Marry Again!

Marry Again!

Bab 1

7 Tahun kemudian ...

Langkah itu terburu- buru meraih tas yang dia sampirkan di bahu dengan sebelah tangannya sibuk menggulir ponsel "Ya, Miss saya segera datang," ucapnya dengan bibir meringis saat mendengar seorang wanita di seberang sana bicara panjang lebar.

"Ya, maafkan saya..." Baru saja dia akan membuka pintu,pintu terbuka dari luar hingga menampakan seorang pria tampan dengan tubuh tegap dan terlihat dewasa di usianya yang baru 23 tahun.

"Ada apa?" melihat sang kakak pergi terburu- buru membuat Daniel tak bisa tak mengerutkan keningnya.

Alana menghela nafasnya "Joana membuat ulah lagi." Daniel mengerjapkan matanya, ulah apa lagi yang di buat oleh keponakannya itu.

"Aku akan antar-"

"Tidak, biarkan kakak sendiri, lagi pula kamu harus kembali ke kantor." memang benar karena Daniel sedang istirahat makan siang dan sengaja pulang untuk makan siang di rumah, jarak dari kantor dan rumah yang lumayan dekat membuat Daniel memilih pulang dari pada makan diluar. "Makanlah kakak sudah siapkan makan siang," katanya sambil berlalu pergi.

Alana memasuki mobil dan memacunya dengan kecepatan penuh, mengingat putrinya yang sering melakukan ulah di sekolah, entah apa yang dilakukan bocah itu sekarang hingga membuat gurunya marah.

Sudah sering kali Alana mendapat peringatan karena ulah Joana yang keterlaluan pada teman sekelasnya, putri kecilnya itu kerap melakukan keisengan hingga teman sekelasnya menangis.

Alana terkekeh mengingat salah satu kenakalan Joana, Joana menaruh katak di tas salah satu anak murid, bukannya Alana mendukung Joana melakukan itu karena setelahnya Alana juga memarahi Joana dan menghukumnya, namun sungguh Alana merasa lucu melihat bocah lelaki yang Joana kerjai mengompol di celana karena takut katak.

Dan sekarang kenakalan apa lagi yang di lakukan Joana.

Tiba di sebuah sekolah dasar Alana memacu langkahnya ke arah ruang kepala sekolah dimana putrinya berada, dan begitu masuk ke ruang kepala sekolah, Alana melihat pemandangan yang membuatnya meringis "Baguslah Nyonya, anda sudah datang," ucap kepala sekolah menghela nafasnya lega "Lihatlah apa yang putri anda lakukan pada teman sekelasnya," tunjuk kepala sekolah pada Joana.

"Selain membuat teman sekelasnya ketakutan Joana juga membuat dia basah kuyup," kata wali kelas Joana juga.

Bagus sekali dia di kepung oleh kepala sekolah dan wali kelas Joana, belum lagi Alana harus menghadapi orang tua murid yang Joana kerjai.

Alana menatap Joana yang menunduk tak mau mendongak mungkin dirinya sendiri memang merasa salah. "Maafkan saya Bu, Miss dan Nyonya, saya tahu Joana bersalah, saya akan berusaha memberi pembelajaran padanya agar tidak melakukan kesalahan lagi," ucap Alana menunduk merendahkan punggungnya.

"Cih, sudah seringkali putrimu melakukan itu." terdengar si orang tua murid berdecih "Tidak hanya anakku, bahkan anak- anak yang lain juga kerap kali mendapat kenakalan dari putrimu."

Alana diam, dia mengakui kenakalan Joana "Saya sungguh minta maaf, tapi biasanya Joana tidak akan melakukan kenakalan tanpa alasan."

"Masih mau mengelak, dan menyalahkan orang lain, kamu sendiri tidak bisa menjaga putrimu dengan baik, ck ... Bagaimana bisa? Ya, karena kamu sibuk bekerja dan tidak memperhatikan putrimu, itu alasan yang klise, tapi apa yang aku harapkan dari seorang janda sepertimu, sekarang aku mengerti tentang pribahasa seorang anak itu berkaca dari ibunya, dia itu anak perempuan, apa jadinya jika kecilnya sudah begini." tatapan orang tua murid itu begitu merendahkan Alana, dan Alana hanya bisa menghela nafasnya.

Alana menatap Joana yang kini menatap ke arahnya, seolah mengerti jika sang mama telah disalahkan karena ulahnya, mata gadis itu menampilkan rasa bersalah.

"Baiklah kita bisa selesaikan ini baik- baik," ucap kepala sekolah akhirnya, mendengar ucapan yang sudah melenceng dia harus segera meluruskan.

"Aku ingin anak itu di keluarkan dari sekolah!"

Degh,

"Ini sudah semester dua dan anak itu tak pernah berubah, aku tidak mau anakku terus terganggu dengan kenakalannya."

"Bila perlu aku akan melakukan petisi, aku yakin semua wali murid akan setuju!" ucapan orang tua murid itu semakin menyudutkan Joana.

....

"Ana, lihat Mama!" Alana duduk di hadapan putri kecilnya yang kini masih menundukkan wajahnya dan terus diam tanpa menjawab pertanyaan Alana.

Joana mendongak menatap Alana "Aku hanya kesal dia terus mengejekku tak punya ayah, memang apa salahku jika aku tak punya ayah." Alana tertegun benar ini bukan salah Joana, tapi ini salahnya sendiri.

Tenggorokan Alana tercekat sulit sekali rasanya mengeluarkan suara. Kata maaf sepertinya terlalu sering Alana ucapkan pada Joana putri kecilnya yang tak pernah melihat wujud dan kasih sayang seorang ayah, ya ... ini salahnya, tapi sungguh bukan maksud Alana menjauhkan seorang putri dari ayahnya, namun keadaan yang memaksanya untuk berpisah, juga restu yang tak di dapat dari ibu Gabriel yang membuat Alana menyembunyikan keberadaan Joana. Dengan berbagai pertimbangan Alana memilih pergi dan membawa Joana yang masih dalam kandungan.

Ya, setelah Gabriel menceraikannya Alana mengetahui jika di dalam perutnya ada bayi buah dari cinta mereka, setiap kali mengingatnya selalu timbul rasa bersalah pada Gabriel karena sudah menyembunyikan keberadaan Joana, tapi apa yang bisa Alana lakukan, Alana hanya takut mertuanya melakukan hal buruk pada bayinya, mengingat kekejaman yang dilakukan wanita itu demi menjauhkannya dari Gabriel.

"Lalu apa yang kau lakukan pada Kevin?" Kevin adalah korban dari kejahilan Joana hari ini dan nyaris membuat Joana di keluarkan dari sekolah, jika saja dia tak di beri satu kesempatan oleh kepala sekolah.

"Aku hanya menakutinya menggunakan kain putih, menjadi hantu lalu dia lari dan masuk ke kolam angsa hahaha ... " tawa Joana terhenti saat melihat tatapan tajam dari Alana.

"Kamu tak boleh melakukan itu Ana!" peringatan Alana membuat Joana menunduk "Bagaimana jika kolam angsa itu dalam, dan bagaimana jika Kevin tidak bisa berenang?" ya, beruntung kolam angsa di dekat sekolahnya tidak terlalu dalam hingga Kevin bisa bangun sendiri meski tubuhnya di penuhi lumpur dan bulu angsa.

"Maaf," lirihnya.

Alana menghela nafasnya "Kemari!" Alana menggerakkan jarinya meminta agar Joana mendekat, dan tanpa menunggu lama bocah kecil itu meraih tangan Alana dan mendudukan dirinya di pangkuan Alana.

Alana memeluk tubuh gadis kecilnya dan memberikan kecupan di seluruh wajahnya. "Maaf membuat mama bersedih," ucap Joana.

Alana menggeleng lalu kembali mengecup pipi Joana. "Siapa bilang Mama bersedih?"

"Karena aku nakal hari ini."

"Mama tidak mendukungmu melakukan kenakalan, tapi jangan pernah diam saat orang lain meremehkanmu." jangan seperti mama yang memiliki ketakutan hingga hanya diam ditindas orang lain, lanjutnya dalam hati.

Joana mengangguk "Aku tidak akan nakal pada teman yang baik."

Alana terkekeh "Baiklah kamu mau eskrim?"

Joana menggeleng "Eskrim makanan anak kecil aku sudah besar jadi tidak memakan eskrim." Alana mengerutkan keningnya.

"Sejak kapan eskrim jadi makanan anak kecil?" tanyanya bingung.

"Sejak hari ini," ucapnya tegas.

"Om Daniel bilang, jika sudah besar aku harus melindungi Mama, dan mulai sekarang aku akan melindungi mama karena aku sudah dewasa, dan karena aku sudah dewasa aku tak memakan eskrim."

Terpopuler

Comments

Rahmawati

Rahmawati

Joana keren

2024-09-26

0

Eris Fitriana

Eris Fitriana

Ternyata ada buah cinta Alana dan Gabriel...

2024-05-09

0

Anonymous

Anonymous

keren

2024-03-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!