Bab 3. Pindah?

Dan akhirnya, sampai berhari-hari uang itu tak juga ia kembalikan karena minim informasi mengenai si empunya uang. Selain itu, Ariel tak cukup waktu untuk mencari cowok menyebalkan itu

Dan hal itu sukses membuat pikiran Ariel terganggu.

" Kau kenapa sih, ngelamun aja?" Hana yang beberapa hari ini mengamati sikap Ariel yang tak biasa menjadi penasaran sendiri.

Ariel takut kalau laki-laki itu bakal mendatangi dirinya ke sekolahnya dan bakal terang-terangan mempermalukannya. Ia sudah cukup sering dibuat kesal oleh Tasya dan gengnya. Jangan sampai hal itu juga terjadi.

" Nggak apa-apa kok. Memangnya kenapa?" bohongnya menutupi masalah.

" Ye malah ganti nanya. Eh nanti malam jalan Yuk?"

" Boleh, kemana?" kali ini Ve yang menyahut.

" Nonton bosen. Nongkrong gitu-gitu aja. Enaknya ngapain?" tanya Hana sembari mengetukkan bolpoin ke kepalanya bak orang berpikir.

" Aku nggak bisa!" kata Ariel yang membuat kedua temannya terkaget

" Kenapa?"

" Aku bantuin Ibuku Han!"

Hana dan Ve memanyunkan bibirnya. " Ayolah Ril, sekali aja. Kalau kau gak ada duit, kita yang..."

" Lain kali aja ya?" tolak Ariel.

Ariel bukanlah gadis yang longgar secara keuangan seperti kedua temannya. Diantara mereka bertiga, Ariel sajalah yang berasal dari keluarga biasa. Simpanan yang ia miliki harus bisa ia atur dikala penghasilan orangtuanya sedang menurun. Lagipula, ia masih menyimpan uang itu untuk mengembalikan ke laki-laki aneh itu. Mungkin bagi orang itu sepele, tapi bagi Ariel itu jumlah yang banyak.

Setibanya ia dirumah. Ia kaget karena melihat ayah dan ibunya sudah dirumah dengan ekspresi paling aneh. Mirip orang habis kalah berdebat.

"Ayah, Ibu, ada apa?"

" Tanya saja ke Ayahmu!" jawab sang Ibu terlihat sewot kepada sang Ayah.

" Ayah?"

" Ibumu ngambek ke Ayah karena menjual Ceming!" ungkap sang Ayah terlihat meragu.

" Hah?" Ariel turut terkejut. " Kenapa Ayah melakukan itu? Ayah tidak kasihan apa?" ia malah ikutan mendamprat ayahnya.

" Nak, kucing nakal itu sudah berkali-kali buang air diatas pakaian Ayah! Ayah kesal!"

" Makanya kau kerja yang benar biar bisa beli lemari baru, bukan malah buang kucing!" omel sang Ibu terdengar meradang.

Ariel kontan tertegun. Dari semua akar permasalahan, sebab musababnya pasti ayahnya yang di persalahkan karena tak memiliki pekerjaan tetap. Ya meski kesehariannya pria itu sangat sigap membantu urusan rumah tangga, tapi acapkali beliau di persalahkan atas semua persoalan yang terjadi di rumahnya.

"Aku masuk dulu!" kata Ariel yang raut wajahnya berubah murung.

Kedua orangtuanya tak melihat hal itu. Bahkan saat Ariel sudah mulai masuk ke kamarnya, sayup-sayup pertengkaran masih saja terdengar.

" Jangan harap kau bisa tidur di dalam jika kucing itu tidak kau temukan!"

" Astaga, bagiamana bisa kau lebih mementingkan hewan itu dari padaku aku sayang?"

" Aku tidak peduli!"

Ariel menatap kalender diatas mejanya. Sudah satu bulan ia duduk di bangku kelas tiga. Artinya tinggal beberapa bulan lagi ia akan masuk universitas. Ia menitikkan air matanya. Kalau keadaan ekonomi keluarganya seperti ini, apa sebaiknya ia bekerja saja dan tidak usah kuliah? Bahkan sang kakak memutuskan untuk tidak menikah dulu karena ingin membantu perekonomian keluarga mereka. Tapi sampai kapan?

...••...

" Baik Pak. Mohon maaf sekali lagi atas perbuatan Kevin!" Bu Imaniar harus menahan rasa malunya di sekolah itu akibat kelakuan radikal cucunya.

Ya, sekolah terpaksa memanggil wali murid dari siswa bernama Kevin karena laki-laki itu sangat keterlaluan. Bocah itu nyaris tak pernah mengikuti semua mata pelajaran.

Bu Imaniar menatap cucunya yang kini berdiri di ambang pintu dengan tatapan yang sudah tak terdefinisikan lagi.

" Pulang sekolah nenek ingin bicara sama kamu!" seru Bu Imaniar dengan muka marah.

Dan benar, anak itu tak mampir kemana-mana setelah pulang sekolah. Kevin yang hendak masuk menunda langkahnya sewaktu Bu Imaniar memanggil namanya.

" Mau kemana kamu, nenek mau bicara!" katanya sembari melipat majalah lokal.

Kevin melempar panggungnya ke sofa dengan muka malas. laki-laki itu bahkan membuang pandangannya ketika diajak bicara neneknya.

" Sekolah itu masih mentolerir sikap kamu karena kamu adalah anak dari seorang Lukas Wijaya!"

Kevin masih terdiam. Sama sekali tak berminat menyahut. Ia tahu sekolah itu berisikan orang-orang penjilat.

" Kamu dengar tidak kalau nenek berbicara Kevin?"

" Ya terus kenapa?" sahutnya ogah-ogahan.

Bu Imaniar geleng-geleng kepala sembari menyabarkan diri. " Kamu ini sangat-sangat keterlaluan Kevin. Tidakkah kau ingin membuat kelurga kita bangga denganmu?Nenek sudah putuskan untuk memindahkan kamu ke SMK Puspa Bangsa. Biar kamu tahu rasanya jadi mereka, bahwa diluar sana ada banyak anak yang kurang beruntung!"

" Terserah!" sahutnya kali ini dengan mata dan hidung yang sebenarnya sudah terasa panas.

Laki-laki itu langsung bangkit dan pergi menuju kamarnya sebab tak ingin diketahui jika ia sebenarnya sudah mau menangis.

" Kevin! Kevin!"

Kevin benar-benar serius dengan ucapannya. Bahkan ia memang tak memiliki semangat untuk melakukan apapun. Setibanya ia dikamar, laki-laki itu menatap foto ibunya di pigura dengan air matanya yang tiba-tiba mengembung. Dadanya seketika diliputi oleh kesesakan.

Kevin menangis dalam diam.

Malam harinya, ia yang hendak keluar langsung membatalkan niat ketika melihat Papanya berbicara dengan neneknya. Ia bahkan tak membalas senyuman itu. Ia masuk lalu membanting kamarnya dengan sangat keras. Membuat seorang Lukas Wijaya langsung termenung.

Kevin membenci papanya bukan tanpa alasan. Masih belum hilang dari ingatan saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri dimana Papanya berjalan dengan perempuan muda lalu masuk ke dalam mobil ketika mamanya terbaring di rumah sakit.

" Aku akan memindahkan anak itu ke SMK Puspa Bangsa. Itu akan membuatnya belajar!" kata Bu Imaniar yang mau tak mau harus memberitahukan hal itu kepada menantunya.

Lukas mengangguk. " Saya percaya sama Ibu!"

Bu Imaniar memang tak tahu langsung soal menantunya yang dikabarkan selingkuh saat anaknya akan meregang nyawa di rumah sakit ketika Kevin masih kecil. Wanita bijaksana itu hanya melakukan tugasnya sebagai seorang nenek.

" Saya barusaja transfer uang. Tolong ibu terima, bisa untuk tambah bayar rumah dan mobil baru untuk Kevin!" kata Lukas kepada mertuanya.

" Tidak perlu. Aku masih mampu membiayainya! Kau depositokan saja uang itu untuk masa depan Kevin. Umur orang tidak ada yang tahu!"

Lukas tertegun saat mendengar ucapan mertuanya. Sepertinya Ibu mertuanya juga antipati terhadapnya meski tak seterang sikap Kevin.

" Baik kalau begitu. Saya pamit. Terimakasih masih melibatkan saya dalam urusan Kevin!"

" Mmmm!" Jawab Bu Imaniar sekilas.

Lukas bangkit lalu menatap kamar anaknya sesaat sebelum ia melangkah pergi. Entah sampai kapan benang kusut ini akan terurai.

Terpopuler

Comments

Aran_MouHanAra

Aran_MouHanAra

kok ngenes gini mom 😢😢😢😢, kemaren baru sempat baca 1 bab sekarang mau marathon dulu bacanya yaaak mom 🤭🤭🤭

2023-12-07

0

moerni🍉🍉

moerni🍉🍉

👌👌lanjutkan mommmmssss

2023-12-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Senin yang sial
2 Bab 2. Vin?
3 Bab 3. Pindah?
4 Bab 4. Mr. Cool
5 Bab 5. Habis sudah aku!
6 Bab 6. Frustasi
7 Bab 7. Song from Radio
8 Bab 8. Perundungan?
9 Bab 9. Kindly
10 Bab 10. Menyentuh kalbu
11 Bab 11. My team
12 Bab 12. Tak pernah akur
13 Bab 13. Di rumahmu
14 Bab 14. Iri
15 Bab 15. Pendengar setia
16 Bab 16. Kasihan?
17 Bab 17. Keresahan Kevin
18 Bab 18. Marah
19 Bab 19. Alunan suara itu
20 Bab 20. Tak segampang itu
21 Bab 21. Kepo
22 Bab 22. Aku masih marah
23 Bab 23. Kenalan baru
24 Bab 24. Desiran di dada
25 Bab 25. Untung ada dia
26 Bab 26. Bisakah kita memulainya dari awal?
27 Bab 27. Takdir untuk bertemu
28 Bab 28. Deep talk
29 Bab 29. Lega
30 Bab 30. Ke rumahmu
31 Bab 31. Rival?
32 Bab 32. Pendengar?
33 Bab 33. Seorang penyiar
34 Bab 34. Kenyataan yang menghimpit
35 Bab 35. Pemikiran yang dewasa
36 Bab 36. Butuh tumpangan?
37 Bab 37. Hampir berkelahi
38 Bab 38. Ternyata dia
39 Bab 39. Kebetulan macam apa ini?
40 Bab 40. Kau mau jadi pacarku?
41 Bab 41. Menelan ludah sendiri?
42 Bab 42. Apapun untukmu
43 Bab 43. Datang pada Papa
44 Bab 44. Berdua denganmu
45 Bab 45. Ketahuan tak sekolah
46 Bab 46. Siapapun bisa marah
47 Bab 47. Emang boleh sekhawatir itu?
48 Bab 48. Kiss her
49 Bab 49. Ketemu juga akhirnya
50 Bab 50. Kekhwatiran Sukma
51 Bab 51. Fakta sebenarnya
52 Bab 52. Di kebimbangan hati
53 Bab 53. Segitiga setan
54 Bab 54. Jatuh pada lubang yang sama?
55 Bab 55. Metamorfosa hidup
56 Bab 56. Di lounge
57 Bab 57. Pria brengsek!
58 Bab 58. Start yang di curi
59 Bab 59. Pria misterius
60 Bab 60. Aku merindukanmu
61 Bab 61. Cinta lama bersemi kembali
62 Bab 62. Go to public?
63 Bab 63. My heart for you
64 Bab 64. Sebenarnya Cinta
65 Bab 65. Pria jantan
66 Bab 66. Kembalinya seorang sahabat
67 Bab 67. Jadi pingin
68 Bab 68. Ikhtiar menuju pernikahan
69 Bab 69. Sabar dulu dong!
70 Bab 70. Bakal mantu
