Tidak terlihat

Secepat kilat bagaikan di kejar hantu gentayangan membuat wanita cantik itu berlarian menekan tombol lift agar segera terbuka, namun sayang lift ternyata sudah ada orang yang duluan naik ke lantai atas, tidak mau menunggu lama dan sedang terburu-buru membuatnya terpaksa menaiki tangga ke lantai tiga.

Nafas yang susah di tarik menghentikan langkah kakinya di depan ruangan.

Ceklek!

Hah... Hah... Hah... Nafas safa terdengar sampai ke telinga Nayla saat setelah membukakan pintu.

“Elo kenapa, Saf?” tanya Nayla yang melihat buliran air menetes bercampur warna warni di badan sahabatnya itu. Hiasan wajah Safa sudah tidak berbentuk lagi mirip hantu horor yang baru saja lewat tanpa permisi di aplikasi iklan yang sedang Nayla lihat saat memegang benda pipih di tangannya.

“Gue terlambat ke hotel, waktunya jam kerja.” Safa meletakkan semua barangnya.

“Ini barang dari cowok yang barusan gue temuin, ini buat elo.” Safa bergegas mengambil baju yang tergantung rapih di dinding membawanya ke kamar mandi.

Nayla menghampiri melihat apa saja benda yang di berikan, semua berisi alat make up. “Gue juga banyak buat apa sih? Dasar cowok genit,”

Safa keluar dari dalam kamar mandi.

“Eh, elo sudah kasih jurus 'kan agar tuh cowok pergi?” Nayla ingin tahu tentang laki-laki yang bersama Safa saat kencan buta di selenggarakan.

“Iya iyalah sudah gue bereskan sesuai perjanjian kita.” Safa merapikan rambutnya.

“Terus ini apaan? Elo tahu 'kan itu cowok nggak gampang di buang ke tong sampah.” selidik Nayla yang tidak mau menemui laki-laki yang sedang di jodohkan itu pada dirinya.

Wanita cantik berbadan ramping itu tidak mau menikah kalau bukan pilihannya sendiri. Tapi orang tua yang sering memaksa karena melihat umur Nayla tidak muda lagi.

“Sesuai perjanjian kita, sudah gue sirnakan ke alam sebelah, itu barang bekas mantannya, sayang dibuang jadi di kasih ke elo. Sudah dulu ya gue terlambat nih cerita selanjutnya di episode sebelah.” Safa melambaikan tangannya melaju cepat ke luar.

Wanita yang terlihat glamor itu telah berubah menjadi seorang gadis pada umumnya. Safa yang telah di kontrak di sebuah perusahaan terbesar di kotanya membuat ia terlihat seperti wanita karir, padahal di balik itu semua Safa lakukan karena harus menanggung beban membayar hutang piutang ke dua orang tuanya akibat investasi bodong yang di katakan menjanjikan menghasilkan banyak uang tapi nasib berkata lain mereka hanya di janjikan dengan lilitan hutang seumur hidup. Gaji yang Safa terima sangat kurang untuk membayar hutang.

Hutang yang di pinjam tidak seberapa tapi bunga yang belum sempat dibayar terus berkembang sampai kelopaknya memekar, dan membuat hutang itu kian melambung tinggi.

Sanak keluarga menjauhi tanpa ada yang membantu dan merasa takut ikut terseret dalam ujian yang sedang di arungi keluarga kecil mereka.

Hasil toko masih berputar-putar untuk mengembangkan usaha dan kebutuhan sehari-hari membuat Safa kepikiran dan berusaha mencari solusi. Sepulang kerja ia juga harus mencari tempat agar bisa menghasilkan uang namun sayang, jam yang di inginkan Safa terbentur dengan jam kerjanya.

Pada akhirnya Safa berkerja dengan sahabatnya bernama rey yang memiliki hotel terbaik di sana, sebagai pelayan dengan jam yang bisa di atur oleh Safa.

.

.

.

Sesampai di hotel lelaki tampan itu memesan kamar kelas mahal untuk dirinya tempati beberapa malam sebelum pulang ke apartemen. Azri belum menemui ke dua orangtuanya untuk beberapa saat walau rindu sudah tidak bisa di bendung lagi oleh beberapa kain.

Kaca besar dengan pantulan alam semesta membuat Azri menyadari perubahan ibu kota yang melesat cukup tinggi dalam bidang apapun, “Gue lupa koper ketinggalan.” sadarnya meninggalkan benda berukuran sedang di lobi dekat penitipan barang, akibat buang hajat yang tidak bisa di tampungnya lagi.

Azri tidak melihat ada orang di sana, mungkin ada urusan. Berjalan masuk mengambil barangnya dan meletakkan benda pipih di lapisi plastik bernomor di rak lemari yang tersusun rapih.

“Lo pegawai baru ya?” suara laki-laki mendekati Azri.

Azri tampak kebingungan apa dirinya terlihat seperti pegawai, walau diakui Azri bajunya berwarna senada dengan baju lelaki itu.

“Enggak perlu memasang wajah kaku dan sedatar papan setrikaan juga kali, selow bang kita itu satu tim. Satu time harus bekerja sama dengan penuh semangat.” lelaki itu menjunjung tinggi tangannya ke depan dada serta jari-jari tangan di kepal. “Ekhem, kenalkan gue Clay bukan Celay tapi C.L.A.Y sama pegawai baru yang juga baru masuk hari ini.” Clay mengulurkan tangan tapi tidak di balas Azri yang masih bersikap mematung.

