Eleanora melangkah keluar dari kamar mandi setelah beberapa saat yang lalu ia membersihkan tubuhnya. Ia membuka lemari, memilih pakaian yang ingin dipakai untuk memenuhi ajakan makan malam Zafer. "Sepertinya dress ini cocok," Eleanora mengambil dress baru yang beberapa hari lalu dibelinya bersama Micaela.
Tadinya, Eleanora tidak ingin membeli dress tersebut karena memang dasarnya ia tidak suka menghamburkan uang. Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya, pribahasa yang ia terapkan untuk hidupnya.
Dan Micaela, gadis boros itu menghasutnya. Bayangkan saja untuk satu dress yang berada di genggamannya, harganya setara dengan uang makannya selama satu bulan. Pada saat itu Micaela berkata, 'kau bukannya hemat Elea, kau terlalu pelit pada dirimu sendiri'.
Ada lagi ucapan gadis itu yang paling menyesatkan 'ada cara praktis untuk menjadi orang kaya. Dibalik kacamatamu yang kau pakai, kau memiliki wajah yang sangat cantik, kau cukup menjerat pria kaya, dan buat pria itu jatuh cinta padamu Elea. Setelahnya hidupmu akan tentram'
Yang benar saja, ia masih memiliki hati nurani. Tidak mungkin ia melakukan sesuatu yang bisa merugikan orang lain.
Dan terakhir ucapan Micaela yang tidak masuk akal 'atau kau pelihara tuyul'
Tuyul?? ia merasa aneh mendengar kata tuyul namun setelah ia browsing di gulugulu, ia baru paham jika tuyul sejenis mahluk kecil, berkepala botak yang suka mencuri uang. Ck... Ucapan Micaela sangat menyimpang.
Kali ini, ya Eleanora bersyukur termakan hasutan temannya itu meskipun ia harus mengurangi jatah uang makannya. Sebab itulah yang membuatnya tidak makan siang di kantin akhir-akhir ini, dan kebetulan sekali Zafer si pria berhati malaikat itu membawakan bekal makan siang untuknya.
Itu menurutnya. Sebenarnya yang terjadi, Zafer memperhatikan Eleanora yang tidak pernah terlihat di kantin rumah sakit. Hal itu yang membuat pria itu membawakan bekal untuk Eleanora.
Meleleh hati adek, bang. Author said.
Eleanora melirik jam di dinding kamarnya, jarum pendek sudah menunjukkan pukul 6.30. "Astaga, aku mandi terlalu lama. Setengah jam lagi Zafer akan datang menjemput ku." Eleanora bergegas memakai dress yang ia pilih tadi, dan segera bersiap.
Beberapa menit kemudian, Eleanora sudah terlihat rapi. Ia menatap dirinya lagi di pantulan cermin dari meja rias yang berada di depannya. Ia memperhatikan penampilannya yang menggunakan dress terusan diatas lutut, berlengan panjang dengan model sabrina, membuat Eleanora terlihat elegant, dan warna hitam dari dressnya sangat kontras dengan warna kulitnya.
Ia membiarkan rambutnya terurai indah, dan Eleanora memberikan sentuhan di wajah cantiknya. "Ku rasa sudah cukup."
Terdengar suara ketukan pintu rumahnya. "Pasti itu Zafer," gumam Eleanora. Ia menyemprotkan parfum aroma lavender bercampur vanila, di tubuhnya sebelum ia melangkah keluar dari kamarnya, untuk menemui Zafer.
Diluar, Zafer berkali-kali membuang napas dari mulutnya untuk menghilangkan rasa gugupnya. Pria itu merapikan kembali penampilannya yang terlihat berbeda. Ia memakai semi jas, yang dipadukan kemeja berwarna putih, serta celana jeans berwarna hitam senada dengan warna jasnya. Pria itu terlihat begitu menawan, bisa dikatakan nyaris sempurna. Rambutnya disisir dengan rapi, bahkan ia menggunakan gel untuk tatanan rambut pekatnya, dan ia sangat wangi.
Pintu rumah Eleanora pun terbuka, menampilkan siluet Eleanora. Dalam waktu yang sama Zafer terdiam mematung, menatap hangat wanita yang memakai dress berwarna hitam yang berada di hadapannya tanpa berkedip. Sangat cantik.
Dua kata yang tepat menggambarkan sosok Eleanora Davidson. Dengan struktur garis rahang tegas, Eleanora memiliki manik hazel yang berkilau indah, hidung mancung, bibir ranumnya bervolume, serta rambut coklat yang bergelombang menyempurnakan tampilan wajahnya. Dan tidak ketinggalan wanita itu mempunyai warna kulit eksotis.
Eleanora berdeham, membuat Zafer sadar jika baru saja ia tenggelam pada pesona Eleanora. Selain terlihat sangat cantik, Eleanora juga nampak anggun.
"Apakah kau, hmm sudah siap, Elea?" tanya Zafer terbata-bata, mendadak perutnya terasa melilit.
Eleanora tersenyum samar. "Sudah... Aku hanya tinggal memakai sepatu, kau duduklah." Zafer mengangguk. Ia pun menduduki kursi yang berada di teras rumah Eleanora.
Beberapa menit kemudian. Zafer bangun dari posisinya, ketika melihat Eleanora sudah benar-benar siap. "Sebaiknya kita jalan sekarang, aku sangat lapar." ucap Zafer.
Kepercayaan dirinya mendadak pudar, digantikan rasa gugup yang berlebihan. Padahal, saat di perjalanan tadi, ia begitu sangat percaya diri, bahkan karena semangatnya untuk menemui gadis pujaannya, ia bersenandung ria. Dan lihatlah sekarang, Zafer mendadak menjadi pria pendiam. Tidak seperti biasanya.
Pria itu melangkah terlebih dahulu di ikuti Eleanora. Lalu, pria itu membuka pintu penumpang bagian depan. "Silahkan masuk," Zafer mengayunkan tangannya menginstruksi untuk Eleanora masuk ke dalam mobilnya.
Eleanora sempat terdiam, terkesan dengan tindakan manis yang dilakukan Zafer untuknya. Hanya terkesan, tidak membuat perasaanya berbunga-bunga. Tidak seperti netizen yang notabene emak-emak, padahal Zafer melakukannya untuk Eleanora. Ck...
Lantas, pun ia masuk, dan mendaratkan bokongnya di jok. "Terimakasih Zafer."
Zafer tersenyum, pria itu menutup pintu setelahnya ia berlari kecil mengitari mobilnya. Lalu, Zafer masuk, dan membawa kendaraannya menuju restoran dengan kecepatan sedang.
"Ehm, malam ini kau terlihat sangat cantik, Elea." Akhirnya ia bisa menyuarakan isi hatinya yang ditahannya sejak tadi.
Mendengar pujian yang dilayangkan untuknya, Eleanora tersenyum. "Hanya malam ini?" kekehnya untuk mencairkan suasana, agar tidak ada rasa kecanggungan diantara mereka.
"Bukan seperti itu, " ralatnya "maksudku kau terlihat berbeda dari biasanya Elea. "
Jelas berbeda. Biasanya ketika bertugas, Eleanora terlihat sederhana, dengan wajah yang terlihat alami dan malam ini tampilan gadis itu begitu pangling.
"Terimakasih atas pujiannya dokter, anda telah membuatku tersanjung." Zafer mengulum bibirnya.
"Dan kau juga, terlihat sangat menawan dokter Zafer. Setelah, aku perhatikan kau memiliki bulu mata yang lentik. Kau tidak memakai bulu mata palsu atau melakukan eyelash extension??"
"Astaga," Zafer pun tergelak. Apa yang dikatakan tadi 'memakai bulu mata palsu atau melakukan eyelash extension' bukannya itu terdengar lucu.
"Tidak Elea, ini murni pemberian Tuhan." Elak Zafer disela tawanya.
"Aku pikir kau melakukan antara dua opsi itu."
Terdengar satu notifikasi dari ponselnya, Eleanora segera membuka pesan yang baru saja masuk, dari Michaela.
"Micaela masih berada di apartemen, ia sedang menunggu Edward bersiap." ucap Eleanora setelah membaca pesan dari sahabatnya.
"Hmm, baiklah. Katakan kepadanya jika kita menunggu mereka di dalam restauran."
Sepanjang perjalanan mereka dihabiskan dengan berbagi pengalaman. Hingga tidak terasa mereka telah sampai di area parkiran hotel. Keduanya pun turun.
Eleanora tertegun menatap bangunan yang berada di depannya. Hotel Vancia Center.
"Elea," suara Zafer membuat Eleanora tersadar kemudian ia melihat Zafer.
"Ayo, kita masuk."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Cb c
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2024-05-27
0
Mama cantik😘💖
memang seru kalau punya sahabat yang rendom🤭😊
2024-04-04
0
🦁R14n@
Vancia center🤔Kirain hotel Valencia center knp tertegun elea apakah ada sesuatu kenangan indah atau buruk 🫢🙏
2024-02-04
0