Bab 2 Hidup Sebatang Kara

Hening. Keadaan rumah kakek Serena menjadi sepi. Hanya terdengar suara jangkrik yang sudah familiar baginya. Serena menghela nafasnya, dan memperhatikan sekelilingnya.

"Sepi. Papa tega banget sih. Aku kesepian di sini sendirian," rengek Serena di tengah kesunyian malam.

Percuma saja dia merengek ataupun menangis, karena tidak ada seorang pun yang berada di dekatnya. Di dalam rumah tua yang bergaya klasik itu, gadis cantik nan tomboy tersebut, hanya ditemani sebuah televisi di ruang tengah.

"Aku bosan, dan kesepian. Apa yang harus aku lakukan," ucapnya seraya menghentak-hentakkan kedua kakinya, layaknya seorang bocah yang sedang merengek meminta sesuatu.

Tiba-tiba dia teringat akan kakeknya yang selalu mengatakan jika dia sangat bangga padanya. Bangga akan kecantikannya, kepintarannya, dan keberaniannya, sehingga sang kakek memintanya agar tetap tinggal di desa tersebut, untuk mengajari anak-anak desa menjadi lebih maju.

"Cuma Kakek yang menyayangiku. Cuma Kakek yang selalu mengerti aku. Kakek, Serena kangen," gumamnya disertai tetesan air mata kerinduannya pada sang kakek.

"Serena! S-e-r-e-n-a!!!"

Terdengar seruan dari luar rumah tersebut memangil nama si penghuni rumah tersebut.

Seketika mata Serena membelalak, dan tersirat cahaya kesenangan di matanya. Bibirnya melengkung ke atas mendengar suara seorang laki-laki yang tidak asing di telinganya.

Sontak saja dia melompat dari tempat duduknya, dan berlari kecil menuju pintu, seraya berseru,

"Benu!"

"Apaan sih Ser, teriak-teriak? Kuping Benu masih normal," ujar Benu dengan santainya, ketika pintu tersebut sudah terbuka.

Senyum Serena musnah. Bahkan wajahnya yang sumringah, kini terlihat kesal mendengar ucapan dari teman satu-satunya di desa tersebut.

"Masih untung aku sambut kamu dengan teriakan kegembiraan, daripada aku sambit pakai golok, pilih yang mana?" tukas Serena sembari berkacak pinggang.

"Hiiii sereeeem," ucap Benu bergidik ngeri.

Plak!

Sebuah sandal berwarna baby pink, telah mendarat dengan indahnya pada bibir Benu, hingga membuat sang pelempar yang juga merupakan pemilik dari sandal tersebut, bersorak kegirangan.

"Yes! Tepat sasaran!"

"Serena!!!" teriak Benu seolah menggetarkan seisi jagat raya.

Plak!

Sebuah pasangan dari sandal yang sama, kembali mendarat di bibir Benu. Sandal bagian kanan milik Serena, kini telah bertemu pasangannya kembali. Mereka sama-sama tergeletak di lantai, tepat sebelah kaki Benu.

Hidung Benu kembang kempis menahan amarahnya. Dia menatap pada gadis yang sedang menertawakan dirinya. Tawa gadis itu membuat Benu semakin kesal dan marah, sehingga dia tidak bisa lagi menahannya.

"Se-re-na!!!"

Seketika Serena berlari keluar dari rumah tersebut. Dia tertawa riang, karena merasa puas bisa menjahili seorang Benu yang selalu kalah darinya.

"Serena! Sini! Jika kamu tidak menyerahkan telingamu untuk aku jewer, jangan harap kamu bisa ikut aku ke rumah sekarang!" seru Benu dengan bangganya, sambil berkacak pinggang di depan pintu.

