"Ummm."
Di sebuah ruangan yang gelap dan hampa, duduklah seorang laki-laki di sudut ruangan, dengan mata yang tertutup kain warna hitam, dan badannya terikat kencang menggunakan tali yang sangat kuat, sehingga tidak akan mungkin bisa dilepaskan sendiri olehnya. Dia melenguh merasakan sakit pada sekujur badannya.
Perlahan laki-laki tersebut mulai tersadar. Dia menghirup udara yang terasa lembab dan pengap. Laki-laki itu menajamkan indera pendengarannya, sayangnya dia tidak mendengar suara apa pun.
Dia mencoba menggerak-gerakkan badannya yang terasa sesak, karena terikat dengan sangat kencang. Akan tetapi, usahanya sama sekali tidak membuahkan hasil. Dia hanya bisa mengumpat kesal dalam hatinya.
'Sial! Kenapa aku bisa berada di tempat ini? Kenapa tubuhku bisa terikat kencang seperti ini? Apa aku sedang bermimpi? Apa mungkin sekarang aku sedang melakukan syuting? Mustahil. Seingat ku tidak ada adegan seperti ini.'
'Sepertinya aku harus berteriak meminta tolong agar tau situasi apa yang sedang aku hadapi saat ini,' laki-laki itu kembali berkata dalam hatinya.
"Tolong!"
"Lepaskan aku!"
"Toloooong!"
Brak!
Sontak saja laki-laki tersebut terlonjak kaget, ketika mendengar suara pintu yang dibuka dengan kerasnya oleh seseorang.
"Diam! Atau akan aku hajar kau!"
Terdengar suara tegas dan terkesan menyeramkan di indera pendengaran laki-laki tersebut.
Seketika laki-laki itu terdiam. Dia menelan ludahnya. Tidak hanya itu saja, tubuhnya pun bergetar ketakutan hanya dengan mendengar suara orang yang memperingatkannya. Dalam hatinya berkata,
'Gawat. Sepertinya ini nyata. Apa sekarang ini aku sedang diculik? Pasti orang itu bertubuh besar dan sangat menyeramkan.'
"Sekali lagi kamu berteriak, akan aku habisi sekarang juga!"
Seketika laki-laki tersebut beringsut ketakutan. Dia menundukkan kepalanya dan menempelkan dahinya pada lutut, seolah sedang berlindung dari sesuatu.
Brak!
Suara pintu yang ditutup dengan keras itu, seolah menjadi sebuah peringatan baginya, dan laki-laki di sudut ruangan itu kembali berjingkat kaget. Jantungnya seolah lepas dari tempatnya saat ini.
"Untung aja aku gak diapa-apain. Coba kalau dibunuh saat ini juga, pasti besok langsung ada di dalam berita," gumamnya lirih.
Dia terdiam dan berpikir untuk mencari jalan keluar. Dalam hatinya berkata,
'Teriak lagi gak ya? Gimana kalau mereka langsung membunuhku setelah mendengar teriakanku? Apa aku diam aja ya? Kalau aku diam, siapa yang mau menolongku?'
...****************...
Di tempat lain, ada seorang gadis cantik dan tomboy sedang asyik bermain PS di rental PS yang ada di desa seberang rumahnya.
"Yes! Menang lagi!" seru gadis tersebut sambil berselebrasi merayakan kemenangannya.
Semua pasang mata yang ada di ruangan tersebut mengarah padanya. Tak terkecuali seorang pemuda yang menjadi lawan mainnya. Pemuda itu menatap kesal pada gadis tersebut.
"Apa lihat-lihat? Gak terima?" tanya gadis tersebut sambil menyingsingkan kedua lengan kaosnya seolah sedang menantang pemuda tersebut.
"Ck! Sok jagoan banget sih kamu, Ser!"
Serena, gadis itu memukul pundak pemuda tersebut sambil terkekeh dan berkata,
"Habisnya kamu lihat-lihat kayak mau nantangin aku aja."
"Bukannya gitu. Aku cuma heran aja, kamu kok bisa terus-terusan menang lawan siapa aja. Padahal kamu itu perempuan," tukas Benu dengan tatapan herannya pada sahabat perempuannya
"Siapa dulu dong, Serena! Lagian kenapa juga kalau aku perempuan?" tanya Serena sambil memicingkan matanya menatap pemuda tersebut seolah tidak terima dengan perkataannya.
Pemuda tersebut menepuk pundak Ramona seraya tersenyum dan berkata,
"Biasanya perempuan itu payah main game, dan mereka gak bakalan menang lawan laki-laki."
"Hei Benu bulu. Meskipun aku ini perempuan, tapi bukan sembarang perempuan. Aku ini perempuan yang luar biasa. Ingat itu!" sahut Serena sambil menatap tajam, seraya mengangkat telunjuknya di hadapan pemuda yang bernama Benu tersebut, untuk mengingatkannya.
Merasa mendapatkan tatapan yang menyeramkan dari Serena, Benu mengatupkan kedua bibirnya, dan menganggukkan kepalanya untuk menyelamatkan giginya, agar tidak menjadi santapan kekesalan Serena.
"Serena, sudah malam. Cepat pulang. Tidak baik gadis berkeliaran di luar rumah hingga malam hari begini," seru pemilik rental PS tersebut tidak jauh dari tempat Serena dan Benu berada.
