Menggunakan baju putih dengan topi serta masker plastik penutup mulut, Safa sibuk meneliti resep yang akan dirinya ajukan sebagai proposal berikutnya di ruang penelitian makanan.
“Sebentar lagi gue pulang.” Safa yang berbicara pada Rey lewat telepon bahwa dirinya sebentar lagi akan melaju ke hotel karena jam masuk kerja selanjutnya akan di mulai.
Walau kemarin ia membuat kesalahan saat bekerja dan membuat sahabat lelakinya marah, wanita cantik itu tidak gentar dengan ocehan sahabatnya yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk meluapkan apa yang di rasakan. Wajar seorang bos akan memarahi pegawainya bahkan jika bisa saja ia langsung di pecat secara tidak hormat akibat ulahnya.
Beruntung saja Rey memaklumi tindakan Safa yang bertidak berlebihan itu dan masih beruntung bisnis mereka baik-baik saja akibat Rey menggunakan rayuan segala jurus ke pada kliennya tersebut.
Wanita cantik itu menarik nafas lega dan berusaha akan memperhatikan tingkah laku kedepannya saat bekerja.
“Enggak perlu masuk kerja hari ini, gue mau ngajak lo, Nayla, dan Amora makan bersama.” pinta Rey.
Lengkungan bibir Safa menarik ke atas, rasa bahagianya bisa bertemu dengan orang yang dirinya sukai sejak lama.
“Baiklah, kirim alamatnya.” Safa langsung membuka semua alat yang dirinya gunakan dan bergegas menuju tempat yang Rey berikan.
Bercermin di kaca bus Safa merapikan poninya yang terurai kemana-mana, serta memoles bibir merah jambunya menggunakan lip balm untuk membuatnya terlihat lebih segar. Mobil berhenti tepat di halte depan kafe yang di arahkan oleh Rey.
Masuk melihat banyak orang duduk bersantai, manik mata Safa mencari dimana para sahabatnya berkumpul, langkah kaki tibanya berhenti saat melihat Rey tengah duduk bersama dengan dua wanita cantik, satu sahabatnya Nayla dan satu lagi Usiy mantan kekasih Rey yang telah putus dua tahun lamanya.
Perasaan Safa menjadi gundah, “Safa sini.” pekik Nayla yang melihat Safa masih berdiri di belakang mereka.
Safa bergegas mendekati mereka duduk perlahan di samping Nayla, semuanya tersenyum lebar tapi tidak untuk Safa yang masih bingung adanya Usiy di sana.
Kue ulangtahun tibanya langsung berdatangan, “Happy birthday.” ucap semua teman Safa dengan penuh gembira.
Safa yang lupa akan hari kelahirannya sendiri membuatnya sedikit terharu dengan kejutan yang di buat.
Nyanyian dan tepuk tangan membuat Safa melebarkan garis bibirnya, tapi di dalam hati ia masih terpikirkan oleh adanya Usiy yang duduk berdekatan dengan Rey.
“Ayo tiup.” perintah Nayla yang tidak sabaran.
Tiupan sekali saja Safa lakukan dengan senyuman terpaksa melihat semuanya. Tibanya Rey memegang tangan Usiy dan mereka berdua saling tersenyum manis, tatapan mereka mengisyaratkan ada cinta yang tengah menggebu-gebu.
“Maaf gue menyela sedikit acara kita, di sini gue mau ngomong bahwa kami berdua telah kembali bersama.” Rey mengangkat tangan Usiy penuh dengan kebahagiaan.
Deg!
Nayla dan Safa terdiam, manik mata Nayla melihat ke arah Safa, tahunya Nayla bahwa sahabatnya itu memiliki cinta terpendam sejak sekolah menengah atas, rasa simpati Nayla yang terus mensupport sahabatnya selama ini terlihat begitu sia-sia.
“Syukurlah kalian akhirnya bisa bersama kembali.” Safa yang langsung tersenyum manis tapi tidak dalam hatinya yang merasa terbakar oleh api cemburu yang bergejolak. Bukanya Rey sendiri berkata tidak akan kembali pada mantan kekasihnya akibat masa lalu yang menyakitkan, tapi kenapa dalam sekejap Rey merubah jalan pikirannya.
Safa berharap Rey menoleh ke arahnya sebentar saja, bahwa ia telah menunggu begitu lama. Namun sayang, Rey yang terlihat selalu memancarkan perbedaan kasta membuat Safa kembali mengundurkan diri. Asal pujaan hatinya bahagia, Safa akan mengurus perasaanya sendiri.
“Maaf gue nggak bisa lama-lama di sini, karena kami ada janji.” Rey menyerahkan selembar kertas putih yang di keluarkan dari dalam saku jaketnya. “Ini untuk lo,” meletakkan di dekat Safa. “Semoga elo suka.”
“Um, terimakasih.” hanya itu yang bisa Safa ucapkan lidahnya terasa keluh untuk sebuah pertanyaan, apa sebenarnya isi dari amplop itu? Biasanya Rey akan memberikan kado yang besar entah itu boneka, tas, dan lainnya. Gurauan pun akan menggema di ruangan meramaikan suasana akibat ulah Rey tapi kali ini berbeda, group yang selalu berkumpul penuh dengan kebahagiaan, sekarang terlihat sedang berduka cita.
“Kami permisi dulu.” Rey berdiri di ikuti Usiy.
“Selamat ulangtahun, Safa.” senyum Usiy yang tebar pesona menampakkan gigi putihnya.
Mereka berdua pergi dengan saling berpegangan tangan, Amora yang baru saja datang terlambat dan berpapasan dengan Rey dan Usiy betapa terkejut dirinya melihat suasana sekitar. Rey tidak lagi menyapanya dan sibuk dengan Usiy mantan kekasihnya dahulu. Bukannya Rey setiap hari akan menangis dan mengutuk wanita yang tiba-tiba memutuskan secara sepihak, kenapa sekarang ia membawa wanita itu kembali?
Amora langsung saja terpikirkan dengan nasib Safa yang lagi-lagi harus tersingkirkan. “Happy birthday to you my sweety.” Amora bertingkah kecentilan agar Safa dan Nayla terlihat bahagia, tapi suasananya semakin runyam. “Ada apa ini?” penasarannya dengan kejadian hari ini.
“Tuh sih Rey pakek acara mengumumkan dirinya baru balikkan sama mantan kekasih, eh... Malahan main pergi aja.” ketus Nayla merasa geram dengan tingkah laku Rey yang selalu mengutamakan urusan pribadi.
“Dia tuh nggak peduli apa dengan hari ini? Sahabat yang selalu mendengarkan keluhan dia setiap hari, sampai-sampai gue mau muntah mendengar kebucinannya itu. Begini nih air susu di balas air tuba, di ambil manisnya sepahnya di buang.” oceh Nayla meluapkan semua emosi.
Safa masih diam melihat selebar kertas yang di berikan Rey, “Apa sih isinya?” Nayla yang juga ingin tahu apa pemberian sahabat lelakinya itu.
Wanita cantik berkulit putih itu mengambil kertas yang tidak di tutup secara sempurna. Membuka perlahan, ternyata isinya cek senilai lima puluh juta rupiah. Tatapan kosong mulai menyelimuti, semua sahabatnya sudah tahu tentang apa yang ia alami. Para sahabatnya selalu saja mengulurkan tangan untuk membantu melunasi hutang yang melilit dan menjerat itu, namun Safa yang tidak mau membebani atau di kasihani malah menolak pemberian mereka, baginya tangan di atas jauh terhormat dari pada tangan di bawah. Safa tidak ingin menjadi pengemis atau membabi butakan dirinya agar hidup enak di atas kasihan orang lain.
Harga dirinya akan tercoreng dan menyusut ke bawah bahkan sampai ke akar-akarnya akan wanita itu bawa. Safa ingin lebih baik hidupnya terlilit hutang dan bekerja keras di bandingkan kesenangan sesat yang akan semakin dirinya sesali.
Status Safa dari tiga sahabatnya itu memang paling di titik terendah. Tapi sahabatnya yang terdiri dari keluarga terpandang tidak memikirkan siapa mereka.
Mereka malahan merasa senang bahwa Safa memiliki keluarga yang juga memperhatikan mereka, karena mereka tidak dalam kondisi butuh uang malah lebih kekasih sayang antar keluarga.
“Gila, duit.” terkejut Nayla dan Amora dengan pemberian Rey, walau hal itu sangat membantu sahabatnya itu, tapi hal ini tidak akan membuat Safa bahagia malah akan menimbulkan keretakan dalam persahabatan mereka.
“Gue akan mengembalikan uang ini.” Safa meletakkan cek itu kembali ke dalam kertas dan merapikannya, ia segera berdiri untuk mengejar Rey.
“Tunggu, Saf!” cegah Nayla memegang tangan safa. “Elo bisa kembalikan uang itu di lain waktu, jangan sekarang karena ada Usiy.” terlihat jelas dari luar jendela kafe, Rey membuka pintu mobil untuk Usiy.
Safa hanya bisa menggenggam kedua tangannya, sesak di dada membuat ia tidak bisa mencerna dengan jalan pikiran Rey, kasihan 'kah yang selama ini sahabat lelakinya itu pandang dalam pertemanannya selama ini.
“Atur dulu nafas elo, sabar.” ucap pelan Amora merendahkan emosi dan mengelus bahu Safa.
“Elo jangan salah sangka dulu, siapa tahu Rey hanya berniat ingin elo belanja sendiri kadonya.” Nayla memberikan nasehat agar Safa menjernihkan pikiran. “Rey 'kan anak konglomerat uang juga bukan sebuah arti baginya, apalagi sekarang dia telah menjabat sebagai direktur utama uangnya semakin banyak, mungkin dia juga bingung kali cara menghabiskan tuh uang.”
“Tapi bukan uang sebanyak ini, Nay.” bentak Safa sangat kesal.
“Sudah-sudah, elo lebih baik tenangkan pikiran jangan salah sangka dulu. Gimana kita malam ini karaokean untuk merayakan ulangtahun elo yang sudah mulai tua.” ajak Amora mengendalikan pikiran Safa.
Safa hanya mengangguk mengikuti arahan Amora, ia langsung menarik nafas panjang menjernihkan pikiran. Sekarang adalah hari bahagianya, jangan sampai ia juga mengecewakan dua sahabatnya yang rela membuang waktu untuk dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments