"Terimakasih dokter anda telah menolong putra saya." Ucapan tulus dari orangtua pasien ketika dokter keluar dari ruangan operasi.
"Semoga putra anda lekas membaik, nyonya. Saya permisi dulu." Balas gadis yang memiliki manik hazel indah dibalik kacamatanya. Kemudian ia melangkahkan kaki jenjangnya melintasi koridor rumah sakit menuju ruangannya dengan perasaan bahagia atas pencapaiannya. Ia baru saja melakukan tindakan operasi terhadap pasiennya untuk pertama kalinya, dan operasinya berhasil.
"Siang dokter Elea," sapa para perawat yang berpapasan dengannya. Gadis bernama lengkap Eleanora Davidson itu hanya tersenyum sembari mengangguk membalas sapaan itu, lalu ia melanjutkan langkahnya.
"Elea! " panggil Micaela, rekan sekaligus teman Eleanora saat mereka sama-sama menjadi mahasiswa kedokteran salah satu universitas yang terletak di Madrid.
Eleanora yang sudah berada di depan ruangannya, menoleh, dilihatnya Micaela berjalan mendekatinya.
"Bagaimana operasi pertamamu?" tanya wanita berasal dari Italy itu dengan antusias.
Eleanora melengkungkan bibirnya seraya membuka pintu ruangannya "Sesuai dengan harapanku, Micaela. Operasi pertamaku berjalan dengan lancar." Jawabnya. Eleanora pun masuk di ikuti Micaela.
"Wow.... you are so smart, Elea!" pekik Micaela kagum. "Awal mula yang sangat baik, dan kau sangat mengagumkan. Jujur aku sangat iri padamu."
"Jangan memujiku berlebihan, Micaela." Ucap Eleanora, kemudian ia menutup pintu ruangannya yang didominasi berwarna putih.
"Kau selalu saja bersikap rendah diri. Ck." Micaela menduduki sofa panjang yang berhadapan dengan meja kerja Eleanora.
Eleanora melepas jas putih yang dipakainya, kemudian ia mengaitkan jas di tiang yang terletak di sudut ruangan sebelum ia menduduki kursi kerjanya.
Lunch box...
Eleanora menghembuskan napasnya, menatap kotak makan yang berada di atas meja, dan mengambil secarik kertas yang terletak di bawah kotak tersebut.
'Aku membawakan Ic pilav untukmu, makanlah.' 😉 Zafer
Dokter Zafer, gumam Eleanor mengambil kotak makan tersebut, dan mendaratkan bokongnya di sofa yang sama dengan rekannya itu. "Kau sudah makan siang, Micaela?"
"Sudah, tadi bersama Edward. By the way, apa dokter tampan itu yang memberikan makan siang lagi untukmu?" tanya Micaela, ketika manik coklatnya melihat kotak makanan yang berada dipangkuan Eleanora.
"Ya... Kau benar," jawab Eleanor sembari membuka penutup kotak yang berisi makanan khas Turki.
"Um.. Ku rasa, dokter Zafer memiliki perasaan khusus untukmu, Elea." Eleanora menatap Micaela dengan memasang wajah serius.
Sepemikiran, Elea juga merasakan jika Zafer memiliki perasaan khusus untuknya. Pria blasteran Spanyol Turki itu kerap memberikan perhatian yang lebih untuknya. Seperti sekarang ini, pria itu berinisiatif membawakan bekal makan siang untuknya, sering menghubunginya. Bahkan akhir-akhir ini, Zafer sering mengajaknya pulang bersama.
Eleanora segera menepisnya. "Itu hanya perasaanmu saja," elaknya bermaksud untuk mengakhiri pembicaraan mengenai Zafer. Eleanora tidak tertarik sama sekali.
Ia pun mulai memakan makanan yang berbahan nasi itu, bergumam lezat setelah ia merasakan rempah-rempah dari makanan tersebut
"Jika pernyataan ku benar, bagaimana?" tanya Micaela "kau akan membuka hati untuknya, dan belajar mencintainya??"
Eleanora bergeming. Membuka hati? Cinta? entahlah, Eleanora tidak mempercayai apa itu cinta setelah kepergian ibunya 16 tahun yang lalu, meninggalkan duka yang mendalam untuknya.
Gadis itu mengedikkan bahunya, tidak perduli. "Sebaiknya kita membahas pekerjaan saja, Micaela." Jawab Eleanora kembali ia menikmati makan siangnya.
"Oh ayolah, Eleanora. Kau tidak tertarik sama sekali dengan dokter Zafer?" Eleanora menggeleng.
"Astaga! kau adalah gadis yang paling beruntung mendapatkan perhatian dari dokter Zafer, di saat para wanita berjuang untuk merebut perhatian darinya, tapi kau malah mengacuhkannya." Cicit Micaela, gemas.
"Tujuanku menerima pekerjaan di rumah sakit ini, karena ingin mengejar mimpi ku Micaela, bukan mencari jodoh."
Micaela memutar bola matanya. "Kau sangat keras kepala sekali Eleanora Davidson!" Eleanora hanya tersenyum, tidak menanggapi serius ucapan Micaela.
Tok... Tok... Suara ketukan pintu mengalihkan mereka. Tidak lama kemudian, seorang pria muncul dari balik pintu, lalu tersenyum. Dokter Zafer Savas.
"Masuklah dokter Zafer." Eleanora sudah menyelesaikan makan siangnya, lalu ia meletakkan kotak bekal yang sudah kosong ke atas meja.
Zafer yang baru masuk, semakin melebarkan senyumannya melihat bekal yang ia berikan untuk Eleanora telah dihabiskan gadis itu. "Ini untukmu Elea," ucapnya seraya memberikan segelas ice kopi latte yang langsung diambil alih oleh Eleanora. "Selamat atas keberhasilan mu."
"Terimakasih dok, " balas Eleanora tersenyum lembut, menciptakan ledakan-ledakan kecil di hati Zafer. Senyum yang sangat manis.
"Sama-sama, Elea." Zafer membalas senyuman Eleanora. Senyum tulus yg terlihat menawan, selalu menjadi pusat perhatian semua mata wanita yang memandangnya. Yeah.... Senyum yang terbentuk di garis bibir pria itu menampakkan lesung pipi yang membuat wajah tampannya semakin rupawan.
Micaela yang melihat kedua insan itu, ikut tersenyum. "Untukku tidak ada dokter?" celetuk Micaela hanya menggoda.
Zafer terkekeh pelan menanggapi pertanyaan polos Micaela. "Sorry, aku tidak mengetahui jika kau berada disini. Tapi sebagai gantinya, bagaimana jika kita makan malam bersama di restauran untuk merayakan keberhasilan Eleanora."
Jawaban Zafer sontak membuat Eleanora menatap lagi ke arah pria yang sempat menjadi pembimbingnya ketika ia masih menjalankan program kedokteran di rumah sakit yang terletak di ibu kota Malaga. Disanalah awal mereka saling mengenal. "Itu tidak perlu, dokter." Timpal Eleanora dengan perasaan sungkan.
Zafer menoleh, manik coklat yang di miliki pria itu membalas tatapan Eleanora. "Kau tidak perlu sungkan Eleanora, aku senang melakukannya untukmu." Jawab Zafer tulus.
Eleanora pun menghembuskan napas panjang. "Baiklah dokter ," Eleanora maupun Zafer sama-sama tersenyum.
"Ah, ajaklah kekasihmu juga Micaela, siapa namanya?"
"Edward, dokter." Jawab Micaela.
"Oh ya Edward... Nanti aku akan mengirimkan alamat restauran ke nomer ponsel mu."
"Siap dok, " balas Micaela seraya berdiri, sontak membuat Eleanora membulatkan matanya, seolah meminta penjelasan. "Aku ingin kembali ke ruanganku, aku permisi dulu dokter, hmm Elea."
"Mi-- Micaela," bermaksud untuk mencegah Micaela untuk pergi, namun ucapannya terhenti ketika rekannya tetap berjalan mengabaikannya, dan meninggalkannya bersama Zafer.
Haish, dia sengaja meninggalkanku.
"Hari ini kau praktek sampai jam berapa, Elea?"
"Jam tiga dokter," jawab Eleanora. Tangannya bergerak merapikan kotak bekal milik Zafer.
"Bagaimana jika kita pulang bersama?"
Eleanora meluruskan pandangan menatap Zafer yang berdiri, dan bersandar di meja kerjanya. "Um... Bagaimana ya," Eleanora nampak berpikir.
"Please, jangan menolak tawaranku lagi. Lagipula arah rumah kita sejalan." Tutur pria berusia 28 tahun itu, memasang wajah memelas, dan memohon.
Eleanora kembali tersenyum. "Bukan seperti itu dokter. Hanya saja, sepulang dari rumah sakit, aku berencana mengunjungi ibuku."
"Aku akan mengantarkan mu kalau begitu. Dan kau harus menerima tawaranku."
Eleanora mengangguk seraya tersenyum. "Anda selalu menang dokter Zafer." Zafer terkekeh mendengar penuturan Eleanora. "Oh ya, dokter. Terimakasih bekal makan siangnya. Aku makan dengan lahap dan habis tanpa tersisa."
Zafer mengangguk. "Kau menyukainya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
Caroline, Elea mungkinkah mereka ada hubungannya
2024-10-14
0
nobita
ya ampun yg di perhatian dokter Zafer sih Elea yg klepek-klepek kok akuu...
2024-09-29
0
Mama cantik😘💖
kasian juga ya perjuangan dokter zafer kalau ujung²nya nnti kecewa😑🙄
2024-04-03
0