"Ke rumah? Maksudnya ke rumahmu?" tanya Serena seolah tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

Benu menganggukkan kepalanya, dan tertawa penuh kemenangan. Kemudian dia berkata,

"Ibu menyuruhku memanggilmu untuk makan bersama kami. Sayangnya itu tidak mungkin, karena--"

Secepat kilat Serena bergerak cepat menghampiri Benu. Dia mendekatkan telinganya, seraya berkata,

"Ini, silahkan jewer sepuasnya."

Seketika bibir Benu melengkung ke atas. Dia merasa jika kali ini bisa mengalahkan sahabat tomboy nya itu.

Namun, ketika tangannya akan menyentuh telinga gadis cantik tersebut, tiba-tiba Benu teringat sesuatu. Tangannya berhenti tepat di dekat telinga Serena, dan bertanya padanya.

"Apa kamu benar-benar menyerah?"

Dengan cepatnya Serena menganggukkan kepalanya, dan semakin mendekatkan telinganya pada Benu, seraya berkata,

"Ikhlas. Cepat lakukan. Jangan mengulur-ulur waktu. Aku sudah lapar."

"Kamu gak akan balas dendam, kan?" tanya Benu ragu-ragu.

Pertanyaan Benu membuatnya tertawa. Tanpa sadar, tangan Serena memukul-mukul lengan Benu seiring tawanya.

"Ra, sakit!" seru Benu seraya meringis, menahan rasa sakit.

Namun, seruan Benu hanya sia-sia belaka. Serena masih saja memukulnya. Bahkan tawa gadis itu pun masih menggema di telinganya.

"Kenapa? Kamu takut ya, jika aku membalas dendam?" tanya Serena di sela tawanya.

Merasa semakin kesakitan menerima pukulan di lengannya, dengan cepatnya Benu berjongkok, agar bisa lepas dari pukulan sahabatnya. Hanya cara itulah yang bisa menyelamatkannya, karena sudah bisa dipastikan jika Serena tidak akan pernah melepaskan tawanannya.

Seketika tawa Serena lenyap. Dia memandang heran pada sahabatnya, dan berkata,

"Ngapain kamu ngejogrok di situ?"

Benu menatap kesal pada sahabat cantiknya yang sama sekali tidak merasa bersalah padanya. Dengan kesalnya dia berkata,

"Belum balas dendam saja, badanku sudah kamu buat remuk. Apalagi nanti kalau kamu niat balas dendam? Bisa-bisa jadi almarhum aku nanti."

"Gak usah bacot deh. Ayo cepat bangun. Kasihan ibumu sudah nungguin kita dari tadi," ujar Serena sembari menarik tangan Benu, berusaha menolongnya untuk segera berdiri.

Dengan malasnya Benu berjalan bersama dengan Serena. Dia mengomel seiring dengan langkah kakinya.

"Ck! Bilang saja jika kamu sudah sangat lapar, dan tidak sabar menikmati makanan ternikmat di dunia."

Serena hanya tersenyum lebar menanggapi omelan Benu, tapi dalam hati dia menggerutu.

'Ya jelas dong terenak, gak bayar alias gratis.'

Gadis cantik nan tomboy itu, menarik tangan Benu dengan sangat kuat, sehingga Benu terseret mengikuti langkah kaki sahabatnya.

Sesampainya di rumah Benu, semua makanan sudah terhidang di atas meja makan. Memang makanan sederhana, tapi gadis cantik itu menyukainya. Bahkan dia sangat lahap memakannya.

Setiap hari Serena selalu makan di rumah Benu. Bukan karena tanpa sebab, ibu Benu telah diberikan amanat oleh papa Serena untuk mengurus makanan sang putri tercinta. Tristan telah memberikan sejumlah uang dengan jumlah yang besar pada ibu Benu, karena Serena benar-benar tidak diberikan uang untuk hidup di sana.

"Ser, main PS yuk!" ujar Benu sembari menarik tangan sahabatnya.

"Ben, bisa gak manggilnya jangan Ser? Panggil aja nama lengkap, Serena. Lebih bagus, kan?" tukas Serena sambil berjalan menuju tempat rental PS di sebelah rumah Benu.

"Kenapa?" tanya Benu heran.

"Aku gak suka. Kayak digoyang aja, ser-ser," ujar Serena sambil mencebik kesal.

Seketika Benu menghentikan langkahnya. Dia tertawa terbahak-bahak mendengar kekesalan sahabatnya.

"Yes, menang!" seru Serena layaknya sedang melakukan selebrasi kemenangan setelah mengalahkan Benu pada permainan yang mereka mainkan.

Benu menatap kesal pada sahabatnya yang kini menjadi lawan permainannya. Dia meletakkan stik PS nya dengan kasar, seraya berkata,

"Ck! Bisa gak sih kamu kalah sekali saja, Ser?"

"No way! Gak akan! Serena akan tetap jadi Serena sang pemenang sejati. Lihat saja, namaku akan selalu tertera sebagai pemenang!" ujar Serena dengan bangganya.

"Sana pulang! Aku akan main sendiri tanpa lawan," ucap Benu dengan kesalnya mengusir sahabatnya.

"Sudahlah, kalian berdua jangan bertengkar terus. Serena, ini buatmu."

Episodes
1 Bab 1 Hukuman
2 Bab 2 Hidup Sebatang Kara
3 Bab 3 Penculikan
4 Bab 4 Malaikat Pelindung
5 Bab 5 Menikah
6 Bab 6 Kesepakatan
7 Bab 7 Perjanjian
8 Bab 8 Kontrak
9 Bab 9 Khilaf
10 Bab 10 Hamil?
11 Bab 11 Daerah Berbahaya
12 Bab 12 Beranak Dalam Celana
13 Bab 13 Suami Dadakan
14 Bab 14 Benda Keramat
15 Bab 15 Mendadak Suka
16 Bab 16 Perempuan Asing
17 Bab 17 Kamar
18 Bab 18 Curiga
19 Bab 19 Suami Istri
20 Bab 20 Bertemu
21 Bab 21 Ngidam?
22 Bab 22 Siapa Dia?
23 Bab 23 Calon Pacar
24 Bab 24 Let's Go!
25 Bab 25 Siapa Kamu Sebenarnya?
26 Bab 26 Surprise!
27 Bab 27 Tuan Putri Serena
28 Bab 28 Dijodohkan?
29 Bab 29 Berubah Cantik
30 Bab 30 Dua Puluh Empat Jam Bersama
31 Bab 31 Penyamaran
32 Bab 32 Pasangan Selingkuh
33 Bab 33 Pasangan Romantis
34 Bab 34 Firasat
35 Bab 35 Foto Viral
36 Bab 36 Gosip
37 Bab 37 Suami
38 Bab 38 Sebuah Perasaan
39 Bab 39 Tanggung Jawab!
40 Bab 40 Sopir Cantik
41 Bab 41 Pacar
42 Bab 42 Perjodohan
43 Bab 43 Gosip Baru
44 Bab 44 Gadis Desa
45 Bab 45 Skenario
46 Bab 46 Siapa Dia?
47 Bab 47 Cemburu
48 Bab 48 Pertemuan Calon Besan
49 Bab 49 Foto Pernikahan
50 Bab 50 Rencana Duo Mama
51 Bab 51 Sebuah Berita
52 Bab 52 Takdir
53 Bab 53 Perubahan Rencana
54 Bab 54 Cemburu Dengannya
55 Bab 55 Karma
56 Bab 56 Perdebatan Suami Istri
57 Bab 57 Tantangan
58 Bab 58 Tante Muda
59 Bab 59 Bujuk Rayu
60 Bab 60 Taruhan
61 Bab 61 Kehilangan
62 Bab 62 Dewa Amor
63 Bab 63 Romantis
64 Bab 64 Pengintai
65 Bab 65 Permintaan
66 Bab 66 Ciuman
67 Bab 67 Latihan Suami Istri
68 Bab 68 Paparazi
69 Bab 69 Bikin Anak
70 Bab 70 Rumah Sakit
71 Bab 71 Pencuri
72 Bab 72 Tragedi Kamar Mandi
73 Bab 73 Menjadi Perawat Dadakan
74 Bab 74 Perdebatan di Kamar Mandi
75 Bab 75 Menguji Kesabaran
76 Bab 76 Jantung Hati
77 Bab 77 Dilema
78 Bab 78 Menggoda
79 Bab 79 Kuning Telur
80 Bab 80 Perlakuan Manis
81 Bab 81 Nikah-Nikahan
82 Bab 82 Malu
Episodes

Updated 82 Episodes

1
Bab 1 Hukuman
2
Bab 2 Hidup Sebatang Kara
3
Bab 3 Penculikan
4
Bab 4 Malaikat Pelindung
5
Bab 5 Menikah
6
Bab 6 Kesepakatan
7
Bab 7 Perjanjian
8
Bab 8 Kontrak
9
Bab 9 Khilaf
10
Bab 10 Hamil?
11
Bab 11 Daerah Berbahaya
12
Bab 12 Beranak Dalam Celana
13
Bab 13 Suami Dadakan
14
Bab 14 Benda Keramat
15
Bab 15 Mendadak Suka
16
Bab 16 Perempuan Asing
17
Bab 17 Kamar
18
Bab 18 Curiga
19
Bab 19 Suami Istri
20
Bab 20 Bertemu
21
Bab 21 Ngidam?
22
Bab 22 Siapa Dia?
23
Bab 23 Calon Pacar
24
Bab 24 Let's Go!
25
Bab 25 Siapa Kamu Sebenarnya?
26
Bab 26 Surprise!
27
Bab 27 Tuan Putri Serena
28
Bab 28 Dijodohkan?
29
Bab 29 Berubah Cantik
30
Bab 30 Dua Puluh Empat Jam Bersama
31
Bab 31 Penyamaran
32
Bab 32 Pasangan Selingkuh
33
Bab 33 Pasangan Romantis
34
Bab 34 Firasat
35
Bab 35 Foto Viral
36
Bab 36 Gosip
37
Bab 37 Suami
38
Bab 38 Sebuah Perasaan
39
Bab 39 Tanggung Jawab!
40
Bab 40 Sopir Cantik
41
Bab 41 Pacar
42
Bab 42 Perjodohan
43
Bab 43 Gosip Baru
44
Bab 44 Gadis Desa
45
Bab 45 Skenario
46
Bab 46 Siapa Dia?
47
Bab 47 Cemburu
48
Bab 48 Pertemuan Calon Besan
49
Bab 49 Foto Pernikahan
50
Bab 50 Rencana Duo Mama
51
Bab 51 Sebuah Berita
52
Bab 52 Takdir
53
Bab 53 Perubahan Rencana
54
Bab 54 Cemburu Dengannya
55
Bab 55 Karma
56
Bab 56 Perdebatan Suami Istri
57
Bab 57 Tantangan
58
Bab 58 Tante Muda
59
Bab 59 Bujuk Rayu
60
Bab 60 Taruhan
61
Bab 61 Kehilangan
62
Bab 62 Dewa Amor
63
Bab 63 Romantis
64
Bab 64 Pengintai
65
Bab 65 Permintaan
66
Bab 66 Ciuman
67
Bab 67 Latihan Suami Istri
68
Bab 68 Paparazi
69
Bab 69 Bikin Anak
70
Bab 70 Rumah Sakit
71
Bab 71 Pencuri
72
Bab 72 Tragedi Kamar Mandi
73
Bab 73 Menjadi Perawat Dadakan
74
Bab 74 Perdebatan di Kamar Mandi
75
Bab 75 Menguji Kesabaran
76
Bab 76 Jantung Hati
77
Bab 77 Dilema
78
Bab 78 Menggoda
79
Bab 79 Kuning Telur
80
Bab 80 Perlakuan Manis
81
Bab 81 Nikah-Nikahan
82
Bab 82 Malu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!