Wanita berkulit sawo matang dengan kaca mata kebesarannya tidak bisa berkutik lagi saat ia di jadikan atasannya sebagai kambing hitam.
Wanita yang memang terus memarahinya sepanjang hari itu juga membawa karyawan magang yang baru saja masuk hari ini untuk ikut serta di kuliti. Tuti tidak habis pikir dimana letak kesalahannya selama kerja dua pekan itu, menurut kabar burung ia di anggap lebih cantik dari atasannya membuat sang atasan iri dengan sanjungan semua orang, mungkin dengan cara inilah ia di singkirkan.
Masih-nya memungut benda putih yang mengeluarkan suara dentingan membuat ia hampir mengeluarkan cairan yang sudah membendung di bagian kelopak matanya.
“Berapa yang harus kami bayar?” Azri langsung mengeluarkan benda pipih dari dalam saku celananya.
“Syuuut! Elo kayak kebanyakan duit aja. Kita tinggal minta maaf siapa tahu kelar semua masalah.” Clay berbisik memberikan masukkan agar semuanya tidak harus di selesaikan dengan uang. Apalagi posisi mereka tidak bersalah.
“Panggil pak Mahfud sekarang, kita harus menghitung semua barang yang telah hancur ini.” perintah lelaki yang terlihat cukup tua seperti memasuki usia senja, ia memberikan perintah pada si wanita yang terus-menerus menarik perhatiannya.
“Baru usia seumur jagung sudah sok-sok 'an.” sindiran halus melihat wajah anak magang di hadapannya yang masih sangat mudah.
Padahal usia lelaki itu hampir setara dengan Azri, entah hukum alam apa yang membuat perbedaan di antara mereka memperlihatkan sangat jauh sejauh planet bumi dan planet pluto.
“Tunggu! Sekalian panggilkan pemilik hotel ini.” cegah Azri pada si wanita dengan sombongnya.
Semua di sana merasa geli dengan perbuatan Azri, kecuali Clay dan Tuti yang masih duduk memunguti benda di lantai. Mereka berdua juga tidak bisa menolong jika Azri terkena dampak dari perbuatannya itu, hal ini saja sudah menjadi beban bagi hidup mereka.
“Sudahlah jangan cari masalah dan memperpanjang tali jembatan. Jika mau lari kalian sudah tidak bisa.” ucap pegawai lainnya dengan sombong terlihat tidak menyukai anak magang yang baru saja tiba.
“Logatnya aja sombong paling panggil emak di rumah.” sindir yang lain sambil tertawa mengejek.
“Lo juga gitu 'kan?” sindir teman satunya menyenggol yang berbicara tadi.
“Tapi gue sudah di kontrak cuy, beda haluan kita.” sombongnya dengan menatap Azri dengan wajah sinis.
Dan beberapa cibiran lainnya yang harus di terima oleh Azri.
“Jangan perpanjang waktu, panggil pak Mahmud mereka harus mempertanggung jawabkan.” sambung lelaki yang berstatus manager itu.
“Saya mau anda datang ke kitchen hotel sekarang juga, sebelum tempat ini saya obrak abrik sekalian.” ancam Azri melalui pesan singkat yang ia kirim.
Centang biru langsung saja terbuka, “Baik, Mr.” balasan orang lain di seberang sana.
Senyum sinis Azri melirik semua orang yang sedang meremehkannya.
“Lo jangan buat gue stroke, brother.” bisik Clay kembali dengan berdiri sebentar di samping kanan Azri.
Clay yang sangat ketakutan setengah hidup akibat ulah Azri. Sesama dari garis keturunan bawahan ia tidak mau teman yang baru beberapa jam di kenalnya itu merusak masa depan.
“Tinggal masuk ke R.S.J selesai.” balas Azri berbisik dengan singkatan.
“Elo kira gue gila.” geram Clay dengan kembali berjongkok memungut pecahan piring.
“Eh... Kalian berdua malahan bisik-bisik tetangga, bereskan ini semua setelah itu ke ruang HRD.” ucap kembali sang manager.
Derap langkah kaki segerombolan anak manusia memasuki ruangan secara cepat, lelaki tampan menggunakan baju setelan berwarna merah hati itu telah hadir.
“Mr. Azri.” Rey mendekati klien yang ternyata sudah hadir terlebih dulu sebelum jadwal kedatangannya tiba.
“Kenapa anda bisa seperti ini dan,” matanya melihat semua pegawai serta pecahan piring di bawah kaki, apalagi penampilan Azri sudah berubah layaknya pegawai hotel.
Gejolak asap mulai memenuhi isi ruangan, saat wajah-wajah yang terpasang tidak satu pun bersuara. Rey benar-benar malu dengan kejadian saat ini. Tadinya kliennya itu akan di sambut secara prosedur yang telah di siapkan supaya kerja sama mereka bersatu sesuai rencana, apalagi kliennya ini susah untuk di temui, akan tetapi melihat suasana begini sepertinya akan pupus seketika seperti tali yang lepas, walau sudah di ikat beberapa tahun lamanya.
