Koma

Koma

Sebuah Awal Mula

Sebuah mobil mini bus melaju dengan kecepatan tinggi di ruas jalan TOL. Tak lama kemudian mobil itu hilang kendali dan menabrak pembatas jalan di kiri jalan hingga akhirnya terpental. mobil terhenti dengan keadaan remuk terbalik. Seketika kecelakaan tragis itu menjadi sebab macet yang sangat panjang. Polisi dan ambulance datang langsung ke tempat kejadian. Terlihat dua orang terjebak di dalam mobil dalam keadaan luka parah. Satu orang laki-laki meninggal di tempat dan satu lagi wanita mengalami luka berat yang harus segera di larikan ke rumah sakit. Tak ada mobil lain yang terlibat, kejadian itu murni kecelakaan tunggal.

Bunyi sirine ambulance terdengar kencang sepanjang jalan. Di perempatan lampu merah semua kendaraan otomatis bergerak menepi ke kanan dan ke kiri untuk memberikan lajur tengah kepada ambulance diikuti dengan sebuah mobil polisi dengan yang melaju kencang.

Belum juga jauh ambulance pembawa korban kecelakaan itu lewat. Ada lagi terjadi kecelakaan di lampu merah itu antara dua sepeda motor. Seorang ibu setengah baya menyerobot lampu lalu lintas yang masih berwarna merah dan menyerempet seorang pemuda dengan sepeda motor maticnya. Keduanya terguling. Sang ibu segera bangkit dan melajukan kembali motornya, takut kalau ada polisi menghampirinya karena tak punya SIM. Alhasil pemuda tadi berstatus sebagai korban tabrak lari. 

Melihat kejadian di depan matanya, Fay membelokkan mobilnya lalu keluar untuk menolong pemuda yang tergeletak di atas aspal panas siang itu. Luka di kaki dan kepalanya cukup parah. Melihat kondisinya yang kesakitan dan berdarah-darah, Fay pun menawarkan agar pemuda itu dibawa ke IGD secepatnya menggunakan mobilnya. Sepeda motor dititipkan di sebuah bengkel dekat tempat kejadian. Fay meminta pemilik bengkel agar menjada sepeda motor itu hingga pemuda tadi kembali mengambilnya. Dengan dibantu dua orang warga, Fay membawa pemuda tadi segera ke Rumah Sakit.

Fay dan dua orang warga itu membopong pemuda tadi masuk ke dalam IGD. Setelah mendapatkan tindakan medis, Fay berdiri di depan ruang IGD untuk menunggu keluarga si pemuda itu. Matanya menangkap sebuah pemandangan yang mencuri perhatiannya. Beberapa perawat tampak berjalan setengah lari dengan membawa beberpa peralatan medis menuju ke sebuah pojok. Penasaran, Fay berjelan mendekat ke arah kerumunan. 

Oh, seorang korban kecelakaan juga dengan luka yang cukup parah. Sayup-sayup Fay mendengar beberapa orang berbincang-bincang membicarakan orang itu. Seorang wanita, korban kecelakaan tunggal di ruas jalan tol siang tadi. Keadaannya sangat mengkhawatirkan. Pendarahan kepala. patah tulang kaki dan tulang belakang.

"Mungkin ini pasien ambulance yang tadi papasan di perempatan lampu merah." batinnya.

Fay semakin penasaran dengan kondisi wanita itu. Pelan-pelan Fay mencuri-curi untuk bisa melihat seberapa parah lukanya. Alisnya menyatu di tengah mengamati wajah wanita itu. Selang beberapa detik mencerna, mata Fay terbelalak.

"Karin??!!!!!!" teriaknya dalam hati

Mendadak jantungnya berdebar kencang, semakin penasaran benarkan itu Karin?? seseorang yang selama ini dia cari? Fay mencoba semakin mendekat namun perawat melarangnya dan memintanya mundur menjauh.

"Suster, apa dia korban kecelakaan?" tanyanya

"Iya pak betul, Maaf bapak sebaiknya menunggu di depan."

Kepalanya melongok, bertanya-tanya, apa benar? atau bukan? Seorang polisi memberikan keterangan kepada perawat. Terdengar polisi itu sedang menegaskan identitas wanita itu dengan bukti tanda pengenal yang ditemukan di dalam mobil.

"Iya, namanya Karina Sartika."

Fay semakin membelalak mendengar nama itu.

"Karin, itu Karin."

Kakinya segera mendekat kembali ke arah perawat.

"Suster, itu betul Karina Sartika? Korban kecelakaan maut itu? Keadaannya bagaimana?" Beribu pertanyaan ia ajukan 

"Maaf bapak ada hubungan apa dengan korban?"

"Saya.. saya saudaranya." Fay mengaku

"Sebentar ya pak kami sedang melakukan tindakan terhadap saudari Karina, Setelah ini kami membutuhkan bapak untuk mengisi beberapa keterangan dalam administrasi"

Fay mengikuti arah berjalan perawat tadi. Saat mendekat ke arah wanita itu Fay semakin yakin bahwa wanita itu adalah Karina yang dia kenal. Sayang Fay tidak dapat melihat lebih dekat lagi. Perawat mengajaknya untuk datang ke meja administrasi. Fay duduk dan mendengarkan segala penjelasan perawat. 

Datang sepasang bapak-ibu mendekat ke arah meja administrasi di mana ada Fay di sana. Kedua orang tua itu memasang wajah panik, menanyakan keberadaan Karina. Anak mereka. Fay menengok dengan terkejut,memandangi kedua orang tua itu dengan wajah tegang. 

"Saya Wisnu Hutama, ayah Karina" si bapak menyalami perawat.

Istrinya berdiri disebelah Pak Wisnu, berderai air mata. Fay masih memperhatikan mereka berdua. Ingin bertanya namun terbata. Hingga Bu Fatma, yang masih menangis tadi menyadari keberadaannya.

"Mas ini siapa? Apa yang menolong anak saya?" tanya Bu Fatma heran dengan keberadaan Fay di sana.

"Saya Fay, Faizal Aria, Dosen Karin sewaktu kuliah dulu."

Mendengar nama Faizal disebut, Pak Wisnu menengok ke arahnya dengan wajah garang. Dia menarik kerah baju Fay dengan cengkeramannya dan mata yang hampir lepas.

"Siapa Faizal? kamu Faizal? Dosen anak saya waktu kuliah?" tanya Pak Wisnu

Fay terkejut dengan perlakuan Pak Wisnu padanya.

"Iya pak, saya Faizal."

Tiba-tiba satu kepalan tangan melayang di pipinya membuat Fay tersungkur di lantai. beberapa perawat dan orang-orang di dalam ruangan itu menjerit melihat seorang bapak melayangkan jotosannya kepada seorang pemuda. Entah apa alasan pak Wisnu menghantamnya dengan penuh amarah. Beberapa orang pun melerai mereka. Bu Fatma mencoba menenangkan Pak Wisnu dan menyuruhnya untuk fokus saja pada Karin. Fay dibantu oleh beberapa perawat, berdiri menjauh dari Pak Wisnu dan mengobati luka pukulan yang cukup membuat pipinya membiru.

Selesai dengan administrasinya, Pak Wisnu kembali mendekati Fay yang sedang duduk.

"Kamu!! Pergi jauh-jauh dari anak saya!!! Saya tidak mau lihat wajah kamu mendekati anak saya lagi!!"

Beliau lalu pergi, ditarik paksa oleh istrinya untuk tidak mengurusi Fay lebih dulu. Fay masih tidak tahu alasan kenapa Pak Wisnu sangat marah, padahal ini adalah pertama kalinya Fay tahu bahwa mereka adalah orang tua Karina. Ini juga pertama kalinya mereka bertemu. 

Pak Wisnu menandatangani persetujuan operasi untuk Karina. Dengan mata marah, beliau melirik ke arah Fay yang masih duduk di salah satu sudut ruang IGD. 

Setelah keluarga pemuda yang ia tolong datang, Fay tidak lantas pergi dari rumah sakit. Kini hatinya semakin penasarn dengan keadaan Karin dan sikap Pak Wisnu yang sangat tidak marah. Banyak pertanyaan dalam kepalanya yang harus dijawab. Siapa yang akan menjawab?

***

Terpopuler

Comments

Zahra Putri Mandala

Zahra Putri Mandala

mampir kakak,semangat kak

2024-01-15

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!