Bab 5

"Sebenarnya, Rianti itu suka sama lu!" Jawab Tora.

"Hah!?" Ruslan terkejut mendengarkan perkataan dari sahabatnya itu.

"Lu gak usah bercanda deh, Tor" Ruslan tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Tora.

"Siapa juga yang bercanda, gue serius, Lan, dia itu beneran suka sama lu" Tora mencoba meyakinkan Ruslan.

"Lu tahu darimana emang?" Tanya Ruslan kali ini.

"Lu pikir aja secara logika, dia itu selalu menawarkan bantuannya ke lu, secara tidak langsung dia memberikan perhatian dengan cara seperti itu, memberikan apa yang lu butuhkan, meskipun lu nolak berkali-kali" terang Tora.

"Selain itu, dia juga pernah cerita ke gue, kalau dia punya perasaan cinta sama lu, tapi, dia tidak berani mengungkapkannya langsung ke lu, tapi, dengan dia memberikan bantuan ke lu, itu sudah menunjukkan rasa cintanya ke lu secara tidak langsung. Dia lakukan ini agar lu bisa sukses, kalau dia sukses, pastinya dia akan bangga sama lu" Tora melanjutkan.

Ruslan berpikir. Apa yang dikatakan Tora barusan benar adanya. Rianti memang selalu menunjukkan perhatian lebih kepadanya saat mereka masih kuliah. Tapi, Ruslan menganggap itu hal biasa yang dilakukan seorang sahabat pada sahabatnya. Namun, setelah mendengar penuturan Tora, Ruslan sepertinya yakin kalau Rianti benar-benar menyukainya.

"Saran gue, jangan lu sia-siakan cewek kayak Rianti, Lan, dia itu udah baik, perhatian dan gak pernah gengsi tuh dengan status sosial lu yang berada dibawah dia, lu cocok sama Rianti, gue bakal dukung lu jadian sama Rianti" Tora memberikan saran pada Ruslan. Ruslan pun hanya menganggukkan kepala beberapa kali.

.......

Malam harinya saat kedua orang tuanya sudah pulang, Rianti berniat untuk menyampaikan pada papinya agar mau menerima Ruslan di kantornya dan mengisi salah satu posisi yang kosong saat ini.

"Pi, aku mau ngomong sesuatu nih" Rianti membuka pembicaraan.

"Ngomong aja, nak, papi dengerin kamu" papinya menoleh kearahnya.

"Gini, di kantor papi kan lagi buka lowongan kerja di beberapa posisi" Rianti mulai bercerita.

"Hmm!" Papinya berdehem.

"Maksud aku, aku mau rekomendasikan teman aku, namanya Ruslan untuk mengisi salah satu posisi yang kosong itu, dia kan sarjana sama kayak aku, siapa tahu aja ada diantara posisi yang kosong itu yang cocok buat dia" terang Rianti. Papinya tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, apa yang dikatakan oleh putrinya itu.

"Jadi maksudnya, kamu mau papi terima dia kerja di kantor papi untuk mengisi salah satu posisi yang kosong itu" papinya memastikan. Rianti mengangguk dengan mata berbinar-binar.

"Bukannya papi gak mau, cuma yang dibutuhkan itu, yang berpengalaman di bidangnya masing-masing, sedangkan teman kamu itu kan masih fresh graduate dan otomatis belum ada pengalaman apa-apa, jadi, papi minta maaf sama kamu, papi gak bisa bantu teman kamu itu" papinya memberikan jawabannya. Mendengar hal itu, seketika wajah Rianti berubah menjadi kecewa, karena jawaban papinya tidak sesuai dengan yang dia inginkan.

"Tapi, kamu tidak usah khawatir, nanti papi bantu untuk nyariin kerja di beberapa relasi papi, siapa tahu ada yang butuh karyawan gitu" papinya mencoba menghibur Rianti, agar rasa kecewanya sedikit terobati.

"Beneran, Pi!" Rianti menatap papinya dengan mata berbinar-binar.

"Papi gak bisa pastikan kalau nanti dia diterima, tapi, akan papi usahakan" katanya. Rianti pun tersenyum mendengar apa yang dikatakan papinya. Rasa kecewa tadi perlahan menghilang dari wajahnya, karena setidaknya masih ada harapan baginya dan bisa tetap menepati janjinya pada Ruslan.

