Suara ribut dari arah dapur terdengar sampai kamar Zian sepagi ini, membuat pria itu terbangun dengan keadaan gusar.
Setelah kejadian semalam, Zian jadi tak bisa tidur dengan lelap, ini semua gara-gara gadis itu, haish!
"Berisik sekali!" Zian melenguh singkat, mengusap lehernya.
Charlie yang tengah membuka gorden kemudian menghampiri, "Emm, anu tuan ... " dia tampak ragu-ragu berucap.
"Ada apa? katakan saja, Charlie?" tukas Zian, berdiri dari ranjang lalu meregangkan sejenak otot-ototnya.
"Nyonya muda sepertinya sangat bersemangat untuk membuatkan anda sarapan, sehingga terjadi sedikit keributan di dapur."
Zian menghela nafas. "wanita itu lagi. kehadirannya seperti boomerang yang siap meledak kapan saja," dengusnya dalam hati.
"Yasudah, siapkan keperluan ku, hari ini aku akan berangkat pagi-pagi sekali." hanya itu yang di ucapkan Zian pada asisten yang telah membersamainya sejak kecil itu.
"Baik tuan." Charlie hendak menjalankan tugasnya, sampai tiba-tiba terdengar suara dentuman hebat dari arah dapur.
Terkejut sesaat, Zian dan Charlie saling melempar pandang sampai akhirnya kedua lelaki itu bergegas berlari ke sumber suara.
"Ada apa ini?" Charlie bertanya panik begitu pun dengan Zian yang sama kagetnya dengan situasi dapur yang berantakan saat ini.
Sementara Lyra yang terlihat menungguinya hanya berdiri membeku seperti patung.
'Kali ini apa lagi ulahnya?' batin Zian bertanya-tanya.
Sampai mendadak gadis itu berbalik, Zian dan Charlie sontak melotot ngeri.
Nampak lah wajah Lyra yang di penuhi cemong hitam, sambil memegang spatula, terlihat memelas.
"Ya ampun nyonya muda, kenapa wajah anda jadi hitam gosong begitu?" Charlie terkejut sekaligus menahan tawa. Tak tahan dengan wajah menghitam Lyra yang terlihat seperti badut saat ini.
"Oh my Gosh, my Zian juga ada di sini?!"
Terkesiap kaget, sontak saja Lyra berbalik lagi.
Ekpresi horor Zian seolah meminta penjelasan apa yang tengah terjadi.
"M- maaf tuan, bibi sudah melarang nyonya muda tadi tapi nyonya tetap ngotot ingin membuat sarapan sendiri untuk tuan," papar bik Merle, koki masak yang bertugas bagian dapur. Semua pelayan tak ada yang berani menatap, mereka hanya menunduk patuh.
Lyra menggigit bibir, setelah kericuhan yang terjadi karena dirinya, kondisi dapur tak ubahnya seperti kapal pecah. Dia takut Zian yang marah besar bisa mengusirnya dari rumah.
"AKU MINTA MAAF!" Lyra tiba-tiba saja sudah bersujud di hadapan Zian.
"Aku tahu aku salah, aku akan mengganti rugi kerusakan yang terjadi!"
Zian menghela nafas. Sudah tak terhitung berapa kali ia melakukan itu semenjak gadis ini datang.
"Bangunlah, tak ada yang meminta mu untuk bersujud."
Lyra mengernyit, menengadahkan wajah. "Kamu tidak marah kah?"
"Cepat berdiri sebelum aku benar-benar marah," ucap Zian terdengar tak main-main.
"Eh baiklah, baiklah aku berdiri."
"Jelaskan apa yang terjadi?" tanya Zian, dengan dua tangan bersidekap di depan dada, memicingkan mata ke arah Lyra.
"Ugh! Zian ku yang serius seperti ini kenapa terlihat sangat tampan sih? bukannya takut hatiku jadi berdebar."
"Cepat! kenapa hanya diam saja?!"
Suara tegas Zian kembali memaksakan Lyra bangun dari lamunan.
"Aaa, eum anu--?! jadi begini ... "
"Sebenarnya tadi tuh aku mau buat sarapan untuk mu jadi tercetuslah ide untuk membuat nasi goreng, awalnya semua baik-baik saja, karena aku ingin mengikuti tutorial seperti chef- chef di restoran aku membuat sedikit atraksi memasak tapi tiba-tiba saja boom! apinya meninggi begitu, aku kaget sampai berakhir muka ku yang gosong begini." Ia menerangkan dengan berapi-api.
Cara dan tingkah laku Lyra saat bagaimana dia berusaha menjelaskan kepada Zian malah terlihat lucu hingga membuat semua orang di sana menahan tawa kecuali Zian tentu saja.
"Eh, kenapa kalian jadi ketawa?" gadis itu bingung.
"nyonya muda lucu saat menjelaskan begitu, seperti anak kecil," kata Charlie ingin sekali melepaskan tawanya jika saja tatapan sang tuan yang dingin tidak mengarah padanya saat ini.
"Ahahaha, benarkah?" Lyra cengengesan mengusap kepalanya yang sebenarnya tak gatal. "maaf ya karena aku, semuanya jadi repot."
"Sebenarnya tidak apa-apa nyonya--"
"Diam semuanya!" interupsi Zian yang galak membuat suasana hening seketika, Charlie yang tengah berbicara pun kontan mengatupkan bibir rapat-rapat.
"Tinggalkan kami berdua dulu!"
Semua pelayan sontak membungkuk hormat lalu melipir pergi, begitu pun dengan Charlie. Sementara Lyra hanya bisa menunduk dengan memejamkan mata.
Zian mengikis jarak mereka berdua. "Belum ada seminggu kau berada di sini tapi sudah membuat kekacauan hingga seperti ini."
Suara Zian yang dingin dan penuh ketegasan membuat Lyra merinding, susah payah ia menelan ludah.
"Kau benar-benar menyusahkan ya?!" Zian mencibir, namun lagi-lagi gadis itu hanya diam menunduk.
Mata elang Zian diam-diam memperhatikan Lyra dengan lekat, gadis itu terlihat ketakutan hingga tanpa sadar membuat sesuatu dalam dadanya tergerak ingin melindunginya dari apapun. Melihat Lyra seperti menatap dirinya sendiri saat kecil yang melihat kedua orang tua nya bertengkar.
"Lihat aku, kenapa hanya menunduk?"
"Aku--" Lyra tak bisa berkata-kata, lidahnya terasa keluh.
"Aku apa? katakan dengan benar."
"Aku kan sudah minta maaf, apa tidak cukup?"
Grepp! mendadak saja tangan Lyra di tarik paksa hingga keduanya berhadapan.
"Tentu saja tidak cukup."
Zian mensejajarkan tubuhnya dengan postur tubuh Lyra yang pendek.
Lyra memejamkan mata deg-degan saat nafas hangat Zian menerpa wajahnya.
"Ingatkan ini di otak mu, malam ini temui aku di kamar aku akan memberikan hukuman yang setimpal untuk mu."
"Eeeehh! Argggh!" suara cempreng Lyra dengan cepat menjalar ke seantero ruangan.
"Tapi- tapi hukuman apa yang akan kau berikan?" Lyra berteriak panik.
Sementara Zian sudah berbalik pergi tanpa menjawab pertanyaannya.
Tubuh Lyra luruh ke lantai, bibirnya mengerucut sebal, ia terlihat ngedumel sesuatu yang pasti wajahnya yang menghitam terlihat memelas. Ia sedang mengasihani diri sendiri.
Sementara tanpa Lyra ketahui, diam-diam Zian barbalik dengan mengulas seutas senyum jahil.
Ternyata mudah untuk merengkuh seorang Lyra dalam genggamannya. Kali ini giliran Zian yang menang.
...----------------...
Seharian Lyra di buat lesu memikirkan kata-kata Zian tadi pagi, sebenarnya apa tujuan dan maksudnya itu? kalau ingin memberikan hukuman kan bisa saja langsung perintahkan padanya tidak harus menunggu sampai malam apalagi jika harus menemuinya di kamar.
"Aish menyebalkan! bisa gila aku mikirin terus!" Lyra cemberut.
"Nyonya muda!"
"Astaga monyet!" Lyra terperanjat tanpa sadar mengeluarkan kata-kata mutiara.
"Ya ampun saya sampai di samakan sama monyet. Nyonya sungguh kejam hiks!" ucap Charlie begitu mendramatisir.
"Abisnya pak Charlie ngagetin sih!" Lyra menegakan posisi duduknya di atas sofa.
"Pak Charlie, akutuh lagi bingung."
"Bingung kenapa nyonya?" Charlie merasa prihatin.
"Gak tau, aku juga bingung kenapa aku bisa bingung."
Charlie di buat tepuk jidat. "Cekekk saja saya nyonya cekekk!"
Lyra tertawa. "Lebay ah."
"Sebenarnya aku bingung, Zian suami ku itu kenapa ya bisa ganteng banget? apa saat dia di ciptakan Tuhan lagi bahagia sampai-sampai bisa menciptakan cocok sesempurna dia."
"Nyonya."
"Eh upil kuda!" Lyra tersentak saat Charlie menatap horor padanya.
"Seriusan deh Nyah, mending cekekk saya aja daripada saya harus menghadapi tingkah abrsud nyonya ini!"
Lyra tertawa lagi. "Iya maaf pak Charlie, aku cuma lagi bosan aja."
Wajah Charlie melunak ia ikut tersenyum. Tanpa sadar keakraban keduanya semakin intens meski baru beberapa hari berkenalan, sifat humble dan humoris yang di miliki Lyra membuatnya langsung di sukai semua orang yang ada di mansion ini mungkin belum termasuk tuannya, namun Charlie senang sekaligus bersyukur dengan kehadiran Lyra membuat mansion yang selalu suram ini tampak bernyawa.
"Bingung hukuman apa yang di maksud kan Zian untuk ku nanti ya." Lyra mendessah pelan.
"Nyonya muda tak perlu khawatir, meskipun di luar tuan terlihat dingin dan cuek, tapi di dalam hatinya beliau mempunyai hati yang soft, selembut boneka Annabelle."
"Kok Annabelle? serem dong, hello Kitty kali."
"Ah, itu dia maksud saya. Hehe, maklum saya kurang tau jenis-jenis boneka, tapi yang pasti tuan tidak akan sekejam itu pada nyonya."
Lyra manggut-manggut mengerti. "Kamu benar Cherlie. Aku juga tidak akan menyerah hanya karena hal ini!" api tekad Lyra kembali berkobar-kobar, semangat juang inilah yang Cherlie suka dari sang nyonya.
"Seperti kata pepatah, masih banyak jalan menuju Roma, begitupun dengan cinta ku kepada Zian, aku berjuang!" Lyra mengacungkan kepalan tangannya tinggi-tinggi.
Charlie ikut melakukan hal yang sama, memberikan support kepada gadis itu. "Semangat nyonya muda!"
Lalu keduanya tertawa terbahak-bahak, sementara Zian yang tanpa sengaja sedari tadi menyender pada tembok memperhatikan tingkah laku mereka hanya menggeleng pelan.
***
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments