Awal kisah

Seorang mahasiswi berjalan keluar dari ruang kelas dengan membawa setumpuk map di tangannya. Wajahnya tetap tersenyum ceria melewati gerombolan mahasiswi lain yang cuek dan asyik dengan pembicaraan mereka. Seorang temannya berlari mengejar, menawarkan bantuan untuk membawakan tumpukan map yang terlihat terlalu berat untuknya. Dengan senang hati ia memberikan bawaannya. Tangannya meraih sebuah pena yang tergantung di lehernya lalu mencatat pada sebuah buku kecil di tangannya.

"Dibawa kemana nih Rin?" tanya Arya

"Ke meja Bu Ufi di ruang dosen." jawabnya tanpa memindahkan mata dari catatan kecil yang ia genggam

Kakinya tersandung sebuah batu membuatnya terhuyung. Beruntung sebuah tangan menangkapnya sehingga membuatnya tak sempat menyentuh jalan paving itu.

"Ma..makasih.." matanya berbinar melihat sosok yang menolongnya,"Pak.." wajahnya tersenyum ceria

"Pak Fay... cieee.. ditolongin pak Fay." beberapa suara mahasiswa lain memanggil dosen favorit para gadis di kampus ini.

"Makasih ya Pak Fay." Karin tersenyum ceria

"Hati-hati kalau jalan." Fay berjalan melewati gerombolan geng mahasiswi yang memandangi dan memanggilnya dengan genit

Karin melanjutkan perjalannya menuju ruang dosen. Sesekali teman-teman perempuannya meledek karena melihatnya ditolong oleh Fay. 

Ya.. Fay adalah seorang dosen muda favorit para mahasiswa. Usianya masih muda dengan wajah tampan dan kemampuan mengajarnya yang menyenangkan. Setiap kali dosen ini datang ke kelas untuk memulai pembelajaran, para mahasiswa perempuan berebut untuk biss duduk di baris paling depan, atau mereka sekedar memanggil nama sang dosen sekedar menarik perhatiannya.

Meski sangat favorit di kalangan mahasiswi tak lantas membuat Fay menjadi sombong. Sikapnya selalu ramah dan cenderung pemalu membuat mahasiswi-mahasiswi semakin nge fans padanya.

Tak beda dengan yang lain, Karin pun kadang kala takjub setiap kali melihat Fay di ruang dosen atau saat diajar olehnya.

Dan siang ini, kejadian dia hampir terjatuh ini membuat mahasiswi yang lain sontak memburu Karin dengan berbagai cuitan canda.

"Cie yang ditolongin Pak Fay, ah coba kalau tadi gue yang jatuh.. Gue bakalan pura-pura pingsan biar digendong Pak Fay." kata salah seorang mahasiswi saat Karin duduk bersama teman-temannya.

"Dasar genit!!" jawab karin menyuap sepotong risole ke mulutnya.

"Pak Fay udah punya cewek belum sih?" tanya yang lain

"Nggak tahu." Karin masih saja makan

"Kan lu sering ke ruang dosen Rin, pasti tahu dikit lah tentang beliau."

"Mmmmm, aku belum pernah bawa tugas ke mejanya sih jadi nggak tahu yah." Karin menyudahi makannya lalu mengemas beberapa kertas ke dalam tas

"Mau ke mana lu?" 

"Ke perpustakaan, cari ide!" Karin setengah berteriak meninggalkan teman-temannya dan berjalan menuju perpustakaan.

Karin berjalan seorang diri menuju perpustakaan. Mata kuliah selanjutnya berlangsung satu jam lagi, karin berpikir untuk mengisi kekosongan itu dengan mencari ide untuk bahan skripsi meski baru akan dia hadapi di tahun depan.

"Heh.. gue cariin lu di sini." Seorang perempuan datang memukulkan buku besar ke pundaknya

"Tahu dari mana lu gue di sini?" tanya karin melepas kacamatanya

"Gue tanya temen-temen tadi lu di mana."

"Jam berapa si? Bentar lagi mata kuliah Bu Prapti yah? Haduh males banget sebenernya, bikin ngantuk." Gerutu Karin

"Tumben ibu ketua kelas kita ini males kuliah."

"Apalah aku hanyalah manusia biasa yang bisa males juga, Bel."

"10 menit lagi, yuk turun sekarang!" Bela beranjak mengajak sahabatnya itu keluar dari perpustakaan.

"Ngapain lu nyariin gue?"

"Oh iya lupa. Ini nih.. denger-denger pak Fay lagi nyari asdos loh. Lu nggak coba daftar? Lumayan kan bisa jadi asistennya Pak dosen ganteng." Bela memegang pipinya sendiri.

"Nggak ah, aku lagi mau fokus cari bahan skripsi."

"Yeee.... skripsi masih tahun depan buu.. Ngapain di pikirin sekarang. Kita KKn aja belum. Ah udah yuk bentar lagi masuk kelas nih."

"Ya apa salahnya cari ide sekarang, Nanti waktu KKn baru deh sambil dikerjain."

Di perjalanan menuju kelas, seseorang memanggilnya dari pintu ruang dosen yang dilewati Karin dan Bela.

"Karin.. Karin!" suara Ufi menghentikan kedua mahasiswi itu.

"Iya bu?" Karin mendekat kepadanya

"Eh Karin ada kelas nggak sekarang?"

"Ini mau ada kelasnya Bu Prapti bu, kenapa?"

"Oh, selesai jam berapa yah? Saya mau minta bantuan dikit."

"Ini mata kuliah terakhir saya hari ini si bu, Jam 4 selesai. Mungkin habis ini saya bisa bantu ibu."

"Oh, jam 4 yah??..." Ufi berpikir seraya melihat ke arah jam tangannya, "Oke deh, jam 4 kamu ke meja saya yah."

"Oke bu. Saya permisi."

Karin melanjutkan langkahnya menuju ruang kelas yang sudah dipenuhi teman-teman satu kelasnya. Matanya melihat sekeliling mencari bangku yang kosong untuknya dan Bela. Seorang laki-laki melambaikan tangannya sambil menunjukkan bangku kosong di sampingnya. Setengah berlari Bela justru mendudukinya sambil tersenyum.

"Terima kasih Arya..." Bela tersenyum girang bisa duduk di sebelah salah satu cowok keren di kelasnya

"Ah, gue nawari buat Karin bukan buat lu!" Arya terlihat jengkel

Karin melihat satu bangku kosong di samping tembok. Dia segera duduk di sana, dan menyapa seorang temannya.

"Yah, belum mulai kuliahnya udah ngantuk." kata Karin menduduki bangkunya

"Eh, iya nih, males banget kuliah." kata Joni

"Kapan si lu nggak males. Inget Jon, bentar lagi kita semester 7, saatnya skripsi."

Pembicaraan mereka terhenti saat dosen memasuki ruang kelas. Joni masih menempelkan wajahnya ke dinding kelas seperti cicak. Sesekali matanya menutup karena merasa mata kuliah ini sangat membosankan. Karin melihat Bu Prapti berjalan ke arahnya, melihat ke arah Joni yang sangat tenang.

Beberapa teman dalam kelas menahan tawa. Bu Prapti mengacungkan jari telunjuknya di depan bibir, seolah memberiku kode untuk diam saat Beliau mendekat.

"Jadi nak Joni, apa kah komunikasi eksternal itu?" Bu Prapti mendekatkan suaranya di samping telinga Joni

"Iya bu, pecel lele nya tadi satu tambah es teh." Jawaban Joni membuat semua yang ada dalam ruang kelas tertawa terbahak-bahak

Joni terkejut mendengar suara yang sangat ramai. Matanya terbuka, bibirnya mengecap. Dengan wajah lugu Joni menatap Karin yang tertawa ke arahnya.

"Apa?" Alisnya terangkat matanya melotot.

Karin menunjuk kalau di sampingnya ada Bu Prapti yang sedang menunggunya terbangun dari tidur. Wajahnya perlahan bergerak ke samping dengan senyum terpaksa.

"Eh, ibuu." jawabannya semakin membuat semua orang terpingkal.

"Jadi Joni, apa hubungannya media sosial dengan pecel lele dan es teh?" Semuanya bertepuk tangan dan bersorak menambah ramai kelas

Joni menggaruk kepalanya, merasa malu karena kedapatan tidur di saat jam kuliah. 

***

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!