi wajahnya dingin kembali.

Alea menelan salivanya dengan susah.

Cegluk.

'Mampus aku.' Gigit jari dalam hatinya. 'Aaa .... bakalan hangus bonusku hari ini, apes ... apes ...,' sedih berkepanjangan saat keluar dari mobil Alga.

"Kamu ini." Sambil mengertakkan rahangnya.

Ternyata mengajak Alea sebagai partnernya itu kesalahannya, tau begini ia tidak menjadikannya sebagai partner wanitanya.

"Maaf... maaf bos, aku janji deh gak bakalan mengulang lagi." Dengan memperlihatkan giginya.

"Kamu tau tidak, apa arti kata terpaksa? Hah."

Alea mengangguk kecil. "Tau pak bos," jawabnya lirih.

Memang beberapa waktu ini Alea terlalu terlena saat Alga bersikap yang berubah 180 derajat dari yang sebelumnya, seharusnya ia juga bisa mengontrol keadaan dan suasana hatinya yang ternyata selemah ini saat berhadapan langsung dengan orangnya.

'Jangan bilang, jika aku mulai nyaman dan ada rasa. Alea ... Stop stop stop, apa yang sedang kamu pikirkan. Dia orang kaya, jangan mimpi siang bolong, orang kaya yang pintar dan cerdas serta tampan seleranya tinggi-tinggi dan akan mencari wanita yang separan dan sejajar dengannya.' Alea menyadarkan dirinya sebelum terlena.

"Aaaa aku kesal."

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!