Kembalinya Iseul

KANTOR POLISI BUSAN

____________________

"Yaak!" teriak seorang komisaris pada bawahannya. Pria tua itu menatap kesal pada Jiwoo seorang polisi yang sangat kekeh membasmi tuntas kecelakaan di jembatan Namhe. 

Namun, sang komisaris menutup kasus itu dan memintanya mencari kasus lain yang lebih penting, karena kecelakaan itu tidak penting. 

"Berapa kali saya bilang hah! Kasus ini sudah selesai untuk apa ditindak lanjuti." 

"Tapi seorang siswa yang meninggal masih belum terungkap. Ini tidak masuk akal, yang tenggelam hanya seorang." Kekeh Jiwoo.

Sang komisaris berdiri, menatap Jiwoo tajam.

"Kenapa kamu membuang-buang waktu hanya karena seorang siswa? Masih banyak siswa SMA Sarang yang lain juga ikut terluka," ujar komisaris itu dengan emosi.

"Jangan biarkan anak-anakmu kehilangan seorang kapten. Jadi berhentilah mengurusi kasus Namhe," ancamnya yang akan memecat. "Lihat! Masih banyak berkas-berkas yang menumpuk di sini. Pembunuhan, perampokan, dan masih banyak lagi bukan cuma Namhe!" tegas Komisaris yang melempar berkas-berkas itu.

Entah, kenapa pria itu berbicara tinggi dan selalu emosi jika mengenai kecelakaan Namhe. Bukankah seorang petugas polisi menyelidiki? Entah, karena kecelakaan biasa membuat mereka tidak terlalu memperdulikan. 

Satu kibasan tangan pria itu meminta Jiwoo untuk segera keluar dari ruangannya. Jiwoo terpaksa keluar dengan tangan hampa, yang tidak berhasil membujuk komisarisnya.

Wajah muram dan kusut terlihat jelas oleh kedua anggotanya. Jika Kapten mereka telah diamuk sang komisaris. 

"Persis dugaan ku tidak berhasil." 

"Pria itu sangat keras kepala, dari dulu memang begitu bukan?" 

Kedua anggotanya saling bergumam.

"Kapten Woo!" teriak seorang pria yang berlari ke arahnya. 

Pria itu tergolong muda, tampan juga memiliki wajah baby, dialah Hyunseok anggota termuda dalam keahlian detektif/ penyelidikan. 

Dengan nafas yang tersengal-sengal polisi muda itu berkata, "Aku melihat Seokjin, seorang siswa SMA Sarang yang jadi korban kecelakaan, bukankah seharusnya masih di rumah sakit?" 

Hyunseok menyeringai penuh keberhasilan. Detik kemudian sebuah foto Hyunseok tunjukan yang mampu membelalakan kaptennya. 

Jiwoo segera merampas foto itu yang berjalan ke ruangan komisaris. 

Brakk!

Bantingan pintu mengejutkan pria di dalamnya. Jiwoo berjalan tegak seraya menatap lelaki tua itu dengan tajam. 

"Apa ini?" tanya pria itu dengan heran, ketika Jiwoo melemparkan sebuah foto padanya. 

Foto seorang pemuda bertopi yang mengantri dalam swalayan. 

"Aku akan menyelidikinya, sampai kematian siswa itu terungkap." 

Komisaris membuang nafasnya berat, bersamaan dengan keluarnya Jiwoo dari ruangan. 

****

Di dalam sebuah kamar, nampak sederhana, rapih yang penuh dengan foto seorang gadis dengan ciri khas rambut kuncirnya. Eun-Hye yang berada di dalam kamar itu terus mengamati setiap foto dan barang peninggalan adiknya. 

Sebagian besar, kesukaan mereka sama. Dari warna, hingga koleksi boneka. Namun, ada yang berbeda Iseul sangat menyukai pelajaran fisika. Gadis itu sangat pintar terlihat dari beberapa piala. 

"Pantas saja kamu masuk SMA Sarang," ucap Eun-Hye menyentuh piala-piala itu. 

Bugh,

Eun-Hye menunduk

Sebuah buku kecil, cantik dengan warna favorit blue, terjatuh di bawah kakinya. Gadis itu berjongkok untuk mengambil buku diary yang ditemukan.

Sepertinya itu milik Iseul, Eun-Hye tertarik untuk membaca, untuk mengetahui kehidupan Iseul adiknya. 

Lembar demi lembar tulisan yang dibaca, Eun-Hye mengetahui adiknya gadis pekerja keras, membantu sang ibu berjualan di waktu pekannya. Bahkan, dia mengungkapkan kebahagiaannya menjadi putri Eunbi.

Iseul berhenti di depan sebuah kedai pinggir jalan. Eunbi terlihat sibuk membereskan kedai tteoktoboki-nya. Iseul memparkirkan sepedanya lalu menghampiri ibunya.

"Ibu," panggilnya. 

"Iseul," panggil wanita itu dengan suara yang sedikit berat, terlihat kekecewaan dari tatapannya. 

"Dasar anak nakal. Sudah Ibu bilang jangan pernah datang ke kedai selain hari libur. Lebih baik kerjakan PR-mu daripada datang ke sini," hardik Eunbi.

Berulang kali Eunbi melarang Iseul untuk tidak datang ke kedainya. Namun, anak itu sungguh keras kepala. 

"Setelah para pelanggan berdatangan, aku tidak yakin Ibu bisa melakukannya sendiri. Iseul, akan mengerjakan PR di saat tidak ada pelanggan. Janji," katanya dengan senyum manisnya. 

Jika sudah melihat senyumnya Eunbi tidak pernah bisa memarahi putrinya lagi. Dan terserah padanya. 

Iseul juga mengatakan, dia sangat senang masuk sekolah terpandang SMA Sarang, seolah favorit yang selama ini ia dambakan. Akan tetapi, kebahagiaan itu berubah, setelah menjadi bagian SMA Sarang. 

Aku, tidak kuat 

Aku tidak kuat 

Ibu, semua orang selalu menghinaku.

Mereka semua memperlakukanku dengan buruk. 

Aku tidak tahan terus dipukul

Diejek …

Direndahkan …

Tidak ada yang peduli padaku 

Tidak ada, 

Aku benci SMA Sarang

Eun-Hye terpaku setelah membacanya. Masih banyak lembaran diary yang belum dibaca, tetapi kenyataan itu seolah menutup, keingintahuannya tentang kehidupan Iseul. 

"SMA Sarang, siapa yang sudah memperlakukan adikku dengan tidak baik. Siapa yang menghinamu Iseul,"' gumam Eun-Hye mengepalkan tangannya kuat.

****

Brak! 

Satu tumpukan buku terjatuh ke dalam genangan air bekas hujan. Bersamaan dengan itu seorang siswi terduduk lemah di atas lapangan yang luas. 

Iseul baru saja tiba di sekolah, sudah mendapat perlakuan tidak baik dari temannya. Pakaiannya menjadi kotor karena air hujan itu. 

"Oh, tidak … pakaiannya kotor. Hana, apa kamu tidak keterlaluan?" Ha-Yoon bertanya mengejek pada Hana. 

"Dia harus mengganti pakaian yang baru," ujar Hee-Young teman Hana yang sama tengilnya. 

Hana, gadis itu hanya tersenyum sinis. Lalu membungkuk mencengkram dagu Iseul, agar menatapnya. 

"Ini hukuman karena kamu sudah membohongiku," ujar Hana, lalu melepas cengkramannya. 

Hana marah, karena Iseul berbohong tidak datang ke rumahnya. Gadis itu akan meminta Iseul mengerjakan semua tugas sekolahnya. Namun, malam itu Iseul tidak datang. 

"Awas saja jika kamu berani membohongiku lagi," ujar Hana, lalu pergi membiarkan Iseul di lapangan. 

Banyak para siswa yang memperhatikan, tetapi hanya menonton saja. Namun, tidak dengan seorang siswa yang rela mengulurkan tangannya untuk Iseul.

"Bangunlah!" perintahnya. 

Iseul mendongak menatap wajah siswa tersebut. Dengan malu tangannya meraih tangan siswa yang baru saja menolongnya. 

"Lain kali jangan hanya diam, lawan." Kata pria itu seraya memakaikan jaketnya pada pinggang Iseul untuk menutupi kotoran pada belakang roknya. 

Pria itu perhatian. Namun, dingin dan kaku, Iseul diam terpaku menatap kepergian Seojin. Hanya Seojunlah siswa yang selalu menolongnya. 

Dari atas sana Hana tersungging, menatap kesal pada Iseul di bawah sana. 

Namun, Eun-Hye tidak membuka lembaran berikutnya yang tertulis nama Seojun siswa yang baik hati.

****

Sebulan telah berlalu, kecelakaan itu meredup, dan kematian Iseul, seakan tidak pernah terjadi. Dalam waktu singkat mereka melupakannya seolah tidak peduli. 

Namun, tidak dengan pagi ini. Kedatangan seorang siswa di SMA Sarang, mengalihkan pandangan semua siswa. Tidak ada yang berkedip hingga terpaku. Keindahan sekolah itu seakan sirna, mereka tercengang, hingga terkejut. 

"Iseul," ucap Hana memandang seorang gadis berdiri di tengah lapangan.

Iseul kembali … menggemparkan SMA Sarang.

Terpopuler

Comments

bunda s'as

bunda s'as

Yeess, ... ayo semangat Eun hye balaskan dendam saudara kembarmu 💪

2023-12-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!