Bab 3 Penculikan

"Ummm."

Di sebuah ruangan yang gelap dan hampa, duduklah seorang laki-laki di sudut ruangan, dengan mata yang tertutup kain warna hitam, dan badannya terikat kencang menggunakan tali yang sangat kuat, sehingga tidak akan mungkin bisa dilepaskan sendiri olehnya. Dia melenguh merasakan sakit pada sekujur badannya.

Perlahan laki-laki tersebut mulai tersadar. Dia menghirup udara yang terasa lembab dan pengap. Laki-laki itu menajamkan indera pendengarannya, sayangnya dia tidak mendengar suara apa pun.

Dia mencoba menggerak-gerakkan badannya yang terasa sesak, karena terikat dengan sangat kencang. Akan tetapi, usahanya sama sekali tidak membuahkan hasil. Dia hanya bisa mengumpat kesal dalam hatinya.

'Sial! Kenapa aku bisa berada di tempat ini? Kenapa tubuhku bisa terikat kencang seperti ini? Apa aku sedang bermimpi? Apa mungkin sekarang aku sedang melakukan syuting? Mustahil. Seingat ku tidak ada adegan seperti ini.'

'Sepertinya aku harus berteriak meminta tolong agar tau situasi apa yang sedang aku hadapi saat ini,' laki-laki itu kembali berkata dalam hatinya.

"Tolong!"

"Lepaskan aku!"

"Toloooong!"

Brak!

Sontak saja laki-laki tersebut terlonjak kaget, ketika mendengar suara pintu yang dibuka dengan kerasnya oleh seseorang.

"Diam! Atau akan aku hajar kau!"

Terdengar suara tegas dan terkesan menyeramkan di indera pendengaran laki-laki tersebut.

Seketika laki-laki itu terdiam. Dia menelan ludahnya. Tidak hanya itu saja, tubuhnya pun bergetar ketakutan hanya dengan mendengar suara orang yang memperingatkannya. Dalam hatinya berkata,

'Gawat. Sepertinya ini nyata. Apa sekarang ini aku sedang diculik? Pasti orang itu bertubuh besar dan sangat menyeramkan.'

"Sekali lagi kamu berteriak, akan aku habisi sekarang juga!"

Seketika laki-laki tersebut beringsut ketakutan. Dia menundukkan kepalanya dan menempelkan dahinya pada lutut, seolah sedang berlindung dari sesuatu.

Brak!

Suara pintu yang ditutup dengan keras itu, seolah menjadi sebuah peringatan baginya, dan laki-laki di sudut ruangan itu kembali berjingkat kaget. Jantungnya seolah lepas dari tempatnya saat ini.

"Untung aja aku gak diapa-apain. Coba kalau dibunuh saat ini juga, pasti besok langsung ada di dalam berita," gumamnya lirih.

Dia terdiam dan berpikir untuk mencari jalan keluar. Dalam hatinya berkata,

'Teriak lagi gak ya? Gimana kalau mereka langsung membunuhku setelah mendengar teriakanku? Apa aku diam aja ya? Kalau aku diam, siapa yang mau menolongku?'

...****************...

Di tempat lain, ada seorang gadis cantik dan tomboy sedang asyik bermain PS di rental PS yang ada di desa seberang rumahnya.

"Yes! Menang lagi!" seru gadis tersebut sambil berselebrasi merayakan kemenangannya.

Semua pasang mata yang ada di ruangan tersebut mengarah padanya. Tak terkecuali seorang pemuda yang menjadi lawan mainnya. Pemuda itu menatap kesal pada gadis tersebut.

"Apa lihat-lihat? Gak terima?" tanya gadis tersebut sambil menyingsingkan kedua lengan kaosnya seolah sedang menantang pemuda tersebut.

"Ck! Sok jagoan banget sih kamu, Ser!"

Serena, gadis itu memukul pundak pemuda tersebut sambil terkekeh dan berkata,

"Habisnya kamu lihat-lihat kayak mau nantangin aku aja."

"Bukannya gitu. Aku cuma heran aja, kamu kok bisa terus-terusan menang lawan siapa aja. Padahal kamu itu perempuan," tukas Benu dengan tatapan herannya pada sahabat perempuannya

"Siapa dulu dong, Serena! Lagian kenapa juga kalau aku perempuan?" tanya Serena sambil memicingkan matanya menatap pemuda tersebut seolah tidak terima dengan perkataannya.

Pemuda tersebut menepuk pundak Ramona seraya tersenyum dan berkata,

"Biasanya perempuan itu payah main game, dan mereka gak bakalan menang lawan laki-laki."

"Hei Benu bulu. Meskipun aku ini perempuan, tapi bukan sembarang perempuan. Aku ini perempuan yang luar biasa. Ingat itu!" sahut Serena sambil menatap tajam, seraya mengangkat telunjuknya di hadapan pemuda yang bernama Benu tersebut, untuk mengingatkannya.

Merasa mendapatkan tatapan yang menyeramkan dari Serena, Benu mengatupkan kedua bibirnya, dan menganggukkan kepalanya untuk menyelamatkan giginya, agar tidak menjadi santapan kekesalan Serena.

"Serena, sudah malam. Cepat pulang. Tidak baik gadis berkeliaran di luar rumah hingga malam hari begini," seru pemilik rental PS tersebut tidak jauh dari tempat Serena dan Benu berada.

"Nanti aja Bang Ipul. Lagian di rumah sepi sejak gak ada kakek," seru Serena tanpa beban.

Saiful, pemilik rental PS tersebut menghela nafasnya mendengar jawaban dari Serena. Dia merasa iba pada gadis tersebut, karena baru seminggu yang lalu ditinggalkan oleh sang kakek untuk selamanya.

Saiful mendekati Serena, dan memberikan kantong plastik berisikan sebungkus nasi goreng yang baru saja dibelinya.

"Bawa ini, dan makanlah di rumah."

Serena menatap kantong plastik putih bening yang memperlihatkan bungkusan nasi itu. Kemudian dia tersenyum dan berkata,

"Hmmm, dari baunya aku kenal nih. Pasti nasi gorengnya Bang Asep."

Saiful terkekeh dan menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Serena. Dia pun berkata,

"Cepat bawa pulang. Sudah jam sepuluh malam. Jangan sampai jadi cinderella yang kehilangan sepatunya di rental PS ini."

Serena mengerucutkan bibirnya. Dia beranjak dari duduknya, dan menyambar kantong plastik tersebut, seraya berkata,

"Aku pulang sekarang. Awas, jangan ada yang kangen sama aku."

Mereka berdua terkekeh mendengar ucapan Serena, dan bisa dipastikan jika siapa pun tidak berani melawannya.

"Benu, harusnya kamu itu mengantar Serena pulang. Kamu kan laki-laki, gak seharusnya kamu membiarkan perempuan malam-malam begini pulang sendirian. Mana rumahnya jauh, ada di desa sebelah," tutur Saiful pada Benu yang sedang asyik memainkan game nya.

Benu menghentikan game nya. Kemudian dia meletakkan stik PS nya, dan menatap Saiful, seraya berkata,

"Ck! Kalau perempuannya bukan Serena sih Benu takut dia kenapa-napa, Bang. Lah ini yang Bang Ipul khawatirkan itu Mona loh. Gak ada yang bakalan berani melawan dia Bang. Tikus aja gak berani lewat kalau ada dia."

"Tapi rumahnya jauh, Benu. Sudah jam sepuluh malam juga. Kamu gak khawatir sama dia?" sahut Saiful sambil menoyor kepala keponakannya, Benu.

"Enggak," jawab Benu, sambil tersenyum lebar menampakkan deretan giginya.

Saiful kembali menoyor kepala Benu dan berkata,

"Tega banget jadi teman."

"Bukannya tega, Bang. Serena pulangnya gak bakalan lewat jalan normal. Dia pulang lewat jalan tembusan yang melewati bangunan tua kosong tidak berpenghuni. Lah aku kan takut, Bang. Gimana nanti pas aku pulangnya? Kan pulangnya sendirian, gak sama Serena," sahut Bambang sambil bergidik ngeri.

"Dasar penakut!" ujar Saiful sambil menoyor kembali kepala keponakannya, setelah itu dia meninggalkannya.

"Lagian Abang aneh. Sudah tau aku penakut, masih saja disuruh nganterin Serena," seru Benu mengiringi langkah kaki Saiful yang meninggalkannya.

Saiful hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya mendengar jawaban dari Benu, keponakannya yang tinggal di sebelah rumahnya.