"Nanti aja Bang Ipul. Lagian di rumah sepi sejak gak ada kakek," seru Serena tanpa beban.
Saiful, pemilik rental PS tersebut menghela nafasnya mendengar jawaban dari Serena. Dia merasa iba pada gadis tersebut, karena baru seminggu yang lalu ditinggalkan oleh sang kakek untuk selamanya.
Saiful mendekati Serena, dan memberikan kantong plastik berisikan sebungkus nasi goreng yang baru saja dibelinya.
"Bawa ini, dan makanlah di rumah."
Serena menatap kantong plastik putih bening yang memperlihatkan bungkusan nasi itu. Kemudian dia tersenyum dan berkata,
"Hmmm, dari baunya aku kenal nih. Pasti nasi gorengnya Bang Asep."
Saiful terkekeh dan menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Serena. Dia pun berkata,
"Cepat bawa pulang. Sudah jam sepuluh malam. Jangan sampai jadi cinderella yang kehilangan sepatunya di rental PS ini."
Serena mengerucutkan bibirnya. Dia beranjak dari duduknya, dan menyambar kantong plastik tersebut, seraya berkata,
"Aku pulang sekarang. Awas, jangan ada yang kangen sama aku."
Mereka berdua terkekeh mendengar ucapan Serena, dan bisa dipastikan jika siapa pun tidak berani melawannya.
"Benu, harusnya kamu itu mengantar Serena pulang. Kamu kan laki-laki, gak seharusnya kamu membiarkan perempuan malam-malam begini pulang sendirian. Mana rumahnya jauh, ada di desa sebelah," tutur Saiful pada Benu yang sedang asyik memainkan game nya.
Benu menghentikan game nya. Kemudian dia meletakkan stik PS nya, dan menatap Saiful, seraya berkata,
"Ck! Kalau perempuannya bukan Serena sih Benu takut dia kenapa-napa, Bang. Lah ini yang Bang Ipul khawatirkan itu Mona loh. Gak ada yang bakalan berani melawan dia Bang. Tikus aja gak berani lewat kalau ada dia."
"Tapi rumahnya jauh, Benu. Sudah jam sepuluh malam juga. Kamu gak khawatir sama dia?" sahut Saiful sambil menoyor kepala keponakannya, Benu.
"Enggak," jawab Benu, sambil tersenyum lebar menampakkan deretan giginya.
Saiful kembali menoyor kepala Benu dan berkata,
"Tega banget jadi teman."
"Bukannya tega, Bang. Serena pulangnya gak bakalan lewat jalan normal. Dia pulang lewat jalan tembusan yang melewati bangunan tua kosong tidak berpenghuni. Lah aku kan takut, Bang. Gimana nanti pas aku pulangnya? Kan pulangnya sendirian, gak sama Serena," sahut Bambang sambil bergidik ngeri.
"Dasar penakut!" ujar Saiful sambil menoyor kembali kepala keponakannya, setelah itu dia meninggalkannya.
"Lagian Abang aneh. Sudah tau aku penakut, masih saja disuruh nganterin Serena," seru Benu mengiringi langkah kaki Saiful yang meninggalkannya.
Saiful hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya mendengar jawaban dari Benu, keponakannya yang tinggal di sebelah rumahnya.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*
Di dalam rumah tua dan kosong itu, laki-laki yang sedang diculik tadi, merasa jika para penculiknya sudah tidak lagi ada di sana. Dalam hatinya berkata,
'Sepertinya mereka sudah pergi. Lebih baik aku coba berteriak lagi. Siapa tau ada seorang malaikat penolong yang dikirim Tuhan untuk menolongku.'
"Tolong!"
"Lepaskan aku!"
"Tolooooong...!"
Di saat yang bersamaan, Serena dengan langkah kaki ringannya berjalan melewati bangunan tua yang sudah sangat lama sekali kosong dan tidak berpenghuni. Senyumnya tidak luntur sedari tadi karena menciumi bau nasi goreng yang sedang dibawanya.
Tiba-tiba langkah kakinya terhenti, ketika indera pendengarannya menangkap suara orang yang sedang meminta tolong dari dalam bangunan tua tersebut.
Matanya menatap ke sekelilingnya. Dia mencoba waspada, dan mencari sumber dari suara tersebut.
Dengan sikap pemberani dan penasarannya, Serena melangkahkan kakinya sangat hati-hati untuk mendekati sumber suara.
Dia meletakkan nasi gorengnya pada tiang rumah tersebut, dan memanjat jendela rumah itu. Dengan mudahnya dia bisa membuka jendela tersebut yang ternyata tidak dikunci dari dalam.
Beruntung sekali lampu di semua ruangan dalam rumah tua itu menyala, sehingga Serena bisa melihat semua yang ada di dalam rumah tersebut.
Mata Serena tertuju pada seorang laki-laki yang sedang meringkuk di pojok ruangan tersebut dengan mata yang tertutup kain warna hitam, dan badannya terikat kencang dengan tali yang terlihat sangat kuat.
"Apa dia masih hidup?" ucap Serena lirih, sambil berjalan mendekatinya.
"Apa ada orang di sini? Apa kamu penyelamatku? Apa kamu malaikat penolong yang dikirimkan Tuhan untuk menolongku?" tanya laki-laki itu dengan sangat antusias.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments