Usai menerima bungkusan dari Al, John masih penasaran dan ingin mengobrol lebih lama. Ia memberikan tips pada pemilik toko untuk menyewa Al sebagai teman bicara. Setelah mendapat izin, John menunggu Al menyapanya.
"Al, untuk hari ini kamu bebas karena Tuan John telah menyewa jasamu. Silakan layani dia."
"Tapi, Pak, mana bisa begitu? Ini di luar pekerjaan saya."
"Kamu bekerja dengan saya. Ini termasuk pekerjaanmu juga, karena Tuan John tidak mengajakmu keluar."
"Baiklah, Pak." Al tak mungkin melawan atasan karena dia sangat butuh pekerjaan ini.
Meski hatinya menolak, Al menghampiri John dan duduk di hadapannya dengan sopan, tersenyum agar terlihat baik.
"Apa beginilah cara orang kaya menuruti keinginannya?" John menaikkan sebelah alisnya.
Kemudian dia tersenyum, mengerti arah pembicaraan Al. Selain cantik, wanita di hadapannya juga punya mulut yang tegas.
"Maaf jika kamu tidak menyukainya. Saya hanya butuh teman untuk mengobrol. Kebetulan kamu adalah orang yang asyik untuk diajak bicara."
"Apa benar begitu?" John mengangguk.
"Tapi maaf, Tuan John, apakah baik mengobrol terlalu lama dengan istri orang?"
Deg...
John terpaku. Apakah Al sudah menikah, atau John salah menduga?
"Isi pikiran Anda benar, Tuan John. Saya sudah menikah." John kembali terpaku karena Al bisa membaca pikirannya.
"Ahaha... Oh my God! Maaf, maaf. Apa semudah itu menebak isi pikiran saya?" John masih tertawa menyadari sikap konyolnya.
"Tidak ada yang sulit untuk menemukan sesuatu yang dicari, asalkan fokus dan tidak salah target."
"Baik, baik. Kamu memang sedikit misterius, Nona Al. Apa kamu asli penduduk negara ini? Maaf, saya hanya ingin tahu."
"Tidak." Ucap Al, membuat John terdiam.
"Menurut penglihatan saya, kamu pasti berasal dari negara XX. Apakah tebakan saya benar?" Al terdiam karena dia sendiri pun tak tahu dari negara mana dia berasal.
"Maaf, Tuan John, apa ada hal lain yang ingin Anda tanyakan?" Kilah Al.
"Bisakah kamu menjawab pertanyaan dari saya? Mungkin kamu butuh petunjuk." Al menatap John serius dan penuh tanda tanya.
"Tinggalkan kartu nama Anda. Jika saya perlu informasi, saya akan menghubungi Anda." Tutur Al, membuat John gembira.
"Ini lengkap beserta alamat saya di sini. Tenanglah, Nona, saya akan membantu."
Al mengangguk, lalu mereka mengganti topik pembicaraan karena Al tak ingin ada yang mendengar percakapan serius mereka. Mungkin John adalah petunjuk baginya tentang kisah masa lalu yang selalu ditutupi oleh suaminya.
Sepulang dari toko, Al tak langsung pulang ke rumah. Dia akan menemui seseorang yang harus dia temui. Al memesan taksi, menyuruhnya mengantarkan ke desa dekat pantai.
Di sana hanya ada rumah sederhana namun rapi. Al berjalan pelan, mengetuk pintu. Tak lama, seorang kakek keluar dengan tongkat kayunya, melihat Al dari ujung kaki hingga ke atas.
"Permisi, Kek, apa Kakek punya waktu?" Kakek itu menatap Al lama tanpa berkedip.
"Halo, Kek, apa Kakek punya waktu untuk mengobrol sebentar?" Akhirnya, kakek itu tersadar dari lamunannya, mengiyakan permintaan Al.
"Silakan duduk di sana, Nak." Al duduk berdekatan dengan kakek itu.
Menurut penglihatannya, kakek itu seperti mengenali dirinya namun masih setengah sadar. Pasti Al akan menemukan sedikit informasi dari sini.
"Maaf, Kek, jika mengganggu waktunya. Saya hanya ingin mengetahui sedikit informasi tentang jatuhnya pesawat beberapa tahun silam."
Deg...
Pertanyaan Al membuatnya tak tenang, teringat ancaman seseorang yang membuatnya menutup mulut hingga sekarang.
Melihat wajah kakek yang mulai tegang, Al tersenyum, meyakinkan si kakek bahwa dirinya adalah reporter. Dia ingin meliput kejadian beberapa tahun silam untuk pekerjaannya.
"Kakek tak perlu takut. Saya hanya akan meliput peristiwa itu untuk pekerjaan, bukan untuk hal lainnya."
"Apa kita bisa bicara di dalam saja, Nak?" Al mengangguk, mengikuti kakek masuk ke dalam.
"Beberapa tahun lalu, memang ada pesawat dari negara XX yang jatuh di pantai ini. Menurut berita, pesawat itu kehilangan keseimbangan karena badai dan petir yang dahsyat."
"Hingga lepas kendali dan terjatuh ke laut. Puing-puingnya banyak terbawa arus ke pantai ini. Ada juga beberapa korban meninggal, hanya ada seorang wanita yang tersisa."
"Apakah Kakek mengenali wanita itu?" Tanya Al, mulai sangat penasaran.
"Tidak terlalu jelas karena wajahnya penuh luka, dan ada seorang pria yang membawanya pergi dalam keadaan pingsan. Waktu saya ingin menolongnya, dia malah mengancam saya agar diam dan tak ikut campur." Jelasnya, mengingat kejadian beberapa tahun lalu.
"Kalau tak salah, dulu umurnya sekitar delapan belasan. Mungkin jika sekarang dia sudah seusia kamu." Tuturnya.
"Apa ada kelanjutan dari cerita pesawat itu, Kek?" Kakek itu mengangguk.
"Menurut yang saya dengar, penghuni pesawat itu semuanya satu keluarga dari negara XX. Mereka adalah orang terpandang di negaranya. Katanya, ada yang mensabotase pesawatnya saat ingin lepas landas. Untuk kebenaran ceritanya, saya tak begitu tahu."
"Namun, setelah kejadian itu, ada beberapa orang yang datang mencari korban dari pesawat itu."
"Apa Kakek tahu ciri-ciri mereka?"
"Mereka semuanya laki-laki bertubuh tegap, mungkin bawahan mereka. Tapi, ada seorang laki-laki tua yang juga ikut. Sepertinya dia adalah ayah dari anak yang dibawa oleh pria yang mengancam saya."
Deg...
Al mulai merasakan panas dalam hatinya setelah mendengar cerita dari si kakek. Mungkinkah Alex sengaja melupakan ingatan Al? Karena ceritanya dirasa cukup, Al memberikan sedikit uang untuk kakek itu, meninggalkan rumah tersebut untuk segera pulang sebelum ada yang mencurigainya.
Sepanjang perjalanan, pikirannya mulai tak tenang, kepalanya ikut sakit jika memaksakan diri untuk mengingat kejadian lalu.
Al mengambil obat dalam tasnya, ingin meminumnya kembali. Namun, hatinya berkata jika dia harus berhenti mengonsumsi obat tersebut.
"Sepertinya aku harus membawa obat ini ke dokter." Ujarnya yakin.
Karena selama mengonsumsi obat itu, bukan ingatannya yang kembali, malahan kepalanya semakin sakit dan perlahan ingatannya juga mulai berkurang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Anggrek Handayani
Kalau Alana ditolong oleh pria itu, berarti sebenarnya pria itu baik? Tapi kenapa pria itu selalu menyiksa Alana?
2025-11-05
0
Anggrek Handayani
Berharap Alana bisa secepatnya pulih dari ingatannya.
2025-11-05
0