Mama Zahra masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Fatih, Papa Robi dan Haira yang sedari tadi terdiam. Sejujurnya Fatih juga merasa tidak enak pada sang mertua. Namun, dia juga tidak mungkin tinggal di rumah ini selamanya. Apalagi ada kakak iparnya, takut nanti malah akan menimbulkan fitnah.
"Kamu jangan terlalu pikirkan kata-kata mamamu. Nanti Papa akan mencoba membujuknya, mudah-mudahan saja mamamu mengerti. Sebaiknya sekarang kamu istirahat saja," ujar Papa Robi yang diangguki menantunya.
Fatih segera masuk ke dalam kamarnya. Di sana sudah ada putrinya yang tidur di ranjang dengan diapit dua bantal guling. Setiap malam memang dia yang selalu menemani Keisha tidur. Selama satu minggu pria itu juga kurang tidur karena sesekali selalu membuatkan susu untuk putrinya.
Terkadang kalau malam rewel, Mama Zahra juga ikut turun tangan menjaga cucunya. Bahkan Haira pun pernah ikut turun tangan saat Mama Zahra kelelahan. Fatih jadi berpikir bagaimana nanti jika tinggal di rumah kedua orang tuanya. Mama Risa juga sedang sakit, rasanya tidak tega juga harus merepotkan orang tuanya.
Kalau cari pengasuh Fatih juga ragu. Apalagi dulu Marissa pernah mengatakan jika dirinya tidak ingin anaknya diasuh oleh orang lain. Wanita itu ingin mengasuhnya sendiri atau jika dia tidak mampu akan meminta bantuan keluarga saja. Marissa tidak ingin orang lain turut andil dalam membesarkannya.
Wanita itu takut pola pikir dan cara mengasuhnya tidak sesuai. Saat itu Fatih hanya mengiyakan saja karena pria itu sama sekali tidak pernah berpikir jika pada akhirnya akan seperti ini. Kehilangan Marissa benar-benar banyak mengubah rencana hidupnya. Sebelumnya dia hanya ingin selamanya bersama Marissa, tetapi kini dirinya yang ditinggal sendiri.
Saat tengah malam ponsel Fatih berdering. Ada panggilan masuk dari papanya, segera pria itu mengangkatnya. "Halo, Pa, ada apa?"
"Mama kamu masuk rumah sakit. Tekanan darahnya naik, segera kamu ke sini!" ucap Papa Hadi yang berada di seberang.
"Apa? Bagaimana bisa? Papa kirim alamat rumah sakitnya, aku akan segera ke sana."
Fatih segera mematikan ponselnya dan turun dari ranjang. Dia mengambil jaket serta kunci mobilnya yang ada di meja rias. Namun, pria itu baru teringat jika di kamar itu juga ada sang putri kecilnya. Fatih jadi bingung harus bagaimana.
Tidak mungkin mengajak anak bayi kecil itu ke rumah sakit. Namun, meninggalkannya begitu saja juga bukan hal yang baik. Setelah berpikir sejenak dia pun memberanikan diri untuk meminta bantuan pada kakak iparnya. Fatih segera mengetuk pintu kamar Haira, mudah-mudahan saja gadis itu terbangun dan mau membantunya.
"Ada apa, Fatih?" tanya Haira sambil mengerutkan keningnya. Tampilannya juga acak-acakan karena memang dia sedang tidur nyenyak.
Wanita itu menatap heran kenapa di tengah malam seperti ini adik iparnya membangunkan dirinya. Kalau memang Keisha menangis, bukankah biasanya sang mama yang membantu. Dirinya hanya akan membantu saat pagi dan sore hari saja.
"Kak, boleh aku minta tolong untuk menjaga Keisha malam ini?"
"Memangnya kamu mau ke mana? Jangan bilang kamu mau pulang ke rumah orang tuamu saat tengah malam begini."
"Aku mau ke rumah sakit. Baru saja papa menghubungiku katanya tekanan darah mama naik jadi, mama sekarang ada di rumah sakit."
Haira begitu terkejut mendengarnya. Padahal saat acara tahlilan tujuh hari sang adik tadi, beliau baik-baik saja, kenapa sekarang harus masuk rumah sakit.
"Tante Risa dibawa ke rumah sakit? Bagaimana keadaannya?"
"Aku tidak tahu, Kak, karena itu aku ingin ke sana sekarang. Aku ingin melihat keadaan mana. Tadi dari suara papa juga kelihatannya keadaan mama tidak baik. Kakak mau 'kan membantuku menjaga Keisha?"
Haira segera mengangguk dan menjawab, "Kamu pergi saja, biar aku yang jaga Keisha."
"Terima kasih, Kak. Kalau begitu aku pergi." Fatih segera pergi dengan tergesa-gesa.
Haira pun pergi ke kamar Fatih untuk menemui sang keponakan. Sejujurnya gadis itu merasa tidak nyaman berada di kamar ini. Rasanya begitu asing, apalagi bau parfum laki-laki yang lebih mendominasi kamar ini, semakin membuat Haira merasa tidak nyaman.
Dulu saat ada almarhumah Marissa dia juga pernah sesekali masuk ke dalam kamar ini. Itu juga kalau Fatih tidak ada di rumah, tetapi sekarang rasanya sangat berbeda. Ada perasaan asing, tetapi juga membuatnya penasaran.
Haira ingin mengajak Keisha ke kamarnya. Namun, pasti akan ribet apalagi segala keperluan bayi itu ada di kamar ini. Mulai dari susu, popok dan yang lainnya. Mau tidak mau gadis itu kan akhirnya merebahkan tubuhnya di ranjang iparnya. Aroma minyak rambut milik Fatih tercium begitu menyengat saat Haira meletakkan kepalanya di bantal. Rasanya ada yang berdesir dalam dadanya, tetapi dia mencoba menepisnya.
Baru saja wanita itu memejamkan mata, tiba-tiba saja bayi yang dari sampingnya menggeliat dan merengek ingin menangis. Haira pun segera mengambil dot yang ada di atas meja. Selama satu minggu membantu mengurus Keisha membuatnya mengerti cara mengurus bayi. Untungnya sebelum pergi tadi Fatih sudah membuatkan susu jadi, dia tidak perlu membuatkannya lagi.
Pagi hari Mama Zahra mengetuk pintu kamar menantunya, dia ingin memandikan cucunya. Wanita itu sekarang memang memiliki kebiasaan setiap setelah salat subuh akan memandikan cucunya. Namun, alangkah terkejutnya malah mendapati putrinya berada di sana.
"Haira! Kenapa kamu ada di sini? Jangan bilang kalau semalam kamu tidur di sini?" tanya Mama Zahra dengan berteriak.
Namun, Haira sama sekali tidak terkejut malah terlihat begitu santai. Dia mencoba menyadarkan dirinya yang terlihat masih mengantuk karena semalam beberapa kali terbangun.
"Haira, kamu sadar 'kan sekarang ada di mana? Kamu nggak lagi macam-macam, kan?"
"Mama ini bicara apa sih? Aku semalam itu jagain Keisha. Fatih pergi ke rumah sakit, dia minta aku buat jagain putrinya," sahut Haira dengan kesal karena tuduhan mamanya. Dia sangat paham arti ucapan mamanya.
"Ke rumah sakit? Memang siapa yang sakit?"
"Kata Fatih, Tante Risa semalam drop terus dibawa sama Om Hadi ke rumah sakit."
"Terus sekarang keadaannya bagaimana?"
"Aku nggak tahulah. Aku juga baru bangun."
"Ah, kamu ini bagaimana sih! Kalau dari semalam kenapa nggak bangunin Mama? Sudah sana! Balik ke kamarmu cepat mandi. Ini sudah subuh jangan sampai kamu telat salatnya, biar nanti Mama yang hubungin Fatih. Kamu ini nggak bisa diandalkan."
Haira mencebikkan bibirnya mendengar ucapan sang mama. Padahal semalaman dia menjaga Keisha dengan baik hingga kurang tidur. Ingin membantah ucapan mamanya juga terlalu malas. Lebih baik dia kembali ke kamar dan salat subuh sebelum waktunya habis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments