Bruggghh...
Widia membanting tasnya di depan Ruri dan membuat Ruri kaget sampai Ruri pun kesal dengan tingkah lakunya Widia.
“Kamu kenapa sih Widia, malu diliatin orang tau gak. Emangnya ini di rumah kamu,” kata Ruri.
Widia tidak menjawab satu kata pun dan langsung duduk.
Suasana Restaurant sangat tidak mendukung suasana hati Widia yang sedang emosi karena kekesalannya.
Walaupun Widia memiliki paras yang cantik, tetapi jika ia sudah marah tidak ada yang bisa meredakannya jika bukan dia sendiri yang membuat hatinya tenang.
“Kamu itu kenapa Widia? Bisa gak sih gak marah-marah?” tanya Ruri.
“Kamu tau gak sih Kak Rur aku itu kesel banget. Coba bayangin, aku yang sebangku sama Dika gak di anggap sedikitpun sama dia, malah si Ocha sama Elsa yang di perhatiin sama dia,” kelutus Widia kepada Ruri.
“Oh jadi kamu cemburu sama mereka, kalo aku gak mau bayangin sih karena itu bakalan buat aku sakit hati,” jawab Ruri kepada Widia.
“Oh ya ampun itu kak maksud aku, aku sakit hati tau bayangin mereka. Kak aku tuh kesel banget sama Dika dia nolongin Ocha kemarin, membawa dia ke UKS. Terus kenapa gak minta tolong sama yang lain aja coba kenapa Dika sih.” Kata Widia sewot.
Mendengar ocehan Widia, Ruri pun meninggalkan Widia untuk memesan makanan. Tak lama Ruri pun kembali sambil membawa sedikit snack dan melahap snack tersebut.
“Udahlah gak usah bahas soal Dika, mending kamu cepet pesan makanan sana!” suruh Ruri kepada Widia.
Lalu Widia pun menurut apa yang dikatakan oleh Ruri akhirnya dia memesan makanan, lalu mereka makan bersama dan melupakan sejenak masalah Dika.
Dika yang sedang sibuk berkutat dengan absenan para siswa pun sempat memikirkan Ocha, entah apa yang sedang mempengaruhi fikirannya sampai dia tidak bisa melupakan Ocha.
Akhirnya Dika pun menelpon Elsa dan bertanya soal kabar Ocha tanpa Ocha tau.
Begitu mendengar kabar Ocha yang baik-baik saja, Dika merasa tenang karena fikirannya kini tidak kacau lagi dan fokus kepada pekerjaannya kembali.
Keesokan harinya, Widia dan Ruri berangkat kekampus dan duduk di kelas sambil menunggu kedatangan Dika.
Yang ditunggu pun akhirnya datang, sama sekali tidak ada tegur sapa diantara mereka karena ya memang, Dika akan bicara jika dia mau karena Dika pun tidak mau bicara.
“Dika..” Widia memulai pembicaraannya kepada Dika.
“Hmm...” kata Dika.
“Kamu udah sarapan belum? Liat deh aku bawa nasi goreng buat kamu nih,” memberikan nasi goreng nya kepada Dika.
“Maaf Widia, aku udah sarapan tadi. Buat
kamu aja kalo enggak ya buat Ruri,” kata Dika.
Penolakan dari Dika untuk Widia membuat hati Widia bertambah sedih, karena Widia membuat nasi goreng itu dengan sepenuh hatinya. Tetapi Dika menolak dan bahkan mengabaikannya.
Lalu Ocha dan Elsa pun datang dengan membawa Karya Ilmiahnya.
“Cha kamu udah baikan?” tanya Dika kepada Ocha.
“Ia udah kok Dika,” jawab Ocha.
“Itu Karya Ilmiah kita ya, boleh aku liat?”
lalu Ocha pun memberikan Karya Ilmiah itu kepada Dika, lalu Ocha pun duduk di bangkunya sambil memainkan hp. Dika pun menghampiri Ocha.
“Ini bakalan dikumpulin sekarang kan Cha?“ tanya Dika.
“Ia kan emang jadwalnya dikumpulin sekarang!” kata Ocha.
“Ya udah biar nanti aku yang kumpulin yah,” kata Dika.
Ocha hanya menganggukan kepalanya.
Lalu Dika pun kembali ke tempat duduknya sambil membaca Karya Ilmiahnya lagi.
“Kak Ruri liat deh Dika beda banget sama aku, apa jangan-jangan Dika suka lagi sama Ocha,” bisik Widia kepada Kak Ruri.
“Kamu itu jangan curigaan kenapa sih, kamu suka sama Dika banget yah Wid?” tanya Ruri.
Memang benar, Widia mempunyai perasaan kepada Dika tapi widia tidak bisa membuat hati Dika luluh dan bahkan Dika sangat jauh dengan Widia. Apalah daya, Widia hanya bisa kesal karena memendam perasaannya kepada Dika.
Mata kuliah pun berlangsung. Kini yang mereka pelajari adalah Psikologi, Dika masuk kelompoknya Widia dan Ruri. Sehingga membuat Widia bahagia karena dapat kelompok bareng bersama Dika.
Di taman sekolah Widia menghampiri Ocha dan Elsa.
“Hai...hai...hai, Ocha bagus deh, sekarang kamu gak satu kelompok sama Dika. Jadi aku gak akan khawatir,” kata Widia.
“Khawatir? Kamu itu cemburu, kamu suka sama Dika?” tanya Elsa kepada Widia.
“Aduh udah deh yah mau aku cemburu atau enggak yang penting aku seneng karena Dika jauh dari kalian!” kata Widia.
“Terserah deh aku gak mau urusan sama kamu Wid, kamu terlalu berlebihan tau,” kata Ocha kepada Widia.
Ocha dan Elsa gak habis fikir kenapa Widia seperti itu, padahal Dika dan Ocha tidak ada hubungan apa-apa hanya sebatas teman saja. Tapi widia begitu marah ketika Dika dekat dengan Ocha, Elsa pun jadi ikutan marah karena keegoisan Widia.
“Kamu jangan egois dong Wid!” kata Elsa kepada Widia.
“Udah El gak usah ribut biarin aja lah!” kata Ocha.
Dika pun datang memberikan buku kepada Widia yang kebetulan tadi Dika pinjam.
“Nih buku kamu, makasih ya,” kata Dika.
“Oke sama-sama Dika,” kata Widia.
Lalu Dika pun meminta Ocha untuk ikut dengannya dan Ocha pun mengikutinya tanpa menghiraukan Widia.
“Lihat kan Wid, Ocha tetap Ocha kamu tetap kamu, kamu gak mungkin bisa misahin mereka, walaupun kamu marah sekalipun kalo jodoh tetap akan berjodoh!” senyum sinis keluar dari bibir Elsa.
“Kamu tuh yah awas aja aku gak akan biarin,” kata Widia.
Widia pun pergi meninggalkan Elsa sendiri.
Elsa pun dapat telpon dari mamahnya bahwa dia harus segera ke butik, karena butik sedang ramai dan Elsa pun pergi tanpa bilang kepada Ocha karena buru-buru.
“Kamu kenapa lagi Widia?” tanya Ruri.
“Apa sih bagusnya Ocha Kak Ruri? Kenapa Dika deket terus sama Ocha?” tanya Widia.
“Ocha itu baik, cantik, pinter. Tapi kamu juga gak jauh beda sih sama Ocha, yah mungkin Ocha punya kharisma sendiri kali Wid, lagian udah deh kamu gak usah terlalu emosi gitu,” kata Ruri.
“Aku tuh kesel banget kak,” duduk sambil mau menangis dan menundukan kepalanya di meja.
Ruri pun mengelus pundaknya Widia menenangkan Widia agar Widia tidak sedih lagi.
“Udah jangan sedih, aku selalu dukung kamu kok sama Dika,” kata Widia.
Widia pun merasa senang mendengar ucapan Ruri, memang Ruri selalu menjadi penenang untuk Widia.
Di suatu tempat, Dika dan Ocha pun masih berbincang.
“Kamu ngapain ajak aku ke perpustakaan? Oh ia ngomong-ngomong makasih ya kamu udah nolong aku, aku ngerasa berhutang deh sama kamu,” kata Ocha.
“Kamu bahas apa Cha? Sekarang aku ajakin kamu kesini karena aku mau kita revisi Karya Ilmiah, kata Ibu Sinta masih harus di Revisi dan masih ada yang salah." Kata Dika tanpa menghiraukan ucapan terima kasih Ocha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
dede beiibeh
pelan_pelan bacanya😁
2020-12-18
1
Rich One
boom like untukmu...aku suka karyamu Thor
2020-10-27
1
Naoki Miki
haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
Cuss bacaa jan lupa tingglkan jejakk🤗
tkn prfil q aja yaa😍
vielen danke😘
2020-10-19
1