''AALLGGAA, dasar anak nakal. Berani-beraninya mematikan sambungan telpon mommy nya, awas saja kalau sampai di rumah nanti.'' Ingin sekali Arumi menjitak Alga kuat-kuat dan berkali-kali.
Nathan hanya tertawa melihat Arumi marah-marah, setiap hari memang di penuhi dengan suara cetar Arumi yang makin tua makin cetar suaranya.
''Sayang ... redakan emosimu, apa kamu tidak kasihan dengan tubuh mu, apalagi pita suara mu?'' Nathan berusaha menenangkan nya.
''Tidak kasihan bila menyangkut anak nakal itu, dari kecil sampai dewasa dan menikah masih saja bandel. Apa mommy nya di anggap sudah tidak ada?'' kesal Arumi.
Punya anak 4 tidaklah mudah, anak pertama dan kedua serta ke tiga sama saja apalagi si bungsu sebab mereka bertiga lahir di hari yang sama sedangkan yang perempuan hanya berjarak dua tahun saja, sedangkan putri satu-satunya di keluarga Aqlan Gundono entah lah hari ini ia pergi kemana yang jelas anak-anaknya telah membuat darahnya mendidih.
Sejak kecil mereka berempat selalu saja ada-ada saja tingkahnya tidak ada yang benar-benar baik di antara ke empatnya.
.
Alga tidak fokus berkerja, pikirannya ingin segera kembali ke rumah dan menyelesaikan beberapa masalahnya. Kalau ia hanya diam begini dan kerja tidak fokus sama sekali, harus segera di selesaikan semuanya.
''Ah ... bisa kacau kalau begini, lagian siapa sih orang yang ember itu ?'' penasaran.
Alea menghela nafas berkali-kali saat berada di depan ruangan Alga, setiap hari kena semprot membuatnya gerogi dan malas untuk mendengar kata-kata Alga yang selalu ketus.
''Terpaksa, tenang ... tenang ... Alea.'' Lalu ia mengetuk pintu tersebut sebelum masuk.
Tok tok tok.
''Masuk.'' Suara Alga terdengar sampai keluar.
Barulah Alea masuk dengan perasaan was was dan cemas. Bos galak yang selalu semena-mena itu kini menatapnya dengan tatapan ketidak sukaanya terhadap dirinya, Alea hanya mampu menelan salivanya.
Cegluk.
''Bos, bolehkah aku ke kamar mandi untuk bersih-bersih ?'' tersenyum lebar.
Meski kepalanya sudah masuk tapi badannya masih di luar pintu, hawatir dapat tamparan benda-benda yang ada di hadapan Alga. Jika sampai hal itu terjadi, ia akan kerepotan untuk membereskan nya. Belum lagi ia harus mengganti beberapa dokumen yang rusak dan harus berkerja ekstra dengan mengganti lembaran-lembaran itu dengan menyalinnya dengan yang baru. Hidupnya penuh dengan kesialan, jika dekat-dekat dengannya. Akan tetapi entah mengapa ia juga tidak bisa jauh dari laki-laki yang berparas tampan dan menarik ini.
''Silahkan di bersihkan, tapi jangan pakai lama. Mau aku gunakan!'' dingin dan ketus.
'Awas saja jika nanti perlu bantuan. Akan ku buat kamu bersujud di bawah kedua kakiku, kalau tidak aku pastikan kamu malu seumur hidupmu.' Bersumpah dalam hati.
''Oh ya, nanti sore ikut aku ke rumah mommy.'' Suara lantang.
Alea hanya mengangguk-angguk saja, dari pada mood kerjanya jadi jelek lebih baik begini bukan.
Alea sudah selesai dengan pekerjaan nya. Ia terlihat buru-buru sebab ia tidak betah berlama-lama di dalam ruangan bersama dengan Alga, entah salahnya di mana ia selalu terkena imbasnya jika berdekatan dengan bosnya, pokoknya ada saja ulah yang di buat-buat oleh Alga untuk membuat Alea berkerja lebih di sampingnya.
''Kenapa tidak di jawab, tidak dengar ? atau kamu tuli mendadak?''
Ia hanya menatap bosnya dari kepala sampai kaki, tumben.
