Jam 5 sore, waktunya untuk para pekerja pulang dan besok akan dilanjutkan kembali. Sebelum pulang, para pekerja membereskan beberapa barang yang dipakainya tadi, agar tidak tercecer kemana-mana. Setelah itu, mereka pun pulang ke rumah masing-masing.
Begitu juga Ruslan, dia pun beranjak kembali ke rumahnya dengan sepeda motornya. Sebelum pulang ke rumahnya, dia mampir sebentar ke rumah Tora yang hanya berada beberapa blok dari rumah Rianti yang sementara dibangun itu. Sesampainya dirumah Tora, dia ternyata tengah mencuci mobil di teras rumahnya.
Tiin...!
Ruslan membunyikan klakson motornya saat sudah berada tepat di depan rumah Tora.
"Eh... Lu ternyata, Lan" Tora menoleh ke belakang.
"Wihh.... Lagi sibuk nih kayaknya" kata Ruslan yang melihat Tora masih mencuci mobilnya.
"Masuk, Lan, lu duduk di teras dulu, gue selesaikan ini yah" kata Tora, meminta Ruslan duduk di kursi teras.
"Eh... Gimana, lu udah kesono, yang gue maksud itu?" Tanya Tora sembari melanjutkan mencuci mobil.
"Ini gue abis dari sono, baru pulang juga, terus mampir kesini deh" jawab Ruslan.
"Gue punya cerita menarik nih buat lu dan gue yakin lu pasti bakal kaget banget" kata Ruslan, yang sontak membuat sahabatnya itu penasaran.
"Apa'an emang?" Tanya Tora, menatap lurus kearah Ruslan.
"Lu selesaikan itu dulu, biar enak kita ceritanya" Ruslan menunjuk mobil Tora yang belum selesai dicuci. Tora pun mengangguk dan menyelesaikan pekerjaannya.
Selang beberapa menit setelah Tora mencuci mobil dan mengelap sampai benar-benar kering, Tora pun segera menghampiri Ruslan.
"Lan, didalam aja yuk, ngobrolnya, sambil gue bikinin minum buat lu" ajak Tora.
"Oke" Ruslan mengacungkan jempolnya.
Ruslan dan Tora pun beranjak masuk. Ruslan duduk di kursi ruang tamu, sedangkan Tora berjalan menuju dapur dan mengambilkan minuman dingin di dalam kulkas.
"Nih... Lan, diminum" Tora meletakkan minuman kaleng yang dibawanya di meja, lalu duduk disamping Ruslan dan siap mendengarkan cerita sahabatnya itu, yang beberapa menit yang lalu membuatnya penasaran.
"Jadi, cerita apa nih yang ingin lu katakan dan sampai membuat gue penasaran sedari tadi?" Tanya Tora sembari duduk di samping Ruslan.
Ruslan pun menceritakannya pada Tora. Mulai dari dia yang terkejut dengan kedatangan Rianti saat sedang bekerja, yang ternyata setelah mereka berbincang, Rianti adalah pemilik dari rumah yang sedang dibangun itu. Tora jelas saja terperangah dengan apa yang dikatakan oleh Ruslan.
"Lu serius, Lan?" Tanya Tora seolah tidak percaya.
"Beneran lah, Tor, masa iya gue bohong, kalau gak percaya besok lu kesono aja, karena besok sampai beberapa hari kedepan dia yang akan memantau perkembangan pembangunan rumah itu" Ruslan meyakinkan Tora, kalau apa yang dikatakannya benar adanya.
"Terus... Lu cerita apa lagi sama si Rianti?" Tanya Tora yang kian penasaran. Dia tahu kalau semasa kuliah, Ruslan dan Rianti terlihat begitu akrab, sampai ada yang menyangka kalau mereka berdua sepasang kekasih. Namun, keduanya langsung menepis anggapan dari beberapa teman kampusnya.
"Dia menawarkan gue pekerjaan di kantor papinya" jawab Ruslan singkat.
"Terus jawaban lu apa? Lu terima gak?" Tanya Tora dengan raut wajah penasaran.
"Gue belum jawab iya atau tidak, gue masih pikir-pikir dulu, gue hanya tidak mau merepotkan Rianti, sekalipun dia itu teman kita sewaktu kuliah dan kita cukup akrab dengan dia, tapi, gue gak mau memanfaatkan itu hanya untuk dapat pekerjaan di kantor papinya Rianti" jelas Ruslan.
"Aduh... Ruslan, lu tuh harusnya terima aja, kapan lagi ada kesempatan kayak gini, lagipula menurut gue, Rianti itu pengen bantu lu dengan tulus dan karena dia itu teman kita, dia mau lihat lu bisa sukses melalui jalan lu kerja di kantor papinya Rianti itu sebagai awalannya" kata Tora yang menasehati Ruslan.
"Lu tuh nolak rejeki tahu gak! Udah berapa kali Rianti pengen bantuin lu, tapi, lu selalu nolak hal baik yang ingin Rianti lakukan, lu harus sadar, Lan, lu tuh dikelilingi oleh orang-orang yang sayang dan peduli sama lu, termasuk Rianti salah satunya" Tora menambahkan.
"Apa yang dikatakan Tora emang benar, kenapa gue begitu bodoh dan mengabaikan setiap bantuan yang coba diberikan oleh orang-orang di sekitar gue. Dengan sikap gue yang kayak gini, bisa dipastikan orang-orang di sekitar gue bakal kecewa karena terus menolak bantuan mereka" batin Ruslan.
"Ya udah deh, Tor, gue akan ikuti saran lu, gue akan terima tawaran dari Rianti untuk kerja di kantor papinya, gue akan hubungi Rianti secepatnya" kata Ruslan dengan hati yang mantap, lalu bergegas menghubungi Rianti.
Tut... Tut.... Tut....
"Halo, Lan!" Kata Rianti sesaat menjawab panggilan dari Ruslan.
"Ti, setelah gue pikir-pikir, gue mau terima tawaran dari lu untuk kerja di kantor papi lu" Ruslan langsung menyampaikan maksudnya menghubungi Rianti.
"Serius, Lan!" Rianti terkejut dan seolah tidak percaya.
"Iya, gue serius, Ti!" Jawab Ruslan meyakinkan.
"Ya udah, lu tunggu kabar dari gue yah, gue akan kasi tahu ke papi gue dan secepatnya lu bisa kerja di kantor papi gue sesuai dengan ijazah yang lu miliki, okey" kata Rianti dengan nada bersemangat.
"Oke deh, Ti, makasih sebelumnya yah, gue benar-benar senang, lu mau bantuin gue" kata Ruslan.
"Santai aja, Lan, selagi gue bisa bantu, gue pasti siap sedia bantuin lu, ya udah yah, gue tutup, bye" Rianti pun langsung mengakhiri panggilan dari Ruslan.
Setelah panggilan dari Ruslan berakhir, Rianti lompat kegirangan. Dia begitu bahagia, akhirnya Ruslan mau menerima bantuan darinya.
"Akhirnya, Lan, lu mau juga terima bantuan dari gue, gue senang banget, gue berharap papi mau bantuin supaya Ruslan bisa bekerja di kantor papi" Rianti tersenyum bahagia, tatkala Ruslan mau menerima bantuan dari dirinya.
Selama ini, Ruslan sudah beberapa kali menolak bantuan yang selalu ditawarkan oleh Rianti dengan alasan merasa tidak enak hati dan tidak ingin merepotkan Rianti. Rianti berulang kali mengatakan, bahwa yang dia lakukan itu benar-benar tulus dari dalam hatinya dan merasa tidak direpotkan, malahan dia akan senang. Namun, tetap saja Ruslan bersikeras menolaknya dan Rianti pun menerima keputusan Ruslan saat itu.
"Gimana, Lan?" Tanya Tora, sesaat sambungan telpon dengan Rianti sudah terputus.
"Katanya dia bakal kabari gue lagi dan kemungkinan secepatnya gue akan bisa langsung kerja di kantor papinya Rianti" jelas Ruslan, persis seperti yang dikatakan Rianti padanya.
"Good!" Tora mengacungkan jempolnya. Tora merasa senang, karena sahabatnya itu akan bekerja di kantor milik dari papi Rianti, yang mana merupakan perusahaan yang disegani di bidangnya dan sudah memiliki beberapa anak perusahaan sekarang.
"Lan, ada hal yang perlu lu ketahui soal Rianti" kata Tora dengan raut wajah yang serius.
"Ada apa sih, Tor? Penasaran gue nih" Ruslan mendekatkan duduknya kali ini.
"Sebenarnya, Rianti itu suka sama lu!" Jawab Tora.
"Hah!?" Ruslan terkejut mendengarkan perkataan dari sahabatnya itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments