4

Bak orang yang tidak mengenal satu sama lain dan seolah pernikahan kemarin hanya angin lalu yang ada di dalam mimpi. Baik Marvin maupun Ayara, sama-sama tidak menegur sapa satu sama lain. Bahkan, saat berada di satu meja makan. Keduanya, tidak ada yang membuka suara. Melirik pun mereka enggan.

“Ck ... padahal aku gak suka tomat,” gerutu Ayara pelan, saat di nasi goreng miliknya terdapat potongan tomat kecil.

Perkataan Ayara, tentunya didengar dengan jelas oleh Marvin, yang memang keberadaannya tidak jauh dari Ayara. Karena mereka sama-sama tengah menikmati sarapan.

Marvin mendengus kecil. “Kebiasaan!” gumamnya sangat pelan, tak ingin memancing perdebatan.

Hal itu sudah terjadi berhari-hari sejak mereka berada di bawah atap yang sama. Mereka sama-sama teguh dan konsisten dengan pendirian masing-masing untuk tidak saling ikut campur dalam urusan pribadi masing-masing.

Selesai dengan sarapannya. Ayara bergegas mencuci piring bekas makannya, lalu dia berbasa-basi singkat dengan ART yang bekerja di rumah Marvin. Untuk memberitahu perihal makanan yang tidak dia suka.

“Mbok ... lain kali makanan untuk aku, jangan kasih tomat, ya. Soalnya aku gak suka,” ujar Ayara dengan ramah dan tersenyum lebar.

Setelah mendapat anggukan dari ART-nya. Ayara pun pergi dari tempat makan itu. Tanpa mau repot-repot untuk menoleh ke arah Marvin. Bukannya, memang ini yang diinginkan oleh Marvin? Jadi, Ayara akan dengan senang hati menurutinya.

Tanpa Ayara sadari, Marvin melirik kepergiannya dalam diam. Cih! Bisa banget tuh muka biasa aja, setelah semua yang dia lakukan?

Lantas, tak membuang waktu lebih lama lagi. Begitu Ayara berangkat, pria itu pun bergegas untuk berangkat juga. Hal itu, sengaja Marvin lakukan, sejak menikah dengan Ayara.

Diam-diam dia selalu membuntuti wanita yang sudah menjadi istrinya itu, untuk memastikan Ayara sampai dengan selamat di kantor milik mertuanya. Beruntungnya, kantor milik Marvin harus melewati kantor mertuanya. Jadi, dia tidak perlu bersusah payah mencari alasan, jika nantinya Ayara memergokinya.

Merasa Ayara sudah sampai dengan selamat, Marvin langsung menancap gasnya. Supaya cepat sampai ke kantor milik ayahnya. Terlebih, hari ini dia harus melakukan rapat dua kali. Jadi, dia tidak mau sampai telat.

***

Ayara begitu serius dengan pekerjaannya yang menumpuk. Di kala sedang bekerja. Ayara memang akan menyelesaikan pekerjaannya dengan fokus dan sepat. Dia sangat profesional, meskipun dia adalah anak dari pemilik perusahaan itu.

Walaupun begitu, Ayara tidak angkuh dan sombong kepada para pekerjanya. Karena, di saat sudah senggang. Wanita itu suka bercanda dan menyapa ramah para staf yang bekerja dengannya. Tidak jarang juga, dia suka membeli makanan untuk dibagikan kepada para stafnya. Hal itu membuat para pekerja merasa betah dan nyaman.

“Permisi, Mbak Aya,” sapa salah seorang staf bernama Rendi. Tepatnya, dia adalah asisten Aya.

Aya yang fokus akan layar komputer di depannya. Sontak berhenti, dan menoleh ke arah Rendi. “Ada apa, Ren?”

“Begini, Mbak. Pihak distributor memajukan jadwal temunya, menjadi siang nanti dan mereka minta untuk bertemu di luar,” papar Rendi dengan hati-hati.

Ayara mengangguk. “Kamu atur saja. Kalau kiranya saya tidak ada jadwal pas jam makan siang, kita bisa datang,” balas Ayara tidak mengambil pusing.

Mendengar itu, Rendi tersenyum lebar. Inilah yang pria itu sukai bekerja dengan Ayara. Wanita itu tidak pernah drama dan selalu menganggap apa pun dengan positif, tidak mau ribet. Makanya, tidak heran para pekerja di sini betah dan nyaman.

“Baik, Mbak. Nanti tempatnya di EatMeat Resto,” terang Rendi lagi, sebelum dia pamit kembali bekerja.

***

Saat makan siang tiba, Ayara bersama Rendi sudah berada restoran tempat mereka bertemu dengan pihak distributor, mengenai produknya yang sempat mengalami kendala.

Tidak menunggu waktu lama, distributor yang ditunggu oleh Ayara tiba. Mereka pun saling berdiskusi perihal masalah yang terjadi. Kegiatan itu memakan waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya bisa menemukan titik terang.

Ayara pun tersenyum lebar sembari menyalami pihak distributor yang akhirnya mau mengikuti idenya. Setelah, pihak distributor itu pamit pergi. Rendi berdecak kagum, menatap Ayara.

“Ck ... ck Mbak Ayara memang keren! Gak nyesel saya kerja sama Mbak kalau kayak gini,” lontar Rendi terkagum-kagum.

Hal itu tentunya membuat Ayara tergelak. “Kamu bisa saja! Ya sudah ... kamu pesan, gih, buat makan siang kita. Saya sudah lapar.”

Setelah menyuruh Rendi untuk memesan makanan. Ayara menyibukkan dirinya dengan ponsel miliknya. Bahkan, sampai makanan tiba, Ayara masih fokus dengan ponselnya untuk melihat sosial media. Wanita itu juga menyempatkan diri untuk mengabadikan makanan yang ada di depannya untuk dia unggah ke media sosial miliknya.

Di tengah fokus dan asyiknya Ayara dan Rendi menikmati makan siang dengan sedikit bercanda. Ada sepasang mata yang menatap ke arah mereka berdua dengan tajam. Dia mengeraskan rahangnya melihat interaksi keduanya, yang begitu dekat.

Sial! Ternyata sampai menikah pun dia masih tetap sama.

“Pak Marvin ... ada apa?”

Teguran dari seorang kolega bisnisnya, membuat Marvin yang tengah menatap tajam Ayara, seketika beralih kepada kolega bisnisnya. Dia mengontrol nafasnya, dan menarik tipis bibirnya. “Tidak apa-apa. Mari silakan ke tempat yang sudah saya preservasi.”

Kolega bisnis Marvin pun mengangguk dan kembali melangkahkan kakinya. Begitu pula dengan Marvin, meskipun sesekali dia masih menoleh ke tempat di mana Ayara berada.

Sepanjang obrolannya dengan kolega bisnisnya. Marvin sama sekali tidak bisa fokus. Itu akibat dari matanya yang tidak bisa diajak kerja sama. Iya, matanya selalu mencuri pandang ke arah istrinya berada. Di mana sang istri tengah makan bersama dengan pria lain.

Dada Marvin semakin memanas saat tanpa sengaja, dia melihat tawa lepas Ayara. Yang tidak pernah dia dapatkan. Padahal, mereka sudah berada di bawah atap yang sama.

“Pak Marvin ... apa ada sesuatu yang salah?” Kolega bisnis Marvin kembali bertanya dengan cukup keras, saat mendapati Marvin tidak fokus.

Marvin cukup tersentak. Lantas, dia meminta maaf kepada koleganya. “Maaf, Pak. Anda bisa lanjutkan presentasinya,” ujarnya dengan merasa bersalah.

Namun, baru sebentar dia mendengarkan presentasi dari koleganya. Lagi dan lagi, matanya mencuri pandang ke arah Ayara. Kali ini, darah Marvin sudah mendidih. Tatkala dia melihat begitu dekatnya wajah Ayara dengan seorang pria yang mencoba mengambil sesuatu di wajah wanita itu.

“Sialan!” Marvin mengumpat kasar tanpa sadar. Membuat beberapa pasang mata menatap ke arahnya. Tak terkecuali Ayara.

“Marvin.” Ayara bergumam lirih.

Mata sepasang pengantin baru itu bertemu pandang satu sama lain dalam sekian detik. Sampai pada akhirnya, Ayara memutuskan pandangan itu lebih dulu. Membuat Marvin semakin mengetatkan rahangnya.

“Pak Marvin! Jika Bapak tidak bisa serius. Lebih baik kerja sama ini dibatalkan saja!”

Mendengar itu, tentu saja membuat Marvin tersentak. Bahkan, dia hampir saja mengumpat lagi. Namun, segera dia tahan. Karena, dia tidak ingin kerja sama yang akan terjalin kacau seketika.

Damn it, Ayara!

*

*

*

Jangan lupa like, komen dan subscribe ya guys 😘

Terima kasih

Terpopuler

Comments

Erni

Erni

cemburu tu 🤣

2024-03-08

0

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

aya po merv yg tingkah....kek nya gagal paham ya

2024-01-09

0

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

sekertarisnya itu viinnn....😂

2024-01-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!