Drama pagi

Karena lelah menghadapi masalah yang tak kunjung usai, Al tidur nyenyak semalam. Bahkan, suaminya tak berani menyentuhnya. Al bersyukur tidurnya damai.

Alex masih menjauhinya, tak mengajak bicara walau hanya sebentar.

Jam kerja masih lama, Al berniat membuat sarapan. Usai menghidangkan makanan, Al kesal dengan kedatangan wanita seksi yang bergelayut manja di bahu suaminya.

"Baby, kenapa tidak datang semalam?" Alex melirik Al sekilas, lalu melepaskan pelukan wanita itu.

"Angel, menjauh. Aku sedang sarapan." Angel kesal, melirik sinis pada Al.

"Apa kau tak punya kerjaan selain mengganggu suami orang?" Ketus Al.

"Maksudmu?" Angel berdiri, menatap Al tak suka.

"Lihat pakaianmu, bukankah pantasnya dipakai saat tidur?"

"Dasar perempuan norak! Ini dress! Kau tak pernah lihat?" Al tersenyum mencemooh.

"Siapa bilang tidak? Bahkan, setiap malam aku memakainya saat melayani suamiku." Angel benar-benar murka.

"Baby, apa yang dikatakan perempuan ini benar?" Alex jengkel karena pagi ini kedua wanita itu sudah membuat masalah.

"Angel, sebaiknya kau pulang. Jangan menggangguku, mengerti?"

Angel menghentakkan kaki, membanting pintu rumah dengan marah. Al tersenyum puas, merasa lega.

"Apa kau puas?" Tanya Alex.

"Tentu tidak, karena berdebat hanya membuang waktuku." Ucapnya, lalu pergi meninggalkan Alex.

'Mulutnya benar-benar berbisa sekarang.'

Ternyata, jika perempuan sudah menggunakan logika, rasa percaya diri laki-laki akan runtuh. Alex tak mengerti jalan pikiran istrinya, tak berani lagi membawa perempuan ke rumah.

Bukan takut pada Al, hanya saja dia tak ingin Al pergi meninggalkannya karena sekarang hanya Al yang tulus mengurusinya.

Al mengenakan pakaian kerja seperti biasa. Dia bekerja di toko pakaian branded. Wajahnya jauh lebih cerah, tak kusam dan kotor.

Al lebih percaya diri untuk bekerja, apalagi pembeli yang datang selalu orang terkenal dari berbagai negara. Alex yang melihat Al rapi dengan pakaian kerjanya menjadi gelisah.

Rasanya dia tak rela istrinya dilirik laki-laki lain, apalagi melihat penampilannya yang sekarang jauh lebih baik.

"Apa kau bisa berhenti dari pekerjaanmu?" Al menghentikan langkahnya.

"Apa aku harus menuruti permintaanmu?" Jawabnya ketus.

"Sial! Jangan sampai aku bertindak kasar! Patuhi perintahku!" Alex sangat kesal karena Al tak mengindahkan ucapannya.

"Silakan, karena aku yakin hukum masih berlaku di negara ini." Jawabnya, membuat Alex menggelengkan kepala.

"Terserah kau saja. Tak ada guna aku melarangmu." Alex meninggalkan Al, masuk ke kamarnya.

Al tersenyum simpul melihat kekalahan Alex saat berdebat tadi. Ternyata, laki-laki begitu bodoh dalam berdebat. Mereka hanya bisa kasar dan pandai bermain tangan jika mulut sudah tak dapat berkomunikasi.

Dengan gembira, Al langsung menuju tempat kerjanya, memesan taksi agar segera sampai karena kali ini dia sedikit terlambat. Sesampainya di sana, ternyata masih tersisa beberapa menit lagi untuk membuka toko.

"Huff, untung saja aku tidak telat gara-gara Alex." Ucapnya, lalu berlari masuk ke dalam.

Karyawan lain tampak terkejut melihat penampilan Al yang sekarang. Dia begitu fresh dan cantik. Tak terkecuali karyawan cowok yang terpana sampai mangap.