“Selesaikan semuanya.” Azri melangkah pelan meninggalkan makhluk yang menatapnya dengan rasa ketakutan, dimana remahan yang mereka jatuhkan tadi, apakah sudah dimakan sampai bersih.
“Menjijikkan.” kesal Azri dengan wajah topeng yang mereka gunakan.
“Maaf Pak, tapi ini semua akibat dua orang itu.” lelaki bertubuh donat melemparkan tunjuknya ke arah Clay dan Tuti.
“Maaf, Pak.” Clay merasa ketakutan melihat sang direktur yang langsung hadir di hadapannya.
Liriknya sebentar ke arah Azri yang tibanya berhenti berjalan dan kembali mendekatinya.
“Berdirilah kalian berdua, ikuti gue sekarang.” perintah Azri melihat Clay dan Tuti.
“Tapi saya—”
“Ikut atau urus sendiri masalah kalian.” Azri memotong ucapan Tuti penuh penekanan.
Tanpa tawar menawar lagi ini kesempatan bagi Tuti dan Clay kabur bersama orang yang memberikan kesempatan ke dua untuk hidup.
Clay tidak menyangka bahwa lelaki yang di ajaknya berbicara di balas diam saja itu, serta beranggapan pegawai baru magang seperti dirinya, ternyata bos besar. Mimpi buruk yang di arunginya tadi sekejap berubah menjadi mimpi indah.
“Temui saya di kantor pusat besok pagi, Az. Food.” Azri memberikan arahan sebelum ia meninggalkan sepasang makhluk yang baru saja hidup ke dunia nyata.
Clay dan Tuti melihat satu sama lain dan saling berpandangan sambil mengucap Az. Food tanpa suara, mereka juga melompat kegirangan di belakang Azri. Kesedihan yang mereka rasakan rasanya langsung buyar kemana-mana.
Siapa sangka perusahaan makanan terbesar di kota yang tidak mudah di masuki itu langsung memanggil mereka tanpa seleksi apapun. Apakah ini yang di sebut takdir yang memanggil? Mereka berdua yang tidak saling kenal itu terasa seperti teman yang bertemu sejak lama. Padahal nama masing-masing saja belum mereka ketahui. Sempat-sempatnya juga mereka menari bersama.
“Etss, sebentar!” Azri terpikirkan sesuatu sambil mengehentikan jalannya untuk melihat ke arah dua makhluk di belakangnya itu, siapa sangka Azri malah melihat dua makhluk itu bergoyang seperti kerasukan jin ifrit
Secepat kilat setelah Clay dan Tuti sadar sudah di lihat secara diam-diam oleh bos barunya mereka langsung salah tingkah.
Azri berpikir sepertinya ia salah membawa dua makhluk bernyawa ini.
“Maaf Pak itu tadi bentuk kesenangan semata saja.” Clay membenarkan aksi mereka.
“Terserah, sekarang elo kelelawar ikut gue.” Azri menunjuk Clay. “Dan elo,” Azri menunjuk wanita di samping Clay tanpa tahu namanya bingung ingin memanggilnya dengan sebutan apa.
“Saya Tuti, Pak.” dengan anggun Tuti langsung memperkenalkan dirinya.
Clay merasa tercengang dengan perubahan wanita di sampingnya itu, padahal ia melihat wanita itu tadi seperti kucing, tapi entah mengapa wanita itu langsung berubah menjadi marmut.
“Iya Tuti, elo pulang sekarang, besok temuin saya di kantor. Ingat! Az. Food.” Azri mengingatkan wanita itu dengan bangganya menyebut perusahaannya itu dengan lantang.
Clay merasa sangat senang walau dirinya di panggil kelelawar mungkin bos barunya itu menjulukinya sebagai teman dekat. Ia tidak henti-hentinya tersenyum manis melebarkan sudut bibirnya dengan hidung yang di kembang kempiskan. Ternyata salah satu temannya adalah orang yang hebat, walau sebenarnya teman lainnya juga hebat yang selalu setia menunggu di kandang dekat rumahnya.
“Baik, Pak.” jawab Tuti sambil menyenggol lengan Clay untuk ikut membalas perkataan bos barunya.
Namun Clay hanya diam dan mengikuti langkah kaki bos barunya itu dengan kembali sedikit menari balet di belakang Azri.
“Enggak waras kayaknya.” Tuti melihat tingkah Clay yang lebih aneh dari makhluk hidup apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Tati st🍒🍒🍒
wah beribah nasibnya jadi lebih baik
2023-12-04
2
Vivie
keren-keren mantap thor next di tunggu updatenya
2023-12-03
2