Bertanya-tanya

Fay menyenderkan kepalanya di dinding. Pusing akibat tinjuan Pak Wisnu tadi masih sangat terasa. Seorang perempuan dan laki-laki berjalan cepat menghampiri pak Wisnu dan Bu Fatma, menanyakan keadaan . lalu mereka berdiri menepi, tepat dihadapan Fay yang marih merem lantaran pusingnya.

"Pak Fay?" Kata perempuan tadi memanggil Fay seolah kenal

Mendengar namanya dipanggil, Fay membuka matanya dan melihat ke arah perempuan yang tadi memanggilnya.

"Iya?"

"Anda pak Fay kan? Dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Harapan?"

"Iya? Kamu kenal? atau mantan mahasiswa saya?"

"Saya Bella pak, teman dekatnya Karin waktu di kampus dulu. Bapak ingat nggak?"

"OOh iya, saya lupa-lupa ingat wajah kamu."

"Yang bapak ingat pasti cuma Karin sih. Bapak ngapain di sini? Bapak sakit?

"Oh, saya nganter orang korban tabrak lari tadi. Terus tiba-tiba saya liat Karin di sini."

"Iya pak, saya juga kaget banget denger Karin kecelakaan. Saya langsung ke sini. Bapak Udah pulang dari Swis?"

"Kamu tahu saya ke Swis?"

"Tahu pak, semua tentang bapak dan Karin saya tahu. Karena Karin selalu cerita sama saya."

"Kebetulan Bela, ada yang saya ingin tanyakan ke kamu tentang Karin."

Fay pun menanyakan banyak hal tentang Karin yang selama ini menghilang hingga sikap ayahnya yang begitu marah melihatnya.

"Sebelumnya saya mau tanya dulu,"

"Iya, boleh."

"Apa pak Fay sudah selesai S3 nya?

"Iya sudah."

"Kapan pak Fay pulang dari study di Swiss?

Fay berpikir,

"Bulan lalu, oh tidak, belum sebulan ini." Fay mencoba mengingat ingat

"Lalu kenapa Pak Fay nggak langsung ketemu sama Karina setelah pulang?"

"Itu Dia, aku kehilangan kontak dengan Karina sebulan setelah memulai studyku. Aku pun bingung kenapa Karina menghilang. Aku coba hubungi tapi nomornya sudah nggak aktif, emailpun gak pernah dibalas. Sosmed Karina sangat terbatas, bahkan dia nggak pernah update kegiatannya di sosmed. 2 tahun lebih aku kehilangan Karina. Aku mencoba focus dengan studyku, aku nggak bisa pulang sebelum aku lulus. Lalu akhirnya aku pulang, aku mencari tahu keberadaan Karina. Aku datang ke rumahnya yang dulu, tapi dia sudah pindah cukup lama dan nggak ada yang tahu dia pindah ke mana. Sampai akhirnya kita bertemu dengan keadaan seperti ini." Fay menjelaskan dengan detail kepada Bela.

Bella mengeluarkan ponselnya, membuka galeri foto lalu menunjukkannya kepada Fay

"Ini Karina?? Lalu anak ini? Karina gak pernah cerita dia punya adik." Fay melihat foto Karina yang sedang memeluk seorang bayi laki-laki.

"Itu anak Karina Pak. Axel Namanya. Di foto itu Axel masih umur 1 tahun." Bella mengambil kembali ponselnya dari tangan Fay

"M.. maksudnya? Karina sudah punya anak?" Fay merasa sangat terkejut

Bella mengangguk, "Iya ini Karina dan anaknya, namanya Axel."

Belum sempat Bella melanjutkan penjelasannya, teman laki-laki yang datang bersamanya tadi segera menarik tangannya untuk berdiri. Fay berusaha mencegah Bela untuk pergi sebelum dia menyelesaikan penjelasannya. Namun keadaan tida bisa membuat Bela banyak bercerita. Hingga akhirnya Fay kehilangan Bela karena Bela terlanjur pergi tanpa sempat ia tanya nomor telephone yang bisa dihubunginya.

Hingga beberapa saat lamanya Fay setia menunggu kabar karin lebih lanjut. Fay hanya bisa memantau dari jauh. Dia tak ingin pulang sebelum tahu kondisi Karin setelah operasi. Setia menanti, Fay tertidur di bangku panjang di depan ruang IGD. Karin dan keluarganya sudah tak lagi di sana. panik, Fay segera bertanya pada perawat kemana perginya Karin.

Rupanya Karin tengah menjalani operasi. Fay segera mendatangi ruang operasi. Belum sempat sampai di sana, seseorang mencegahnya.

"Nak Fay?"

"Bu...??"

"Saya ibunya Karin. Sebaiknya nak Fay jangan mendekat atau suami saya akan lebih marah lagi."

"Tapi kenapa om begitu marah padahal kita baru saja bertemu."

"Pulanglah dulu. Besok setelah situasinya memungkinkan, nak Fay bisa datang kembali."

Bu Fatma, memaksa Fay untuk pulang ke rumahnya. Dengan berat hati Fay menurut. Tanda tanya besar bersemayam di hatinya. Ada apa selama dia di Swiss kemarin? 

Karina, perempuan yang masih ia anggap sebagai kekasihnya yang tiba-tiba menghilang saat dirinya menjalani studi di Swiss selama lebih dari 2 tahun , kini membuatnya semakin bertanya-tanya.

Kemana Karina selama ini?

Kenapa ayahnya begitu marah hingga memukulnya?

Karina sudah menikah?

Karina sudah mempunyai anak?

Mengapa Karin tidak pernah memberinya kabar?

Fay melajukan sepeda motornya dengan kencang. Pikirannya kacau, teramat kacau. Dia memarkirkan sepeda motornya di halaman rumah. Dengan lemas lunglai dia membuka pintu rumahnya, mengganti bajunya lalu menyeduh secangkir kopi panas di dapur. Fay pun duduk di depan meja makannya, kepalanya ia sandarkan ke kursi, lalu mengatur nafasnya yang masih naik turun dan tiba-tiba saja dia meneteskan air mata. Tangisnya tidak terbendung. Marah, sedih, kecewa pada dirinya sendiri. Fay merebahkan tubuhnya di Kasur, matanya kosong menatap langit-langit.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!