PPS ~ 05

“Ssttt... Juminten, elu kalo mangap pelan-pelan napa, udah tahu masih rahasia, kalo ada yang nyaho bagaimana? Beloman juga bereaksi, masa iya mau ketahuan duluan sih.”

Rania meletakkan telunjuknya pada bibirnya sendiri guna memberi kode pada Aneska agar ia tak bicara terlalu kencang.

“Lagian elu kelamaan geraknya, kalo si Victor disikat sama makhluk halus macam si Lisa gimana coba.”

“Yeee, ya sabarlah, kalo ada demit macam tuh lampir yah tinggal lempar ke laut ajah, beres,” sahut Rania dengan santainya, karena ia percaya kalau pria pujaannya tak seperti pria hidung belang lainnya yang ada di luaran sana yang digoda wanita cantik dan seksi sedikit saja sudah meleleh dan berliur pula.

Aneska dan Rania akhirnya mengobrol hingga tanpa sadar malam telah menjelang. Karena sudah malam, Aneska memutuskan untuk bermalam di kediaman Alexander.

*

Keesokan paginya, Aneska dan Rania sudah bersiap berangkat ke kampus setelah sarapan pagi bersama, Alex juga akan berangkat ke kantor dengan diantar oleh Victor seperti biasa setiap pagi.

“Pah, pagi ini kita nebeng yah, nanti pulangnya aku bisa pakai taksi atau bisa minta jemput Victor kalau tak sibuk,” ucap Rania sengaja ingin bareng bersama sang Papah.

Alex sejenak melirik pada calon istri siri kecilnya itu.

“Baiklah, kebetulan papah tak ada rapat penting pagi ini, ayo masuk.” Alex masuk ke kursi belakang yang disusul oleh Aneska yang duduk di sampingnya, sedangkan Rania sengaja duduk di depan bersama dengan Victor yang mengemudikan mobilnya.

Di perjalanan menuju kampus, berkali-kali calon anak tiri Aneska itu mencuri pandang pada asisten kepercayaan Alex.

“Ekhem... Hem... Hem....” Aneska sengaja berdehem untuk menggoda sahabatnya itu, seketika Rania langsung mengalihkan wajahnya yang memerah pada jalan raya.

“Kamu kenapa, Nes?” tanya Alex yang terlihat khawatir, padahal sugar Babynya itu tak kenapa-kenapa.

“Gak apa-apa kok, Om, hanya sedikit serak saja. Mungkin karena belum dikasih vitamin C pagi ini jadi agak serak,” jawab Aneska dengan berbisik manja pada Alex membuat pria itu meremas tangan gadis nakal tersebut, tangan mereka memang saling bertaut sedari keduanya masuk mobil.

“Bye, Pah, aku dan Anes masuk kapus dulu,” pamit Rania. “Victor, nanti saat kutelepon kamu harus segera angkat, kamu kan tahu kalau aku tak bawa mobil,” sambungnya mencoba memperingati asisten papanya itu.

“Baik, Nona.” Victor hanya menjawab singkat dengan ekspresi wajah yang datar membuat Raina mencibir kesal.

“Dasar Victor brengsek, dia hanya menjawab ucapanku begitu singkat, bahkan sekedar menengok padaku saja tidak,” gerutu Rania sepanjang jalan menuju kampusnya, Aneska hanya terkekeh mendengarkan ocehan sahabatnya sekaligus calon anak tirinya itu.

“Sabar-sabar, mungkin karena lagi ada di depan bokap lu jadi doi bersikap begitu. Siapa tahu ajah nanti pas berduaan sama lu jadi agresif manjah gitu.” Aneska mengusap lengan sahabatnya itu untuk menenangkannya, yang dikatakan Aneska ada benarnya juga sehingga membuat Rania menganggukkan kepalanya.

“Bisa jadi sih, kenapa gua gak ke pikiran gitu yah,” gumam Rania.

Sampainya dikelas, keduanya langsung mengambil posisi di kursi paling sudut. Tempat tersebut memang menjadi tempat favorit keduanya karena menurut mereka tempat itu terasa sangat nyaman.

“Hai cantik,” sapa seorang pria tampan begitu keduanya baru saja menghempaskan bokongnya ke kursi, Aneska dan Rania menanggapinya dengan memutar bola matanya jengah secara bersamaan.

“Kenapa sih harus elo lagi elo lagi yang nongol, emangnya di kampus ini tuh gak ada tempat lain apa selain elo harus berada di hadapan gua terus setiap hari,” cebik Aneska serasa sangat terganggu dengan kedatangan pria tersebut, padahal pria itu terbilang cukup tampan dan juga putra dari kolega bisnis papah mereka.

“Lu kenapa sih, Nes, kalau gua dateng begitu amat. Gua kan kangen sama lu, emang lu gak kangen apa sama gua,” ucap pria tersebut seakan memelas pada Aneska membuat gadis itu seakan ingin muntah.

“Reno, lu gak cape apa gangguin si Anes terus, tapi doi tetep ajah nolak lu? Kalo gua jadi lu, Ren, mending gua cari cewek lain yang lebih cantik dari si Anes, daripada lu makan hati mulu ngejar dia, makan dada kan enak,” celetuk Rania yang sebenarnya kasihan pada temannya itu.

Aneska, Rania dan Reno teman sedari kecil, karena orang tua dari mereka adalah sahabat sekaligus rekan bisnis.

“Gua gak akan pernah lelah untuk berjuang meraih cinta ayang mbeb Anes. Pokoknya sebelum janur kuning melengkung di pintu gerbang rumah ayang mbeb, gua akan terus berusaha buat ngejar dia,” jawab Reno dengan penuh keyakinan seketika membuat Rania kasihan padanya.

“Aduuuh cweetnya Abang Reno Mahardika ini. Gua doa’in dah lu biar gak seteres nantinya kalo gak kesampean.” Rania mengusap lengan Reno memberikan rasa simpatinya, tapi mengapa terdengar sesuatu yah.

Seketika Aneska terkekeh dengan ucapan sahabatnya itu pada Reno.

“Kalian itu emang cewek terkejam yang pernah gua kenal tahu gak sih. Padahal gua udah naksir berat lama banget sama elu, Nes. Tapi elunya sama sekali gak respons perasaan gua, lu tega banget sih, Nes. Apa coba kurangnya gua sampe lu gak mau nerima cinta gua yang tulus murni bagaikan susu beruang ini,” protes Reno, ia memang sudah lama suka pada Aneska, tapi sayangnya gadis cantik itu terlalu menyukai Alex ketimbang Reno yang masih perjaka.

“Lu gak ada kurangnya kok, Sayang. Hanya saja emang hati gua gak suka sama lu, lu mending cari cewek lain ajah yang emang suka sama lu daripada lu ngejar gua, sampe kapan pun gua gak akan pernah suka sama lu, karena....” Aneska sengaja tak ingin melanjutkan kalimatnya karena ia tak ingin Reno tahu siapa pria yang disukainya yang sampai tak bisa menerima cinta Reno.

“Iya-iya, gua tahu, gua emang gak ada apa-apanya kalo di bandingi dengan pria yang lu suka. Gua yakin pria itu adalah pria hebat, karena mampu membuat seorang Aneska yang seleranya tinggi jatuh cinta. Gua ajah yang udah dari dulu suka sama lu gak dilirik, berarti dia lebih segalanya dari gua,” ucap Reno yang paham betul bagaimana kriteria gadis yang disukainya itu.

Rania yang tahu siapa pria yang menjadi penghalang bagi Reno hanya bisa diam tanpa ingin memberitahunya. Biar bagaimanapun, pria itu adalah Papanya sendiri, ia tak mungkin membuat Reno membenci papahnya hanya karena masalah percintaan.

“Thank’s kalo lu paham, gua hanya bisa berdoa supaya lu bisa mendapati wanita yang lebih dari gua. Kita sudah sahabatan dari kecil, akan lebih baik kalau tetap menjadi sahabat seterusnya tanpa ada perasaan yang terkait satu sama lain. Gua sayang sama elu, Ren, gua juga sayang sama Rania. Kalian sahabat gua yang paling ter-the best.” Aneska menggenggam erat tangan kedua sahabatnya itu, ia tak ingin persahabatan dengan keduanya hancur hanya karena masalah percintaan.

jangan lupa like, komen dan subscribenya yah, mohon komen positif oke😊

Pesona Papa Sahabatku || Isti Shaburu || Noveltoon

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trusssbar

2024-02-12

0

yana aton

yana aton

lanjut thour

2023-12-05

1

yana aton

yana aton

lanjut

2023-12-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!