Jangan lupa tinggalkan jejak.
Olsen benar-benar membuat Hasya kerepotan, walau sif siang sudah ada Br. Ardi yang bertugas, tetap saja, remaja itu hanya mau di tangani oleh Hasya.
"Pegel ya neng?" Ledek Ardi saat melihat Hasya sedang memijat betisnya.
"Apaan si lu mas, harusnya itu kerjaan elu, itu kan pasien cowok," ujar Hasya kesal, Sedari tadi ia harus mondar-mandir menuju kamar rawat yang ditempati pasien remaja berusia delapan belas tahun itu.
"Udah nikmatin aja, lumayan nanti juga dapet uang jajan," ujar lelaki berusia tiga puluhan,
"Emang lu pernah di kasih berapa sama dia mas?" Heni ikut nimbrung, perawat berhijab itu, baru saja selesai berkeliling membawa tensimeter dan stetoskop.
"Kemarin pas gue jaga siang, pulangnya gue dikasih warna biru, si Budi pas gantiin elu, malah di kasih warna merah, nah si Putra juga paginya di kasih warna merah, apa nggak semangat ngurusnya, biar ABG gitu, tapi kayaknya tajir bet dah, royal banget," ujar Ardi menjelaskan.
"Pantesan kemarin gue di jajanin mie ayam sama mas Budi, nggak taunya baru dapat rejeki ya," Tika menyela.
"Wah kalo gitu siap-siap besok pas jaga malem bawain kita cemilan ya Sya, kayaknya elu bakal dapet paling gede nih," ucap Heni sembari bertepuk tangan.
"Apaan sih lu pada, kalo di kasih, kalo nggak gimana?"
"Kalo misal dikasih, lu ingat kita, minimal beliin gorengan lah," tutur Tika.
"Iya-iya," ucap Hasya.
Waktu hampir menunjukan pukul sembilan malam, saatnya pergantian dari sif sore dan sif malam, para perawat sif sore melakukan operan kepada perawat sif malam.
Hasya sedang menjelaskan kondisi pasien dan apa saja yang harus dilakukan oleh perawat sif malam, tiba-tiba bel panggilan berbunyi kembali, siapa lagi kalau bukan berasal dari kamar ABG labil itu, Hasya menghentikan penjelasannya, bersiap menuju kamar empat kosong delapan, tapi pundaknya ditahan, "Udah gue aja, Lo terusin jelasinnya," ujar Ardi.
Tidak sampai dua menit, Ardi kembali lagi, "Nggak mau sama gue, maunya sama elo sya,"
"Ya udah entar aja, nanggung, gue bentar lagi selesai jelasin kok," ujar Hasya, dia kembali melanjutkan penjelasannya kepada perawat sif malam.
Selesai menjelaskan tentang lanjutan pekerjaan yang harus dikerjakan rekan sif malam, Hasya pamit, "Udah ya, gue balik,"
"Eh temuin dulu tuh ABG labil, bisa berabe entar," Ardi mengingatkan.
"Iya ini gue mau ke sana dulu," sahut Hasya sambil memakai jaket baseball berwarna hijau lumut, tak lupa Sling bag berwarna hitam.
Tika dan Heni sudah pulang terlebih dahulu, sedangkan Ardi akan menunggunya pulang, untuk mengantarkannya, "Gue tunggu di parkiran Sya," Kata Ardi saat mereka berpisah di depan lift.
Hasya menemui pasien di kamar Empat nol delapan, "Ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanyanya, memasang senyum ramah.
Melihat perawat itu sudah memakai jaket, Olsen paham jika perempuan itu sudah bebas tugas, tetapi tentu itu tidak ia pedulikan, "Bisa bantu aku ke toilet?"
Mau tak mau Hasya menyanggupi, sebagai pasien VIP harus dilayani sebaik mungkin, sama seperti tadi pagi, ia menunggu remaja itu di depan pintu, ketika pasien buang air kecil, membantu menyikat gigi tak lupa mencuci muka dengan facial wash.
"Ada yang bisa saya bantu lagi tuan?" Tanya Hasya ketika ia sudah selesai melakukan tugasnya.
"Emang suster mau melakukan apa yang aku minta?" tanya Olsen dengan tatapan penuh arti.
"Saya akan berusaha melayani anda dengan baik," jawab Hasya dengan senyum khasnya.
"Kalau begitu temani aku tidur, sini," Pinta Olsen sambil menepuk sisi ranjangnya yang kosong.
"Maaf kalau itu tidak bisa," tolak Hasya mundur satu langkah.
"Bukankah tadi suster yang bilang akan melayani aku dengan baik,"
"Sekali lagi saya minta maaf, tapi saya tidak bisa, kalau gitu saya undur diri, permisi," pamit Hasya.
"Tunggu, apa kamu Marah? Ayolah suster Hasya, aku hanya bercanda, jangan dimasukan hati,"
Hasya berbalik dan tersenyum, "Saya tidak marah tuan, hanya saja saya sudah ditunggu,"
"Apa itu pacar atau suami kamu?" tanya Olsen dingin, ia mendadak kesal.
"Bukan, hanya teman sesama perawat yang mengantarkan saya pulang menuju tempat tinggal"
"Syukur deh, em.. apa suster Hasya sudah memiliki pasangan?" tanya Olsen lagi.
"Maaf tuan, itu privasi saya, ada lagi yang bisa saya bantu?"
"Tolong mendekat lah," perintah Olsen, Hasya hanya menuruti saja, "Lebih dekat lagi," Hasya mencondongkan tubuhnya, "Lebih dekat lagi suster Hasya," Sekali lagi, perempuan itu benar-benar mencondongkan tubuhnya sangat dekat dengannya dan cup..., Olsen mengecup sudut bibir milik suster itu, tentu saja Hasya terkejut, dengan tindakan remaja itu, "Terima kasih suster Hasya yang cantik,"
"Apa yang tuan lakukan? Jangan kurang ajar, ini pelecehan," Hasya kesal diperlakukan seperti itu.
Dengan senyum konyolnya, Olsen berkata, "Tentu saja, aku hanya berterima kasih dengan perawat cantikku, baru sudutnya aja udah manis banget, gimana semuanya,"
"Mohon jaga sikap anda, kalau tidak saya akan melaporkan tindakan anda kepada pihak keamanan," Ancam gadis yang mengenakan jaket baseball itu.
"Aku tunggu suster Hasya," tantang Olsen dengan seringainya.
Hasya berlalu dari ruangan itu, ia kesal, bagaimana bisa ABG itu merebut ciuman pertamanya, sepanjang perjalanan menuju parkiran perempuan itu terus menggerutu.
"Kenapa Lo? Manyun aja, bukannya seneng dapet merah-merah," Ledek Ardi mulai memasang helmnya.
"Merah-merah dari Hongkong, kesel gue, pokoknya gue nggak mau ngurus ABG labil itu," Hasya kesal.
"Kenapa si?"
"Udahlah, balik yuk, gue pengen tidur," Ardi menurutinya.
Tidak sampai sepuluh menit, mereka sudah sampai di tempat kos, "Thanks ya mas, besok gue beliin seblak gocengan deh,"
"Serah Lo, gue balik ya Sya, bye...," Ucap Ardi sambil berlalu.
Begitu sampai di kamar kosnya Hasya langsung membersihkan diri, ia ingin segera tidur, bekerja dua sif membuat tubuhnya sangat lelah.
Namun baru saja ia merebahkan tubuhnya, ponselnya bergetar, terlihat ada pesan masuk baru.
+8139001xxx
Sudah sampai suster cantikku?
Hasya Kurniawan
Maaf ini siapa ya?
+8139001xxx
Yang tadi kasih kecupan sayang buat suster cantik.
Hasya Kurniawan
Maaf tuan ini diluar jam kerja saya, dan saya hendak tidur, selamat malam.
Hasya mematikan ponselnya dan mencharge nya.
Disisi lain, diruang rawat empat nol delapan, Olsen senyum-senyum sendiri, baginya sangat mudah mencari tau nomor ponsel suster cantik itu.
"Ngapa Lo senyum-senyum sendiri? Kesambet Lo," ucap Julian, ketika memasuki ruang rawat sahabatnya.
"Nggak, gue lagi lihat drama lucu," jawab Olsen asal.
"Gimana kata dokter?"
"Udah bagus sih, lusa gue balik, gimana sama Billy?"
"Masih di kantor polisi lah, nyokap tiri Lo yang nuntut dia,"
"Ngapa emaknya Bella ikut-ikutan si,"
"Eh emaknya Bella itu perhatian sama elu, hargain dong,"
"Males ah"
"Btw tadi Jessica nanyain elu, dia sebenarnya pengen besuk elu, lagian dia wa, nggak Lo bales, telpon nggak diangkat, tanggapi kek, kasihan tau,"
"Lo aja sana, males gue nanggepin dia, cewek kok ngejar-ngejar cowok,"
"Ya karena dia suka sama elu dan itu yang disebut kesetaraan gender, hargai dong, wajar dong dia kasih perhatian, lagian cewek bening begitu Lo tolak, mata Lo katarak apa gimana si?"
"Gue nggak suka cewek agresif Julian,"
"Serah Lo deh,"
Mereka melanjutkan mengobrol hingga kantuk datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments