Tidak ada wanita yang menikah dengan harapan akan diperlakukan buruk oleh suaminya. Keinginan setiap istri adalah dicintai dan dihargai, namun takdir terkadang berkata lain. Alana memahami bahwa setiap jalan kehidupan telah digariskan, dan setiap pertemuan membawa hikmah serta pelajaran, baik suka maupun duka.
Meski selalu menerima perlakuan kasar dari Alex, Alana tetap yakin bahwa suatu saat kebahagiaan akan menghampirinya. Ia percaya, di balik awan kelabu, mentari akan bersinar.
"Cepat siapkan makan malam! Ingat, malam ini temanku akan datang," perintah Alex dengan nada tak sabar.
"Mas, sampai kapan kamu akan terus seperti ini? Aku juga punya batas kesabaran!" Alana memberanikan diri untuk melawan.
"Apa kamu bilang? Coba ulangi sekali lagi!" Alex mendekat, mencengkeram dagu Alana dengan kasar.
"Dengar baik-baik! Kamu hanya benalu tak berguna dalam hidupku. Jangan pernah membantah atau berkata kasar di hadapanku, mengerti?" Alex menghempaskan dagu Alana dengan kasar, meninggalkan rasa sakit yang membekas.
Alana merasa mati rasa. Ia tak ingin mencari masalah, jadi ia kembali ke dapur dan mulai menyiapkan makan malam seperti biasa. Sambil memasak, Alana memikirkan cara untuk membuat Alex menyesal karena telah menyia-nyiakannya.
Tiba-tiba, Alana teringat uang yang diberikan Miller. Dengan semangat baru, ia menyelesaikan semua pekerjaan rumah dan bersiap-siap untuk pergi ke salon. Ia ingin memperbaiki penampilannya yang lusuh dan tak terawat. Alex tak pernah peduli padanya, jadi jika ia tak bangkit sendiri, tak ada yang akan memperhatikannya.
"Aku akan mencari tahu sendiri tentang asal-usulku," gumam Alana sambil menatap pantulan dirinya di cermin.
Saat Alana hendak keluar rumah, Alex bertanya dengan nada membentak. Meski selalu ingin dilayani, Alex sebenarnya sangat membenci Alana. Rasa benci itu tumbuh begitu saja dalam hatinya.
"Mau ke mana kamu?" tanya Alex.
Alana terdiam, terkejut. "Apa telingamu mulai tuli? Jawab, mau ke mana kamu?" Alex menatap istrinya seolah melihat musuh.
"A... aku ingin keluar sebentar, Mas. Ada pekerjaan sampingan," jawab Alana gugup.
Mendengar itu, Alex segera menyuruhnya pergi. Ia tak ingin Alana berada di dekatnya lebih lama lagi.
Dengan tergesa-gesa, Alana meninggalkan rumah. Setiap hari, ia tak pernah merasakan kebahagiaan. Hidupnya bagai di penjara, diperlakukan seperti wanita murahan yang tak berharga.
"Ada yang bisa kami bantu?" sapa seorang pelayan salon dengan nada kurang ramah.
Pelayan itu tampak meremehkannya, seolah Alana hanyalah pengemis jalanan yang tersesat.
"Bisakah Mbak membuat saya menjadi cantik?" pinta Alana.
"Hahahaha... Upik Abu ingin menjadi Cinderella, rupanya!" ejek pelayan itu sambil mengitari Alana.
"Saya akan membayar, tenang saja. Saya punya uang," jawab Alana tegas.
Mengingat ini adalah pekerjaannya, pelayan itu akhirnya bersedia melayani Alana.
Banyak perawatan yang mereka lakukan pada Alana, mulai dari pijat hingga perawatan tubuh yang intensif. Awalnya, mereka meremehkan Alana, namun setelah melihat jumlah uang yang ia punya, mereka pun melayaninya dengan sepenuh hati.
Setelah selesai dengan perawatan tubuh, Alana melakukan perawatan wajah hingga penampilannya terlihat sempurna. Tak hanya itu, ia juga memilih beberapa pakaian yang cocok untuk dikenakannya. Setelah selesai memoles wajahnya, para pelayan salon terkejut melihat wajah asli Alana.
Alana begitu cantik, bagai seorang putri dari negeri dongeng. Mata indahnya membuat mereka terpesona.
"Apakah Anda berasal dari negara...?" tanya seorang pelayan.
Alana menggeleng. "Aku tidak tahu," jawabnya jujur.
"Mentang-mentang cantik jadi sombong sekarang! Ayo jawab, dari mana asalmu sebenarnya?" Pelayan itu tak puas dengan jawaban Alana.
"Apa semuanya sudah selesai? Ini bayarannya. Saya harus segera pergi," ujar Alana.
Pelayan itu masih mengomel, namun Alana tak menghiraukannya.
Dalam perjalanan pulang, Alana terus memikirkan negara yang disebutkan oleh pelayan salon tadi. Selama berada di sana, baru kedua kalinya ia mendengar nama negara itu. Ia bertekad untuk mencari tahu segalanya dan menemui Miller untuk menanyakan hal ini.
Sepanjang perjalanan, banyak mata lelaki yang memandangnya dengan kagum dan terpesona. Alana tak menyadari hal itu karena ia terlalu asyik melamun dan memikirkan kisah hidupnya sendiri.
Semenjak menikah dengan Alex, suaminya hanya menceritakan sedikit tentang hidupnya. Alex memintanya menjadi istri hanya sebagai balas budi karena telah menolongnya di saat kesulitan dulu.
"Hai, cantik! Habis belanja, ya?" goda seorang laki-laki yang merupakan preman di sana.
"Eh, Bg Brandon. Kebetulan saya habis dikasih beberapa helai pakaian sama majikan," jawab Alana.
Brandon merasa heran dengan gadis di depannya. "Kamu mengenali saya?" tanya Brandon.
Alana mengangguk. "Bg Brandon kan temannya suami saya, Mas Alex."
Brandon terkejut tak percaya melihat penampilan Alana yang sekarang. 'Menyesal lah kau, Alex! Ternyata istrimu sangatlah cantik, bagai bidadari,' pikir Brandon.
Brandon menawarkan diri untuk mengantar Alana pulang. Ia takut jika istri sahabatnya itu diganggu di jalan. Banyak lelaki hidung belang yang menatapnya dengan lapar dan memuja. Alana benar-benar terlihat seperti seorang putri.
Tok, tok, tok...
Alex membukakan pintu, diikuti oleh seorang wanita bayaran yang bergelayut manja di sampingnya. Alana merasa jijik melihat wanita itu, yang tak punya malu karena telah dipakai oleh suaminya. Alex terkesima melihat wanita yang berada di samping Brandon.
Alex menarik Brandon dan membawanya menjauh dari kedua wanita itu. Alana melihat wanita yang disewa oleh suaminya dengan pandangan merendahkan.
Ia tak ingin menjatuhkan harga diri wanita itu, ia hanya ingin membalas apa yang telah mereka perbuat padanya. Rasa sakit hatinya tak sebanding dengan itu semua.
"Itu siapa? Sejak kapan kamu punya wanita secantik itu?" tanya Brandon tak habis pikir. Alex sama sekali tak mengenali istrinya.
"Jangan pura-pura bodoh, Lex! Dia itu Alana, istrimu!" seru Brandon.
Alex melotot tak percaya. Wanita cantik itu adalah istrinya?
"Makanya, kalau punya uang, jangan buat mabuk-mabukan dan sewa wanita jalang terus! Rawat istrimu sendiri!" nasihat Brandon.
Brandon kembali menemui Alana. Ia tak ingin meladeni sahabatnya yang tak punya hati itu. Alex tampak kesal karena Brandon mengabaikannya.
"Al, saya pamit dulu. Hati-hati di kandang macan," pamit Brandon.
Alana mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada Brandon.
Alana masuk ke dalam rumah dan tak ingin mempedulikan tatapan bingung dari suaminya.
"Em, Angel, kamu boleh pulang," ujar Alex pada wanita bayarannya.
"Tapi, Mas, kita belum ngapa-ngapain, loh," tolak wanita itu manja sambil menyentuh lengan Alex.
"Pergilah!" tolak Alex, seolah rayuan wanita itu tak mempan baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Anggrek Handayani
Terlalu polos Si Alana itu.
2025-11-02
1
Rezqhi Amalia
nggak kebalik apa😭😭🥹, yg benalu itu kamu Alex. Ngebiarin istri kerja dan duitnya di pake mabuk, judi atau jajan diluar. Aku jadi Alana Mending cerain aja. nggak ada untungnya pertahanin orang kek gitu
2025-11-05
0
TokoFebri
masih pelayan saja belagu. yang penting customer bawa uang. dan cukup untuk biaya perawatan gpp kalee
2025-11-03
0