Al berusaha mengabaikan Alex, sibuk dengan berbagai kegiatan. Namun, jantungnya berdebar kencang, diliputi rasa takut akan kemarahan suaminya. Alex menghampirinya, menarik lengannya kasar, murka melihat penampilan Al.
"Siapa yang memberimu uang? Katakan!" Alex bertanya dengan nada penuh tekanan.
"Apa selama ini aku terlihat seperti pemalas hingga tak bisa menghasilkan uang?" Al melawan, tak ingin terlihat lemah di hadapan suaminya.
"Waw, luar biasa. Sekarang berani melawan?" Alex mencengkeram dagu Al dengan keras.
Al menahan sakit, tak ingin mengeluh. Alex menatapnya penuh amarah. Al balas menatapnya dengan senyum remeh. Kali ini, apa pun yang terjadi, Al takkan kembali lemah.
Plak... plak... plak...
Alex menampar Al berkali-kali hingga pipinya memerah dan bengkak, namun Al tetap tersenyum.
"Dasar jalang!"
Plak...
Al membalas tamparan suaminya sekuat tenaga. Alex terkejut, menatap Al lama. Apakah ini benar istrinya? Wanita di hadapannya sangat berbeda.
Mungkinkah Al punya kembaran?
"Sebutan jalang tak pantas kau sematkan padaku. Aku bukan jalang bayaran yang kau sewa untuk memuaskan nafsumu."
"Aku hanya istri yang tak dianggap. Salahkah jika aku tak ingin mempedulikanmu?"
"Persetan! Kau hanya istri tak berguna!"
"Tak berguna katamu? Lalu, untuk apa aku dipertahankan jika tak berguna? Seharusnya yang tak berguna itu kamu, bukan aku!"
"Siang malam kerjamu hanya mabuk dan bermain wanita! Siapa parasit di sini?"
Al berteriak marah, matanya memerah. Baru kali ini ia berani bersikap kasar dan tak kenal takut.
"Kurang ajar! Pasti ada yang meracuni otakmu!" Al dipaksa masuk ke kamar.
"Lepas!" teriaknya, namun Alex tak peduli.
"Aku lebih baik mati daripada hidup menderita bersamamu."
Langkah Alex terhenti. Hatinya sakit mendengarnya. Apakah selama ini ia sekejam itu?
"Kenapa? Apa kamu merasakan itu? Bunuh aku, Mas, biar sekalian aku ikut bersama keluargaku."
Alex meninggalkan Al, pergi menenangkan diri. Ia menemui Brandon, menceritakan semua masalahnya. Pikirannya kacau.
"Ada apa, Bro?"
"Pikiranku kacau. Istriku tiba-tiba jadi cantik dan sifatnya berubah."
"Itu belum seberapa. Bayangkan jika dia kembali ke negaranya, dia akan kembali seperti dulu dan melupakanmu." Brandon sengaja menakuti Alex.
"Itu takkan terjadi."
"Sebenarnya, apa yang membuatmu begitu keras padanya? Apa kau tak punya hati, Lex?"
"Entahlah, aku bingung. Di satu sisi, aku benci padanya. Tapi, aku juga takut kehilangannya. Aku harus apa, Brandon?" Alex frustrasi.
"Perbaiki semuanya sebelum terlambat, Lex. Jangan terlalu asyik dengan pasir jalanan. Ingat, mutiara di rumahmu lebih berkilau, bahkan sangat berkilau."
Alex pulang menemui Al yang sedang membuat makan malam. Ia ingin memeluknya, namun ego dan gengsi lebih besar.
Akan aneh jika tiba-tiba ia memeluk Al dari belakang. Alex bukan pria seperti itu. Tak ada kata romantis dalam hidupnya. Alex terbiasa dengan kehidupan keras tanpa belas kasih.
"Apa yang sedang kamu buat?" tanya Alex basa-basi.
"Aku sedang membuat makan malam, seperti biasa. Apa kamu tidak bisa lihat?" jawab Al ketus.
"Emm, aku tunggu di meja makan." Alex kehabisan kata-kata.
Tak disangka Al bisa berubah seperti ini. Apa dia sudah terlalu lelah menghadapinya? Alex menuangkan air putih dan meminumnya. Al datang membawa hidangan, mengambil nasi dan lauk untuk suaminya. Al tak pernah lupa bahwa ia adalah seorang istri. Ia hanya sengaja bersikap acuh agar suaminya sadar bahwa ia juga punya hati dan perasaan.
Jika dengan cara ini suaminya belum juga berubah, Al yakin bahwa ia hanya dimanfaatkan dan tak dibutuhkan.
"Apa kamu tidak takut jika ada racun dalam makananmu?"
"Khuk... khuk... khuk..." Alex memuntahkan semua makanannya.
"Apa kamu gila?" ucapnya kesal.
"Apa menurutmu aku segila dan sejahat itu?" Alex terdiam. Ini adalah jebakan untuk dirinya sendiri.
Dia kembali memakan makanannya hingga habis dan meninggalkan Al sendirian yang masih menikmati hasil masakannya. Ternyata suaminya masih mempercayainya, mungkin tinggal beberapa trik lagi yang harus diperankannya.
Al membereskan sisa makanan dan merapikan dapur. Hari ini begitu menguras emosi. Ia ingin merebahkan diri sebelum melanjutkan aksinya esok hari.
Berkat buku dari Miller, ia mendapat banyak pengetahuan. Al bersyukur memiliki Miller sebagai sahabat baiknya.
Besok, setelah pulang kerja, Al akan menemui sesepuh untuk menanyakan tentang jatuhnya pesawat beberapa tahun silam. Ia yakin dirinya ada sangkut pautnya dengan kejadian tersebut, karena belakangan ini ia selalu mendapatkan petunjuk melalui mimpinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Ameee
Itu kalau ada racunnya beneran, udah kheekkk langsung dirimu bang 🤣 emang gak ada curiga-curiganya sama sekali jadi orang wkwk
2025-11-04
1
Anggrek Handayani
Setelah beres dengan laki-laki itu lebih baik beralih ke Miller saja deh. Sepertinya Alana dan Miller berjodoh
2025-11-03
0
Nuri_cha
Al gak segila itu, krn kalo dia ngelakuin itu sama aja dia menjerumuskan dirinya sendiri
2025-11-04
0