"Pagi semua! Kenapa pada bengong sih?" Al tak menghiraukan mereka. Setelah menyimpan tas, dia mulai melayani customer.

Banyak pembeli yang datang dari berbagai kalangan. Al tampak begitu semangat melayani mereka. Satu pelanggan baru masuk membuat mereka semua berebutan untuk melayaninya, tapi tidak untuk Al. Dia tak ingin berdesakan di sana dan memilih menghindar.

Baginya, semua pelanggan sama saja karena bonus mereka juga tak akan berpengaruh. Meskipun yang mereka layani adalah seorang miliarder, bonus mereka tak akan bertambah kecuali si pelanggan berbaik hati dan memberi tips.

"Masih saja berebutan, dasar! Paling tak bisa lihat yang bening sedikit." Ujar Al, menggelengkan kepala melihat aksi temannya.

Pelanggan tampan itu asyik memperhatikan Al yang masih melayani customer lain. Meskipun banyak yang ingin melayaninya, dia tertarik untuk dilayani oleh Al.

"Perempuan di sana, bisa kalian memanggilnya untukku?" karyawan wanita di sana menatap kesal pada Al yang selalu lebih beruntung dari mereka.

"Dia selalu sibuk, Tuan. Bagaimana jika saya saja yang melayani Anda?"

"Apa kalian bisa menghargai keputusanku?" Paham dengan maksud pria itu, akhirnya mereka terpaksa memanggil Al.

"Al, pria dingin itu memintamu untuk melayaninya." Al melirik sejenak, lalu mengangguk.

Mereka terlihat tak suka saat Al beranjak ingin menyapa pria tersebut, karena mungkin pria itu pasti akan memberinya tips yang banyak. Al sama sekali tak memikirkan tips karena dia hanya ingin bekerja dan menghilang dari rumahnya.

"Apa Tuan memanggil saya?" Pria itu menatap Al lama sambil tersenyum.

"Maaf, Tuan, saya sibuk karena masih banyak pekerjaan lain." Al tak suka jika ditatap begitu lama oleh orang lain.

"Perkenalkan, nama saya Johnson." Al menyambut baik uluran tangan pria tersebut.

"Baiklah, apa Tuan ingin berbelanja di toko kami? Bisakah Tuan sebutkan keinginan Tuan?" John menaikkan sebelah alisnya.

Wanita di hadapannya sama sekali tak ingin berbasa-basi dengannya. John semakin penasaran dengan kepribadian Al. Karena tak ingin ditinggalkan Al, akhirnya John mengajaknya untuk memilihkan beberapa kaos yang diinginkannya.

"Bisakah kamu memilihnya untuk saya?" Al mengangguk, memilih beberapa helai pakaian untuk dilihat olehnya.

"Perfect! Kebetulan ini sesuai dengan keinginan saya. Apa di sini kamu sesibuk itu?"

"Benar, Tuan, karena bagi saya waktu adalah uang." Ucapnya, membuat John menahan senyum.

"Waw, amazing! Apa sepenting itukah uang bagi kamu?" Al menghentikan kegiatannya, menatap John.

"Iya. Karena bagi orang susah seperti saya, sangat sulit untuk menghasilkan uang. Kesempatan seperti ini juga tak akan datang untuk kedua kalinya, Tuan." Ujar Al dengan lugas.

"Em, baik baik. Kamu memang gadis yang sederhana. Saya salut dengan kejujuran kamu."

"Apa ingin diambil semua, Tuan? Saya akan menyiapkannya untuk Anda." Sebenarnya, John masih ingin berbincang dengan Al.

Karena tak punya pilihan, akhirnya John mengangguk, membiarkan Al membungkus semua belanjaannya.

Terpopuler

Comments

Anggrek Handayani

Anggrek Handayani

Sepertinya Johson memiliki hubungan dengan Alana sebelumnya.

2025-11-04

0

Anggrek Handayani

Anggrek Handayani

Makin seru nih kalau Edward bisa kalah dengan Alana./Smile//Smile/

2025-11-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!