71 Bab 71. Menanam kebaikan memanen kebahagiaan
72 Bab 72. Keduluan kawin
73 Bab 73. Kejutan jelang pernikahan
74 Bab 74. Takdir selalu punya cara
75 Bab 75. Hari bersejarah
76 Bab 76. Yang sebenarnya
77 Bab 77. Di balik kisah
78 Bab 78. Duty pertama sebagai suami
79 Bab 79. Aku sangat mencintaimu
80 Bab 80. Fokus pada kebahagiaan istri
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Bab 1. Senin yang sial
2
Bab 2. Vin?
3
Bab 3. Pindah?
4
Bab 4. Mr. Cool
5
Bab 5. Habis sudah aku!
6
Bab 6. Frustasi
7
Bab 7. Song from Radio
8
Bab 8. Perundungan?
9
Bab 9. Kindly
10
Bab 10. Menyentuh kalbu
11
Bab 11. My team
12
Bab 12. Tak pernah akur
13
Bab 13. Di rumahmu
14
Bab 14. Iri
15
Bab 15. Pendengar setia
16
Bab 16. Kasihan?
17
Bab 17. Keresahan Kevin
18
Bab 18. Marah
19
Bab 19. Alunan suara itu
20
Bab 20. Tak segampang itu
21
Bab 21. Kepo
22
Bab 22. Aku masih marah
23
Bab 23. Kenalan baru
24
Bab 24. Desiran di dada
25
Bab 25. Untung ada dia
26
Bab 26. Bisakah kita memulainya dari awal?
27
Bab 27. Takdir untuk bertemu
28
Bab 28. Deep talk
29
Bab 29. Lega
30
Bab 30. Ke rumahmu
31
Bab 31. Rival?
32
Bab 32. Pendengar?
33
Bab 33. Seorang penyiar
34
Bab 34. Kenyataan yang menghimpit
35
Bab 35. Pemikiran yang dewasa
36
Bab 36. Butuh tumpangan?
37
Bab 37. Hampir berkelahi
38
Bab 38. Ternyata dia
39
Bab 39. Kebetulan macam apa ini?
40
Bab 40. Kau mau jadi pacarku?
41
Bab 41. Menelan ludah sendiri?
42
Bab 42. Apapun untukmu
43
Bab 43. Datang pada Papa
44
Bab 44. Berdua denganmu
45
Bab 45. Ketahuan tak sekolah
46
Bab 46. Siapapun bisa marah
47
Bab 47. Emang boleh sekhawatir itu?
48
Bab 48. Kiss her
49
Bab 49. Ketemu juga akhirnya
50
Bab 50. Kekhwatiran Sukma
51
Bab 51. Fakta sebenarnya
52
Bab 52. Di kebimbangan hati
53
Bab 53. Segitiga setan
54
Bab 54. Jatuh pada lubang yang sama?
55
Bab 55. Metamorfosa hidup
56
Bab 56. Di lounge
57
Bab 57. Pria brengsek!
58
Bab 58. Start yang di curi
59
Bab 59. Pria misterius
60
Bab 60. Aku merindukanmu
61
Bab 61. Cinta lama bersemi kembali
62
Bab 62. Go to public?
63
Bab 63. My heart for you
64
Bab 64. Sebenarnya Cinta
65
Bab 65. Pria jantan
66
Bab 66. Kembalinya seorang sahabat
67
Bab 67. Jadi pingin
68
Bab 68. Ikhtiar menuju pernikahan
69
Bab 69. Sabar dulu dong!
70
Bab 70. Bakal mantu
71
Bab 71. Menanam kebaikan memanen kebahagiaan
72
Bab 72. Keduluan kawin
73
Bab 73. Kejutan jelang pernikahan
74
Bab 74. Takdir selalu punya cara
75
Bab 75. Hari bersejarah
76
Bab 76. Yang sebenarnya
77
Bab 77. Di balik kisah
78
Bab 78. Duty pertama sebagai suami
79
Bab 79. Aku sangat mencintaimu
80
Bab 80. Fokus pada kebahagiaan istri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!