\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*

Di dalam rumah tua dan kosong itu, laki-laki yang sedang diculik tadi, merasa jika para penculiknya sudah tidak lagi ada di sana. Dalam hatinya berkata,

'Sepertinya mereka sudah pergi. Lebih baik aku coba berteriak lagi. Siapa tau ada seorang malaikat penolong yang dikirim Tuhan untuk menolongku.'

"Tolong!"

"Lepaskan aku!"

"Tolooooong...!"

Di saat yang bersamaan, Serena dengan langkah kaki ringannya berjalan melewati bangunan tua yang sudah sangat lama sekali kosong dan tidak berpenghuni. Senyumnya tidak luntur sedari tadi karena menciumi bau nasi goreng yang sedang dibawanya.

Tiba-tiba langkah kakinya terhenti, ketika indera pendengarannya menangkap suara orang yang sedang meminta tolong dari dalam bangunan tua tersebut.

Matanya menatap ke sekelilingnya. Dia mencoba waspada, dan mencari sumber dari suara tersebut.

Dengan sikap pemberani dan penasarannya, Serena melangkahkan kakinya sangat hati-hati untuk mendekati sumber suara.

Dia meletakkan nasi gorengnya pada tiang rumah tersebut, dan memanjat jendela rumah itu. Dengan mudahnya dia bisa membuka jendela tersebut yang ternyata tidak dikunci dari dalam.

Beruntung sekali lampu di semua ruangan dalam rumah tua itu menyala, sehingga Serena bisa melihat semua yang ada di dalam rumah tersebut.

Mata Serena tertuju pada seorang laki-laki yang sedang meringkuk di pojok ruangan tersebut dengan mata yang tertutup kain warna hitam, dan badannya terikat kencang dengan tali yang terlihat sangat kuat.

"Apa dia masih hidup?" ucap Serena lirih, sambil berjalan mendekatinya.

"Apa ada orang di sini? Apa kamu penyelamatku? Apa kamu malaikat penolong yang dikirimkan Tuhan untuk menolongku?" tanya laki-laki itu dengan sangat antusias.

Episodes
1 Bab 1 Hukuman
2 Bab 2 Hidup Sebatang Kara
3 Bab 3 Penculikan
4 Bab 4 Malaikat Pelindung
5 Bab 5 Menikah
6 Bab 6 Kesepakatan
7 Bab 7 Perjanjian
8 Bab 8 Kontrak
9 Bab 9 Khilaf
10 Bab 10 Hamil?
11 Bab 11 Daerah Berbahaya
12 Bab 12 Beranak Dalam Celana
13 Bab 13 Suami Dadakan
14 Bab 14 Benda Keramat
15 Bab 15 Mendadak Suka
16 Bab 16 Perempuan Asing
17 Bab 17 Kamar
18 Bab 18 Curiga
19 Bab 19 Suami Istri
20 Bab 20 Bertemu
21 Bab 21 Ngidam?
22 Bab 22 Siapa Dia?
23 Bab 23 Calon Pacar
24 Bab 24 Let's Go!
25 Bab 25 Siapa Kamu Sebenarnya?
26 Bab 26 Surprise!
27 Bab 27 Tuan Putri Serena
28 Bab 28 Dijodohkan?
29 Bab 29 Berubah Cantik
30 Bab 30 Dua Puluh Empat Jam Bersama
31 Bab 31 Penyamaran
32 Bab 32 Pasangan Selingkuh
33 Bab 33 Pasangan Romantis
34 Bab 34 Firasat
35 Bab 35 Foto Viral
36 Bab 36 Gosip
37 Bab 37 Suami
38 Bab 38 Sebuah Perasaan
39 Bab 39 Tanggung Jawab!
40 Bab 40 Sopir Cantik
41 Bab 41 Pacar
42 Bab 42 Perjodohan
43 Bab 43 Gosip Baru
44 Bab 44 Gadis Desa
45 Bab 45 Skenario
46 Bab 46 Siapa Dia?
47 Bab 47 Cemburu
48 Bab 48 Pertemuan Calon Besan
49 Bab 49 Foto Pernikahan
50 Bab 50 Rencana Duo Mama
51 Bab 51 Sebuah Berita
52 Bab 52 Takdir
53 Bab 53 Perubahan Rencana
54 Bab 54 Cemburu Dengannya
55 Bab 55 Karma
56 Bab 56 Perdebatan Suami Istri
57 Bab 57 Tantangan
58 Bab 58 Tante Muda
59 Bab 59 Bujuk Rayu
60 Bab 60 Taruhan
61 Bab 61 Kehilangan
62 Bab 62 Dewa Amor
63 Bab 63 Romantis
64 Bab 64 Pengintai
65 Bab 65 Permintaan
66 Bab 66 Ciuman
67 Bab 67 Latihan Suami Istri
68 Bab 68 Paparazi
69 Bab 69 Bikin Anak
70 Bab 70 Rumah Sakit
71 Bab 71 Pencuri
72 Bab 72 Tragedi Kamar Mandi
73 Bab 73 Menjadi Perawat Dadakan
74 Bab 74 Perdebatan di Kamar Mandi
75 Bab 75 Menguji Kesabaran
76 Bab 76 Jantung Hati
77 Bab 77 Dilema
78 Bab 78 Menggoda
79 Bab 79 Kuning Telur
80 Bab 80 Perlakuan Manis
81 Bab 81 Nikah-Nikahan
82 Bab 82 Malu
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Hukuman
2
Bab 2 Hidup Sebatang Kara
3
Bab 3 Penculikan
4
Bab 4 Malaikat Pelindung
5
Bab 5 Menikah
6
Bab 6 Kesepakatan
7
Bab 7 Perjanjian
8
Bab 8 Kontrak
9
Bab 9 Khilaf
10
Bab 10 Hamil?
11
Bab 11 Daerah Berbahaya
12
Bab 12 Beranak Dalam Celana
13
Bab 13 Suami Dadakan
14
Bab 14 Benda Keramat
15
Bab 15 Mendadak Suka
16
Bab 16 Perempuan Asing
17
Bab 17 Kamar
18
Bab 18 Curiga
19
Bab 19 Suami Istri
20
Bab 20 Bertemu
21
Bab 21 Ngidam?
22
Bab 22 Siapa Dia?
23
Bab 23 Calon Pacar
24
Bab 24 Let's Go!
25
Bab 25 Siapa Kamu Sebenarnya?
26
Bab 26 Surprise!
27
Bab 27 Tuan Putri Serena
28
Bab 28 Dijodohkan?
29
Bab 29 Berubah Cantik
30
Bab 30 Dua Puluh Empat Jam Bersama
31
Bab 31 Penyamaran
32
Bab 32 Pasangan Selingkuh
33
Bab 33 Pasangan Romantis
34
Bab 34 Firasat
35
Bab 35 Foto Viral
36
Bab 36 Gosip
37
Bab 37 Suami
38
Bab 38 Sebuah Perasaan
39
Bab 39 Tanggung Jawab!
40
Bab 40 Sopir Cantik
41
Bab 41 Pacar
42
Bab 42 Perjodohan
43
Bab 43 Gosip Baru
44
Bab 44 Gadis Desa
45
Bab 45 Skenario
46
Bab 46 Siapa Dia?
47
Bab 47 Cemburu
48
Bab 48 Pertemuan Calon Besan
49
Bab 49 Foto Pernikahan
50
Bab 50 Rencana Duo Mama
51
Bab 51 Sebuah Berita
52
Bab 52 Takdir
53
Bab 53 Perubahan Rencana
54
Bab 54 Cemburu Dengannya
55
Bab 55 Karma
56
Bab 56 Perdebatan Suami Istri
57
Bab 57 Tantangan
58
Bab 58 Tante Muda
59
Bab 59 Bujuk Rayu
60
Bab 60 Taruhan
61
Bab 61 Kehilangan
62
Bab 62 Dewa Amor
63
Bab 63 Romantis
64
Bab 64 Pengintai
65
Bab 65 Permintaan
66
Bab 66 Ciuman
67
Bab 67 Latihan Suami Istri
68
Bab 68 Paparazi
69
Bab 69 Bikin Anak
70
Bab 70 Rumah Sakit
71
Bab 71 Pencuri
72
Bab 72 Tragedi Kamar Mandi
73
Bab 73 Menjadi Perawat Dadakan
74
Bab 74 Perdebatan di Kamar Mandi
75
Bab 75 Menguji Kesabaran
76
Bab 76 Jantung Hati
77
Bab 77 Dilema
78
Bab 78 Menggoda
79
Bab 79 Kuning Telur
80
Bab 80 Perlakuan Manis
81
Bab 81 Nikah-Nikahan
82
Bab 82 Malu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!