"Kalau boleh papi tahu, kenapa kamu pengen banget bantu teman kamu itu? Apa jangan-jangan kamu suka lagi sama teman kamu itu?" Papinya bertanya Rianti.

"Kok papi bisa langsung tahu sih? Duh... Harus jawab apa ini, gak mungkin aku bilang sejujurnya" batin Rianti.

"Gak kok, Pi, cuma aku pengen bantu dia aja, gak ada maksud apa-apa" kata Rianti, menutupi yang sebenarnya dari papinya. Papinya mengangguk-angguk, menerima jawaban Rianti. Rianti dan juga papinya larut dalam beberapa topik yang mereka bicarakan, termasuk soal pembangunan rumah yang nantinya akan ditempati oleh Rianti. Rianti juga bercerita kalau teman yang tadi dia rekomendasikan itu, saat ini menjadi salah tukang yang bekerja di rumah yang sedang dibangun itu.

......

Setelah dari rumah Tora, Ruslan pun bergegas menuju pulang ke rumahnya, yang tidak begitu jauh dari rumahnya. Hanya selang lima belas menit saja, Ruslan pun sampai dirumahnya.

"Eh... Nak, udah pulang kamu" ibunya Ruslan yang duduk di depan warung, melihat kedatangan Ruslan.

"Iya, Bu" jawab Ruslan singkat.

"Gimana kerja di hari pertamamu?" Tanya ibunya.

"Alhamdulillah, lancar, Bu, malah aku merasa betah kerja disana, cuma kayaknya tinggal seminggu lagi deh pekerjaan disitu selesai, aku sempat tanya soalnya sama orang disana" terang Ruslan.

"Gak apa-apa, Lan, siapa tahu aja, abis dari kerja disitu, kamu dapat panggilan kerja kan" kata ibunya.

"Amin!" Ruslan mengaminkan.

"Ya udah, sekarang kamu bersih-bersih badan deh, abis itu makan, ibu udah siapkan makanan di meja" kata ibunya.

"Iya, Bu" Ruslan pun beranjak masuk ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi, Ruslan makan di meja makan. Saat dia sedang makan, handphone Ruslan bunyi pertanda ada notifikasi pesan yang masuk. Disitu tertera nama Rianti yang mengirimkan pesan padanya. Ruslan membuka dan membaca isi pesan yang dikirim oleh Rianti.

"Lan, sebelumnya gue minta maaf yah soal pekerjaan yang gue bilang itu, gue udah ngasi tahu bokap, katanya di kantornya itu yang dicari orang yang berpengalaman di bidangnya masing-masing, jadinya, lu gak bisa kerja di kantor bokap gue, sekali lagi maaf yah, kesannya gue kayak udah ngasi harapan palsu".

"Gak apa-apa kok, Ti, lu gak perlu merasa bersalah gitu dan gue juga gak merasa dikasi harapan palsu, jadi, lu santai aja yah" balas Ruslan. Rianti tersenyum saat membaca balasan yang dikirimkan Ruslan. Dia lega karena Ruslan tidak merasa kecewa seperti yang ada di benaknya tadi.

"Oke, waktunya fokus dengan kerjaan gue dulu yang sekarang" batin Ruslan. Ruslan pun menyelesaikan makannya, lalu mencuci piring bekas makannya dan masuk ke kamar, membuka laptop untuk mengecek email, dengan harapan ada respon yang baik dari salah satu perusahaan yang dia kirimi lamaran dan menerimanya bekerja. Namun, ternyata tidak sesuai dengan yang dia harapkan.

"Gue harus bersabar lebih lama lagi, lagipula masih ada seminggu lagi gue kerja di perumahan itu, setidaknya gue masih punya penghasilan sampai minggu depan" kata Ruslan pada dirinya sendiri.

......

"Gue lega saat tahu Ruslan ternyata gak kecewa karena gue gak bisa bantuin dia supaya dia bisa kerja di kantor bokap gue, tapi, gue akan tetap usahakan supaya Ruslan bisa segera dapat kerja, sekalipun itu bukan di kantor bokap gue" Rianti tersenyum. Entah kenapa, Rianti merasa sangat bahagia saat saling berbalas pesan dengan Ruslan. Hatinya berbunga-bunga dan senyuman terus terukir di wajahnya.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Lah_

Lah_

Jleb banget!

2023-12-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!