Tanpa perasaan yang tadinya menyelimuti, Clay sendiri menepis dugaannya pada Azri yang tidak begitu menyukainya.

“Ah sudahlah lupakan jabatan tangan, elo sendiri siapa?” Clay bersikap ramah pada teman yang baru dirinya jumpai, walau kurang sedikit sopan Clay yang sedang berbahagia atas diterima bekerja di suatu hotel membuat suasana hatinya tidak terlalu buruk. Pengangguran yang menjeratnya selama ini sampai para gadis menjauh sejauh ujung pulau membuat Clay sadar ini awal kariernya.

Azri ingin menjawab tibanya lelaki datang, “Kalian masih di sini bukannya saya perintahkan ke ruangan para staff untuk pembagian tugas. Malam ini kita akan kedatangan klien dari Paris untuk bekerja sama dengan hotel. Sibuk gosip di sini, baru juga anak magang.” oceh sang atasan dengan sebuah sindiran.

“Bukannya tadi kami di minta tunggu di sini, Pak?” Clay mengeluarkan protesnya.

“Siapa? Hah! Saya atasan kalian walau satu tingkat senior, jangan coba-coba membantah.” sergahnya penuh wibawa.

Azri hanya terdiam tanpa kata-kata, posisinya juga tidak memungkinkan untuk pergi dan mengaku dialah klien yang di tunggu-tunggu. Apalagi ia sedang berdiri di ruang itu.

“I-iya, Pak. Maaf.” Clay tidak bisa membantah lagi, walau sebenarnya ia ingin mengeluarkan isi hatinya yang ingin menang.

Mereka berdua hanya mengikuti langkah kaki lelaki itu keruangan staff.

Mereka berbaris dan di berikan baju ganti, “Ganti baju kalian sekarang, dan bekerja sesuai yang tertulis di papan.” lelaki itu menunjuk benda segi empat di dinding.

“Ayo.” Clay mengajak Azri mengganti baju di ruangan lainnya.

Rasa kesal memuncak tapi tidak bisa di luapkan Azri terpaksa mengganti bajunya mengikuti arahan.

Badan atletis yang dimiliki Azri membuat Clay juga menunjukkan pada teman seperjuangannya itu bahwa dirinya tidak kalah saingan. “Elo masih di bawah gue.” dengan gagah Clay menunjukkan ototnya sambil menggunakan baju pelayan yang sangat pas dengan dirinya.

Azri masih diam dan santai saja mengganti bajunya.

Prang!

Mereka di kejutkan dengan suara pecahan benda dari luar ruangan yang sebelahan dengan dapur.

“Bisa nggak sih elo tuh hati-hati, Tut.” suara ocehan wanita menambah ramainya alam semesta.

“Sa-say—”

“Sini saya bantu.” Clay tanpa alasan membantu sesama pegawai.

Azri merasa sedikit menyukai sesosok lelaki yang membawanya ke sini.

“Elo jangan diam aja, bantuin.” Clay menarik tangan Azri untuk berjongkok memungut pecahan piring dan gelas yang berserakan.

“Gara-gara kalian pasti gue yang kena imbasnya.” teriak wanita itu yang sedari tadi sibuk hanya merapikan bajunya saja.

“Anda jangan sekedar ngomong, lebih baik membantu membereskan semua ini.” akhirnya Azri membuka suara sambil memungut benda yang berserakan di lantai.

“Eh elo nggak usah ikut campur ya, walau pun wajah elo nggak asing di mata gue juga terlihat sangat menarik dan menggoda, tapi ingat! Gara-gara kalian gue jadi begini.” masih-nya wanita itu ingin menang.

“Wanita aneh.” bisik batin Azri.

“Ada apa ini?” teriak seorang laki-laki yang terlihat lebih berpangkat tinggi.

Wanita yang terus mengomel itu berlega lenggok mendekati lelaki tua dengan tersenyum manis menarik agar tidak terbawa arus. “Ini semua kesalahan saya Pak, gara-gara anak magang itu semua piring yang sejumlah satu rak habis jatuh ke lantai sehabis di cuci.” ia memasang wajah memelas dan terlihat sangat sedih.

Azri merasa sangat kesal dengan wanita satu ini, menyalahkan diri sendiri tapi menjatuhkan orang lain.

“Kalian semua di pecat, dan ganti rugi semuanya.” lelaki tua itu menunjuk Azri, Tuti, dan Clay.

Wajah Clay langsung menyuram sesuram malam yang sepi, baru saja ia mendapatkan pekerjaan, tapi sudah di pecat sebelum mendapatkan gaji, di tambah harus membayar ganti rugi yang sama sekali tidak ia lakukan. Masa depannya kembali tidak terlihat ada kebahagiaan.

Terpopuler

Comments

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Tenang Clay wlw di pecat ntar elo jd asistennya Azri, dan elo bisa sedikit "balas dendam" pada wanita meresahkan itu..😁😁

2024-04-24

0

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Ternyata di dunia halu juga sama spt di dunia nyata, klrg menjauh dan ga ada yg mau membantu di saat kita terpuruk, tp saat kita sedang berada di atas awan klrg berbondong2 datang, spt laron yg mendekati cahaya bahkan yg tdk kita kenal juga mendadak mengaku sbg saudara atau kerabat jauh..🤭😁😁

2024-04-24

1

ig: pocipan_pocipan

ig: pocipan_pocipan

ak mampir kak .....

2024-01-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!