''Bos sehat ? kenapa bos semena-mena pada ku, apa ini kebiasaan bos untuk menindas ku dan pemaksa? apa bos tidak memikirkan perkataan bos barusan itu menyakiti bos?'' semua perkataan Alea hanya sekedar gertakan saja, ia tidak berani padanya apalagi Alga orang yang berpengaruh di perusahaan ini.
''Ya sehatlah, kalau gak sehat mana mungkin aku meneriaki kamu. Lagian ini perintah, jika kamu mau bonus kamu jadi istriku hangus, silahkan saja, sana ... sana ... pergi,'' ancaman itu lagi sambil mengibaskan tangannya, menyuruh Alea segera pergi dari ruangannya.
Sekarang Alea butuhkan hanya uang, nanti seiring berjalannya waktu ia akan mencari jodoh juga, menikah politik dengan bosnya sungguh mencekik lehernya lebih parah dari rentenir yang biasa keliling di kompleks-kompleks tempatnya tinggal dulu.
''Iya iya, aku mah sadar diri kalau aku sekarang miskin. Siapa suruh jabatanku yang tinggi tuan bos turunkan jadi OG begini, kerjanya bikin capek doang di tambah lagi harus lihat muka jutek pak bos !" cerocosnya.
Alga mengorek telinga nya.
"Kamu ini spesies bebek ya, berisik sekali seperti mommy. Menjelek-jelekkan aku di depanku langsung, apa kamu tidak mikirin gaji kamu yang akan berkurang ketika kamu dengan seenaknya menjelek-jelekkan aku di hadapanku, sudah tadi pagi hampir mem bunuh ku dengan menarik kuat-kuat dasi sialan ini?" ia melepas dasinya dan membuangnya ke tempat sampah.
Alga berdecak, ia sebal sekali dengan kecerewetan yang namanya makhluk perempuan. Ia pikir Alea tidak seperti mommy nya ternyata sama saja, keluar dari speaker rusak justru sekarang malah masuk ke sound sistem rusak.
''Siapa juga yang menjelek-jelekkan pak bos, jelas-jelas memuji-muji pak bos begini. Lagi pula ya pak bos, saat ini kita itu spesies mutualisme tau. Jadi ... tanpa bantuanku aku yakin deh rencana pak bos gak bakalan ada yang berhasil dan sukses, lagian kerja sama ini sebenarnya pak bos iklhas gak sih ?'' meletakkan peralatan kerjanya begitu saja.
Alga melihat Alea dari atas sampai bawah.
''Berisik, sana pergi.'' Mengusirnya.
Alea berdecih.
''Ck ... punya bos model nya labil gini, gampang bad mood lagi. Di tambah lagi bicaranya tanpa filter dan gak mikirin orang lagi, apa dulu ia di dalam perut mommy nya juga seperti ini, suka membuat ulah dan menyebabkan saudaranya terluka, di tambah lagi dia dengan seenaknya sendiri memindah tugas karyawan atau karyawati nya.'' Sindiran lagi.
Semua karyawan di perusahaan Aqlan Gundono tau bahwa mereka kembar 3.
Alga hanya mengepalkan tangannya, bisa-bisa wanita itu menindas dan menginjak-injak harga dirinya yang terlalu tinggi.
"Misi kali ini harus sukses, tidak mungkin juga kan sudah berada di tengah jalan tapi harus gagal," Alga menggertakkan giginya.
Untuk Alea ia berkerja dengan senang hati tanpa menggerutu jika sudah keluar dan menyelesaikan pekerjaannya di ruangan bos yang merangkap jadi suaminya itu.
Sore harinya.
Alga terus melihat ke jam tangannya.
''Ck, nih perempuan satu ngapain sih mengendap-endap segala, waktuku habis nih untuk membuat alasan gara-gara nih perempuan lemot.'' Malas, ia melipat kedua tangannya di depan perut sambil bersandar dan memejamkan matanya.
Alea memastikan tidak ada siapa-siapa di tempat kerja, kalau sampai ada yang tau bisa habis riwayat hidupnya jadi bahan pembicaraan di kantor.
'Aku ... tidak boleh ketahuan, lagian ngapain sih pakai satu mobil di area kantor ...' ia lari secepat agar tidak ada yang mengetahuinya meski beberapa cctv menjadi saksinya sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments