Bel istirahat berbunyi, semua siswa berhamburan keluar dari kelasnya. Hana, dan ketiga temannya masih stay di bangku mereka, setelah kelas kosong barulah gadis itu beranjak yang berjalan ke arah Iseul.
Brak!
Seketika Iseul terkejut, bersamaan dengan meja yang bergetar. Kepalanya mendongak menatap gadis tengil di depannya. Entah, apa arti tatapan itu.
"Ah!" jerit Hana, ketika tangannya Iseul tepiskan dari atas meja.
Bola matanya membulat dengan sempurna, mulut kedua temannya menganga dengan lebar. Iseul, kini berani memberontak.
"Tanganmu menggetarkan mejaku, jika terlalu lama itu akan merobohkannya."
"Ck, sialan!"
Tidak terima dengan perkataan Iseul, Hana tidak segan-segan menampar gadis itu. Namun, belum sempat telapak tangannya mendarat pada wajah Iseul, sebuah tangan mencengkramnya lebih dulu.
Hana menatap kesal Iseul yang berani melawannya.
"Gunakan tanganmu untuk menulis bukan untuk menampar," ucap Iseul lembut tapi menampar keras hatinya.
"Argh!" geram Hana ketika Iseul meninggalkan kelas.
Hee-Young dan Ha-Yoon langsung menghampirinya.
"Hana, kau tidak apa-apa?"
"Apa tanganmu sakit?"
"Diam!" bentak Hana pada mereka berdua.
Baru kali ini ada yang melawannya. Tidak ada satu pun di sekolah itu berani melawannya, dan Iseul gadis yamg paling nurut, pendiam dan pasrah saat diperlakukan buruk olehnya, tetapi hari ini dunia berubah. Iseul kembali dengan karakter yang berbeda.
*****
Woobin, diam berdiri di depan jendela, melihat para siswa di luaran sana. Matanya tetap fokus pada Iseul yang berjalan menyusuri koridor.
"Woobin," panggil seorang pria yang tidak terlalu tua tapi cukup muda baginya menjabat sebagai kepala sekolah. Pria itu bernama, Jiwon guru bahasa yang menjabat kepala sekolah dalam waktu singkat.
Tidak hanya seorang kepala sekolah, Jiwon ayah dari siswa bernama Sangmin. Begitu pun dengan Woobin, ayah dari siswa bernama Sungho. Siapa pun pasti mengenal siswa itu, selain anak wali kelas dan kepala sekolah mereka teman Seokjin siswa yang paling berpengaruh di SMA Sarang.
"Ada apa kamu datang ke ruanganku? Apa ada hal yang harus dibicarakan?" tanya Jiwon yang duduk di kursinya.
Woobin ikut duduk pada kursi di hadapan Jiwon. Woobin menatap gelisah pada Jiwon yang sepertinya belum tahu kedatangan Iseul.
"Anak itu kembali," ucap Woobin.
Jiwon menatapnya heran, pria itu sedikit kebingungan. "Iseul masih hidup," lanjut Woobin membelalakan mata Jiwon.
"Iseul?"
Tok, tok, tok.
Ketukan pintu mengejutkan Jiwon yang hampir saja serangan jantung. Karena ketukan itu obrolan mereka jadi terhambat.
Jarang sekali ada yang masuk ke ruangannya.
"Masuk!" sahut Jiwon.
Pintu pun terbuka lebar, Jiwon yang hampir serangan jantung mungkin akan berakhir di rumah sakit. Seorang siswa yang baru saja dibicarakannya datang, sangat mengejutkannya. Woobin dan Jiwon terperangah, hingga tidak sadar Iseul sudah berdiri di hadapannya.
Ekspresi yang mengejutkan, seperti teman-temannya.
"Apa kedatangan saya mengejutkan kalian?"
Pertanyaan Iseul, membuyarkan lamunan kedua guru di depannya. Woobin terlihat gugup dan Jiwon jadi salah tingkah, hingga menghabiskan segelas air minumnya.
"Uhuk … uhuk!"
"Minum dulu Pak," ujar Iseul menyodorkan gelas minum Jiwon.
Jiwon yang masih gugup menerimanya dengan tangan gemetar. Tingkahnya itu mencuri perhatian Iseul yang tersenyum.
"Maaf, saya tidak tahu jika …."
"Aku masih hidup," sanggah Iseul. Jiwon kembali diam.
"Aku mencarimu pak wali kelas," kata Iseul menatap Woobin. Dengan gugup Woobin berkata, "A-Aku?"
Apa harus segugup itu ketika seorang siswa mencarinya?
"Ya, saya ingin mengantarkan tugas darimu."
Setumpuk lembaran tugas mengalihkan pandangan Woobin yang diletakkan di atas meja. Iseul tidak berlama-lama yang langsung pamit. Namun, sikap mereka seperti ketakutan yang bertemu dengan hantu.
"Apa kamu benar-benar Iseul?" tanya Jiwon, menghentikan Iseul yang hendak melangkah.
Woobin menatap kesal pada temannya itu, bagaimana bisa pertanyaan konyol itu keluar dari mulut Jiwon. Apa ada Iseul lain, atau orang yang mirip dengan siswanya itu.
Iseul berbalik, menatap datar Jiwon.
"Kalian semua ketakutan melihatku. Kenapa?"
Kedua pria itu terdiam dan menelan ludahnya sendiri.
"Apa kalian tahu sesuatu tentang kecelakaanku?" tanya Iseul membuat mereka semakin gugup.
"Mm … kamu boleh pergi sekarang." Jiwon berkata seolah mengusirnya.
"Dan, makasih sudah mengantarkan tugas ini, seharusnya kamu simpan saja di ruanganku," ujar Woobin merapihkan lembaran tugas itu yang akan dibawanya.
Tidak ada yang menjawab pertanyaannya, Jiwon yang tiba-tiba sibuk dengan dokumen di atas meja. Dan Woobin pria itu pergi terburu-buru. Namun, perkataan Iseul kali ini dapat menghentikan kesibukan mereka.
"Kenapa kalian tidak mencari jasadku? Dan menganggap aku sudah tiada."
Woobin terpaku setelah satu langkah, dan Jiwon terpaku setelah membuka lembaran dokumen. Bersamaan … mereka berdua menatap Iseul, siswa yang dianggap mati yang kini hidup kembali.
****
"Arghh!"
Brakk,
Semua siswa di kantin terkejut oleh teriakan Hana. Ditambah dengan gebrakan meja yang sangat keras yang mungkin akan merobohkan benda kayu itu. Namun, tidak akan ada yang peduli atau menegurnya karena semua yang terdapat di sekolah Sarang adalah miliknya.
"Arggh!"
"Omo! Hana kamu harus minum dan tenangkan dirimu. Semua orang melihat kita," bisik Hee-Young yang mendapat tatapan tajam dari Hana.
"Sejak kapan kamu memperdulikan mereka?"
Hee-Young terdiam yang memalingkan wajahnya dari Hana. Menatap mata gadis itu sungguh menyeramkan.
Hana sangat kesal dengan sikap Iseul padanya, baru kali ini ada yang berani melawannya. Tiba-tiba seorang siswa datang yang teriak.
"Woy! Kalian harus lihat ini ada pertunjukan seru di lapangan!"
"Apa?" tanya salah satu siswa.
"Lihat saja, ayo cepat!" ajak siswa itu, seketika mengosongkan kantin yang padat itu.
Iseul yang baru saja keluar dari ruang kepala sekolah penasaran melihat teman-temannya yang berlarian ke arah lapangan. Hampir setiap sisi lapangan dipenuhi siswa, Iseul pun tidak bisa masuk dalam kerumunan itu.
Seokjin mendorong seorang siswa yang tidak tahu apa kesalahannya. Siswa itu terlihat lugu, yang tidak melawan sama sekali. Wajah mulusnya penuh dengan coretan ungu akibat luka lebamnya, anehnya, tidak ada satu pun siswa atau guru yang menghentikan Seokjin.
Ya, inilah Sarang sekolah yang didambakan semua orang. Keadilan tidak akan pernah berpihak pada orang-orang di bawah wewenang Sarang.
Seokjin, tentu saja tidak akan ada yang berani menghentikan anak seorang dewan yang paling berpengaruh, dan salah satu donatur terbesar. Jika pun ada mungkin mereka akan berhadapan langsung dengan ketua yayasan Sarang.
Hanya karena kekuasaan orang tuanya, anak itu berani menindas seorang siswa hanya karena tidak mau berlutut padanya. Siswa itu tidak sengaja menabrak tubuh Seokjin, dan sudah meminta maaf. Akan tetapi ketika diminta untuk berlutut siswa itu menolak, karena bagi siswa itu berlutut hanya kepada Tuhan bukan padanya.
Merasa direndahkan, Seokjin menyeret siswa itu hingga memukulinya.
"Berlutut sekarang juga atau … wajahmu akan hancur."
Kejam, sangat kejam.
Seojun, yang baru keluar dari perpustakaan menatap heran pada temannya yang memenuhi seisi lapangan. Seojun hanya berdiri di atas bangku yang terdapat di sepanjang koridor sekolah. Tidak mungkin memasuki kerumunan itu, Seojun memilih untuk berdiri di sana agar melihat keadaan yang terjadi di lapangan.
Seperti biasa pria itu hanya menatap datar, tetapi hatinya merasa kesal melihat Seokjin menindas temannya. Tidak tahan melihatnya Seojun memutuskan untuk turun ke lapangan. Akan tetapi hendak turun dari bangku, pria itu mendengar teriakan seseorang yang mampu mengejutkan semua siswa dan Seojun.
Iseul, dengan berani menghampiri Seokjin, seolah pahlawan yang akan menyelamatkan temannya. Namun, tingkahnya itu mengundang tawa semua siswa yang meremehkannya, tetapi tidak dengan Hana yang menatapnya fokus. Sejauh mana Iseul bisa melawan Seokjin. Hana tidak yakin Iseul akan melawan pria itu.
***
Terima kasih sudah mampir ,🤗 jangan lupa subscribe dan beri dukungannya karena karya ini sedang mengikuti event wanita kuat. Berikan like dan komentarnya ya setelah membaca🙏. Jangan lupa kasih vote-Nya juga. Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
bunda s'as
Ayo semangat iseul ... 💪💪 lanjut thor ....
2023-12-05
0