"Sialan Lu Rin nggak bangunin gue waktu Bu Prapti deket." protes Joni setelah kelas selesai.
"Sengaja, hahaha. Lagian tiap hari kok ngantuk. Pasti lu PS an sampe subuh lagi kan?" jawab Karin membereskan alat tulisnya.
"Ya, dari PS gue bisa dapet duit buat tambahan uang saku."
"Udah ah, gue mau ke ruang dosen." Karin berdiri dan meninggalkan Joni di dalam ruang kelas, "Bel, gue duluan yah mau ketemu Bu UFi." dia melambaikan tangan pada Belas yang juga masih berbincang dengan teman yang lain.
"Oke." Jawab Bela.
Karin duduk di depan ruang dosen untuk menunggu Ufi kembali dari kelasnya. Tangannya mengeluarkan sebuah catatan kecil yang selalu ia bawa kemana-mana. Mencoret beberapa list kegiatan yang sudah ia lalui hari ini dan mencatat sesuatu kembali di lembar berikutnya.
Karin memang dikenal sebagai mahasiswa rajin di prodinya. Meski bukan sebagai mahasiswa nomor satu, tapi kemampuan sosialisasi dengan mahasiswa yang lain cukup diakui. Tak salah kalau teman-temannya menunjuk Karin sebagai ketua kelas. Dia cukup luwes menjalin komunikasi dengan banyak dosen dan teman-teman kelas lainnya.
"Sorry Karin lama nunggu yah? Yuk masuk!" Ufi datang dengan langkah panjangnya mengajak Karin memasuki ruang dosen.
Karin mengambil duduk di depan meja Ufi.
"Ada apa ya Bu?"
"Gini, kamu mau nggak jadi asdos?"
"Hah? Asdos bu?"
"Iya.. jadi, Pak Fay itu lagi nyari asdos buat bantuin di kelas. Apa kamu mau jadi asdosnya Pak Fay?"
"Tugas saya ngapain bu?"
"Tugas kamu jadi asistennya Pak Fay. Kalau dia ngajar kamu ikut bantu kebutuhan dia. Bahkan nanti kamu juga harus bantu ngajar juga kalau Pak Fay sedang berhalangan atau sibuk."
"Ngajar bu? Tapi kan saya nggak terlalu pinter."
"Ah, kamu merendah. Ibu tuh tau kamu pinter, kamu publik speakingnya juga bagus makanya saya rekomendasiin kamu buat Pak Fay. Ambil aja, yah? lumayan loh ada uang ngajarnya. Lagian nanti kan ngajarnya anak-anak semester 2, mata kuliahnya masih gampang kamu pasti menguasai."
"Emm... saya pikirkan dulu ya bu."
"Eh, udah nggak usah pikir panjang. Iya aja yah, yah? Besok kamu datang ke sini ketemu Pak Fay. Oke? Deal!!" Ufi mengulurkan tangannya mengajak Karin bersalaman.
"Ah, ibu maksa aja nih. Hehehe" Karin menyambut tangan Ufi
"Tenang aja, Pak Fay kan ganteng kamu pasti makin semangat." bisik Ufi membuat Karin terkikih.
"Ya udah bu kalau nggak ada lagi saya mau pamit pulang." Karin mencoba berdiri
"Eh, bentar. Saya punya tugas. Besok saya ada di kelas kamu kan?"
"Iya bu."
Ufi mengeluarkan sebuah lembar kerja. "Kamu foto halaman ini dan kamu share ke teman satu kelas yah. Biar mereka bisa menyiapkan bahan debat kita besok pagi."
"Siap bu!!" Karin memotret lembar tugas yang dosennya berikan itu.
Wajahnya terlihat berseri keluar dari ruang dosen. Hatinya terasa berbunga-bunga mendengar dosen kesayangannya merekomendasikan dirinya menjadi seorang asdos. Bukan karena dia suka bisa dekat dengan Fay, tapi dia merasa bangga bisa menjadi asisten dosen.
Baginya hal ini akan membuka banyak peluang dirinya mendapatkan pengalaman yang lebih baik yang nggak di dapatkan mahasiswa lain. Barangkali setelah menjadi asdos nanti pihak kampus akan memberikan beasiswa S2 kepadanya dan bisa mengejar cita-citanya menjadi seorang dosen.
"Karin!!" seorang laki-laki memanggilnya
"Arya? ada apa?"
"Dari mana?"
"Dari ruang dosen."
"Oooh, ada tugas yah buat kita?"
"Iya nih, nanti gue share di grup yah."
"Eh, mau pulang? Gue anter ke kost yuk?"
"Em, tapi gue mau beli makan dulu buat makan malem."
"Sekalian makan aja gimana? Gue traktir."
"Sekarang?"
"Iya, yuk!!"
Arya menyalakan motornya menyilakan Karin duduk di boncengan dan melaju menuju rumah makan.
Karin si ramah. Dia menunjukkan keramahannya pada siapapun. entah itu teman laki-laki atau perempuan. Kadang keramahannya sering berujung salah paham bagi para pria. Bahkan pernah ada seniornya yang menyatakan cinta padanya berulang kali dan berulang kali pula dia tolak.
Arya pula salah satunya, korban keramahan Karin. Arya juga pernah menyatakan ketertarikannya pada gadis ini namun tidak dia terima. Meski begitu keduanya tetap menjalin hubungan pertemanan yang baik.
"Harusnya lu tuh nawarin pulang si Bella, dia kan naksir sama lu!" Karin memasukan sepotong keripik ke dalam mulutnya sembari menunggu makanannya datang.
"kan gue sukanya sama temennya Bella." Arya mengaduk jus jeruk dihadapannya
"Siapa?"
"Elu."
"Heehe, tapi gue enggak naksir lu." jawaban Karin terdengar enteng sekali
"Emang type cowok lu kayak apa sih?"
"Ya minimal kayak... emmmmm... kayak Pak Fay kali yah? Ganteng, pinter, ramah, cool."
"Ah,jawaban lu terlalu mainstream. Semua cewek di fakultas kita kalo ditanya type cowok kayak gimana jawabannya sama."
"Tapi emang Pak Fay itu keren, idaman para wanita dan gue sebagai wanita biasa juga suka liat dia gitu."
"Udah jangan bahas Fay lagi. Panas nih."
"Hahahha, kalem... walaupun type cowok gue kayak Pak Fay, tapi real life nya kan nggak mungkin gue jadi ceweknya Pak Fay. Cuma ada di sinetron aja dosen bisa naksir mahasiswanya.
"Dahlah makan aja kita!" Arya menarik nasi yang baru saja datang kehadapannya.
Karin pulang dengan perut kenyang. Sampai di halaman kost Arya segera menarik gas motornya meninggalkan Karin yang segera berjalan masuk.
Langkahnya begitu bersemangat membuka pintu kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya menghadap ke langit-langit. Seutas senyum bersarang di bibirnya. Masih terngiang di telinga ucapan Bu Ufi yang menawarkan padanya untuk bisa menjadi asisten dosen.
Karin beranjak, berdiri di depan cermin mengamati wajahnya. Tangannya membuka lemari dan melihat-lihat simpanan bajunya.
"Hmmh,, gue mau jadi asdos tapi baju-baju kuliah gue cocok nggak yah buat ngajar di depan adek-adek semester 2? Gimana kalo norak? Gimana kalo nggak cocok?" Karin menjajal satu persatu bajunya di depan cermin.
Kini ia merasa sangat gugup. Berkali-kali pula Karin berlatih berbicara di depan cermin seolah sedang mengajar di depan kelas.
Lalu ia menjatuhkan dirinya kembali di atas tempat tidur dan menutup wajah dengan kedual telapak tangannya.
"Aaaaaa.... gue jadi asdos!!!" kakinya dihentak-hentakkan ke lantai kegirangan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments