"Terimakasih atas sambutannya, bibi Elle." Eleanora melangkah lebih dalam. Sepasang matanya disuguhi berbagai jenis bunga yang memenuhi ruangan yang cukup besar.
"Bunga yang kau pesan baru saja datang Elea, kau pilihlah." Ucap Estelle seraya menunjuk ke arah bunga mawar yang berada di sudut ruangan.
"Oke.. Bibi," Eleanora mengarahkan kakinya ke arah yang ditunjukkan bibi Estelle.
"Aku tidak melihat Angela, dimana dia?" tanya Eleanora seraya mengambil bunga mawar putih. Bunga kesukaan mendiang ibunya.
"Dia izin tidak masuk hari ini," jawab Estelle mulai mempersiapkan alat dan bahan untuk membuat buket. Eleanora menoleh. "Apa dia sedang sakit?"
Estelle membalas tatapan Eleanora. "Tidak, gadis itu sedang menemani ibunya ke Benetússer. Ada kerabat ibunya yang meninggal."
"Lalu, paman?" Eleanora memberikan bunga mawar putih yang sudah dipilihnya tadi kepada bibi Estelle.
"Kau seperti lupa kebiasaan pria tua itu! seperti biasanya setelah makan siang, Gilberto langsung terlelap. Bagaimana operasimu, tadi?" tanya Estelle. Ia memulai mengerjakan pekerjaannya. "Apa berjalan dengan lancar? " tanyanya melirik Eleanora sekilas kemudian ia melanjutkan pekerjaannya.
"Berkat doa bibi, dan paman Gilberto, operasi berjalan dengan lancar."
Estelle tersenyum bangga pada Eleanora. "Congrats sayang... Kau sangat hebat. Ibumu di sana pasti sangat bangga padamu. Katakan makanan apa yang ingin kau makan, nanti aku akan membuatkannya untukmu."
Eleanora nampak berpikir "Hmm... Fettuccine, bibi." Ucapnya sambil membayangkan makanan khas italy tersebut.
"Hanya itu saja? "
"Iya bibi, tambahkan saus keju yang banyak."
"Baiklah, nanti aku akan membuatkan untukmu."
Terdengar pintu toko terbuka, membuat Estelle menghentikan pergerakannya kemudian ia meluruskan pandangannya. "Selamat datang tuan, ada yang bisa dibantu!" sambut Estelle ramah.
Pria itu tersenyum ramah seraya melangkah hingga posisinya berada di belakang Eleanora.
"Kau membeli bunga mawar rupanya," bisik pria itu membuat Eleanora tersentak. Ia pun membalikkan tubuhnya. "Anda mengagetkan ku, dokter Zafer!" pekik Eleanora. Ia memegangi dadaanya.
Zafer memperlihatkan senyumannya, senyuman terbaik yang terlalu memukau. Bahkan, Estelle dibuat kagum, sampai-sampai wanita itu menghentikan pekerjaannya.
Seketika wanita itu melupakan suaminya.
Estelle mencondongkan tubuhnya, untuk dekat dengan Eleanora. Ia pun berbisik : "Jadi pria tampan ini teman mu, Elea?" Eleanora mengangguk "kau tidak pernah menceritakan kepadaku."
Eleanora cengengesan menanggapi keluhan bibi Estelle. "Zafer, kenalkan dia adalah bibi Estelle."
Zafer mengulurkan tangannya. "Perkenalkan namaku Zafer, nyonya." ucap Zafer tersenyum.
Estelle membalas senyuman pria itu. "Nama yang sangat bagus! namaku Estelle, panggil saja bibi Elle." ucapnya seraya membalas uluran tangan Zafer.
"Senang berkenalan denganmu, bibi." Ucap Zafer membuat Estelle terkagum-kagum.
"Oh, ya ampun, kau benar-benar ramah, dan juga tampan." pujinya dengan jujur "omong-omong kau berasal dari mana? wajahmu seperti wajah orang-orang timur. "
"Zafer keturunan Turki, bibi. Ayahnya berasal dari sana."
Estelle berdecak, kagum. Kembali ia mencondongkan tubuhnya ke arah Eleanora. "Kenapa kau tidak menjadikan dia kekasih, Elea?" bisiknya terdengar Zafer. "Dia sangat tampan, dan juga ehem."
"Bibi!" sahut Eleanora pelan seraya menggelengkan kepalanya.
Zafer mendengar obrolan dua wanita di dekatnya, semakin melebarkan senyumannya. Kupingnya terasa panas.
Pria itu pun mengedarkan pandangannya melihat keseluruhan ruangan yang terdapat banyak bunga. Mengenai bunga, ah... ia penasaran bunga apa yang di sukai Eleanora?
"Sudah selesai," ucap Estelle sedikit merapikan pita yang mengikat buket. "Ambilah, kau tidak perlu membayar. "
"Tidak bibi, aku berniat membeli untuk hadiah ibuku."
"Dasar gadis keras kepala."
Eleanora membuka tas berniat mengeluarkan dompetnya. "Biar aku saja yang membayar," Zafer mengeluarkan dompet dalam saku celananya.
Eleanora menatap Zafer. "Tidak perlu Zafer. Aku bisa membayarnya," tolaknya yang dihiraukan pria itu.
"Biar aku saja!"
"Ta- tapi, Zafer... Aku, " belum sempat ia melanjutkan kalimatnya, Zafer sudah membayar buket miliknya membuat Eleanora menghembuskan napasnya. Ia benar-benar merasa sungkan. Pria ini sudah kelewatan baiknya.
"Terimakasih Zafer, " ucap Estelle, lalu ia memberikan buket bunga kepada Eleanora yang langsung di ambil alih gadis itu. "Datanglah kemari lagi Elea. Ajaklah Zafer bersamamu."
"Baiklah. Aku akan mengabari mu lagi, bibi. Aku pergi dulu, dan terimakasih."
🍂🍂🍂
"Kau yakin, tidak ingin aku temani?" tanya Zafer setelah ia menutup pintu mobilnya, lalu berlari kecil untuk menyusul Eleanora. Ia masih bersikeras, dan berharap Eleanora berubah pikiran untuk mengajaknya ke pemakaman ibunya.
Eleanora menatap Zafer yang sudah berada di dekatnya. "Anda sudah bertanya tiga kali tuan Zafer, dan jawabanku tetap sama."
"Jangan menggunakan kata anda, itu terdengar formal." Sempat-sempatnya pria itu memprotes.
Eleanora mendesis pelan. "Apa aku perlu mengulanginya lagi?"
"Tidak perlu, Elea. Jadi, jelaskan kenapa aku tidak boleh menemanimu?"
"Ada hal yang ingin aku ceritakan kepada ibu ku. Ini bersifat rahasia," alasannya membuat Zafer mengerti jika Eleanora membutuhkan waktu untuk sendiri. Baiklah, ia harus mengalah kali ini.
Eleanora pun meninggalkan Zafer sesudah ia berpamitan. Gadis itu melewati pintu masuk pemakaman, menuju makam ibunya.
Kini, Eleanora sudah berada di dekat dengan rumah terakhir ibunya, kemudian ia berjongkok seraya menatap batu nisan bertuliskan nama ibunya, Carolina Rachquel dengan tatapan nanar, penuh kerinduan.
Tangannya bergerak, mengusap batu nisan itu. "Aku datang lagi ibu, dan membawakan sebuket mawar putih untukmu," ucapnya seraya meletakkan buket mawar di atas pemakaman ibunya.
"Tapi sebelumnya, aku ingin minta maaf padamu ibu. Karena, aku tidak bisa berlama-lama disini. Ada seorang pria yang menungguku diluar sana. Jika ibu penasaran dengan pria itu, ibu harus menahan rasa penasaran ibu, karena sekarang aku belum bisa menceritakannya. Ada kabar bahagia yang ingin aku ceritakan padamu ibu."
"Kabar bahagianya, hari ini aku melakukan tindakan operasi untuk pertama kalinya, dan operasinya berhasil. Ibu pasti senang mendengarnya. Aku berkata benar bukan?"
" Seandainya ibu masih berada di sini, aku yakin ibu akan merayakan keberhasilanku dengan membuatkan brownies untukku." Eleanora menghembuskan napasnya yang tercekat, lalu buliran kristal keluar dari sudut matanya "mendadak aku merindukan brownies buatan ibu, tidak-tidak.. tepatnya aku lebih merindukanmu ibu. Sangat."
Eleanora menggigit bibir bawahnya, seraya menyeka air matanya. "Aku tidak boleh menangis." Ucapnya seraya mengeluarkan satu lilin, dan pemantik api dari dalam tasnya. Eleanora menyalakan lilin tersebut. "Selamat ulang tahun ibu, semoga ibu selalu bahagia bersama Tuhan." Eleanora meletakkan lilin disamping buket bunga. Tiba-tiba angin berhembus, membuat lilin itu mati.
Eleanora tersenyum. Ia pun memajukan wajahnya, mencium batu nisan ibunya. "Aku pamit dulu ibu, aku berjanji aku akan mengunjungimu lagi. I love you."
Yang kepo dokter Zafer siapa hayoo?? aku up tapi harap tenang yah... Okey👌😉
.
.
.
.
.
.
Kabuuurrr ah sebelum di karungi netijen...🏃♀️💨🍃🍃🍃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
໓աiɛ🌸
bisik2 tp kedengeran yaaa...🤣🤣🤣
2024-05-30
2
Eka Kaban
eleanora susah banget bacanya kenapa ele aja Nora aja atau Susi aja
2024-05-01
2
Neni
ibunya alea carolina,bapaknya siapa ya?
2024-01-25
1