05. Sagiri, Jihyo dan Yuna

Selesai istirahat Miya kembali ke kelas terduduk di bangku sambil membuka buku novelnya.

Ssrrrkkk!!!...

Seseorang menarik bukunya lalu memasukkannya ke dalam tempat sampah kelas.

"Eehhh ada ap~" Miya terkejut, lagi-lagi Sagiri yang melakukan itu kepadanya.

Sagiri hanya terdiam sambil menatap sinis ke arah Miya. Dia dan juga kedua temannya pergi keluar kelas tanpa merasa bersalah terhadap Miya setelah melakukan perbuatan yang tidak baik itu.

"Aneh," Miya beranjak bangun untuk mengambil buku novelnya yang berada di dalam tempat sampah.

...***...

Kring!!!... Kring!!!... Kring!!!...

Waktu sekolah hari ini selesai. Miya merapihkan alat tulisnya memasukannya ke dalam tas lalu menggendong tas ranselnya.

Miya berjalan menuju loker sepatunya untuk dia ganti. Di sana ada Ruki yang juga sedang mengganti sepatunya. Miya terdiam saja begitu juga dengan Ruki, mungkin karena baru mengenalnya jadi mereka masih terasa sedikit asing.

"Ayo Ruki," ajak satu teman Ruki untuk pulang bersama. Ruki berjalan pergi bersama dengan keempat temannya itu.

Miya memperhatikan mereka, hanya satu gadis bersama empat pria. "Sepertinya di antara mereka ada yang berpacaran dengannya." ucap Miya di dalam hatinya mengada-ngada.

Tiba-tiba pikiran Miya mulai membuat imajinasi. Dia menghayal kalo satu gadis dari empat pria itu adalah dirinya. Kemana-mana ditemani oleh empat orang pria, main bersama empat orang pria, berangkat dan pergi sekolah bersama empat orang pria.

"Uuuhhhh bagai ratu yang dijaga oleh prajurit-prajuritnya." ucapnya di dalam hatinya dengan hati berbunga-bunga.

Miya tersadar bahwa dirinya sudah menghayal terlalu jauh, dia segera menepuk-nepuk kedua pipinya untuk menyadarkannya.

"Mi-miya," sapa Yuna yang tiba-tiba berada di belakangnya.

"Eh, iya" Miya menoleh.

Yuna meminta tolong kepada Miya untuk ditemani ke suatu tempat, namun Yuna tidak memberitahunya dengan jelas kalau dia ingin pergi kemana.

"Jika kamu ingin membantuku, ikut saja denganku sekarang." pintanya. Tanpa berpikir panjang Miya mengikuti apa yang Yuna katakan, dan mereka berjalan keluar dari lingkungan sekolah.

"Jadi sebenarnya kamu ingin pergi kemana Yuna?" tanya Miya sangat penasaran karena sudah terlalu jauh mereka berjalan dari lingkungan sekolah.

"Itu," Yuna menunjuk ke arah ruko-ruko kosong yang terbengkalai. Miya benar-benar sangat heran mengapa Yuna mengajaknya ke tempat seperti itu.

"Aku mendengar ada seseorang meminta tolong dari dalam sana. Hanya saja aku tidak berani untuk masuk ke dalam sana sendirian. Jadi aku meminta tolong kepadamu untuk menemaniku masuk ke dalam sana." ucap Yuna memberitahu.

Miya percaya saja dengan apa yang Yuna katakan, karena merasa penasaran juga, Miya dan Yuna memasuki ruko itu dengan mengendap-endap.

"Sepertinya tidak ada siapapun di sini," ucap Miya berjalan lebih dulu sambil melihat ke sekeliling.

Tiba-tiba saja Sagiri mendorong tubuh Miya hingga dia terjatuh. "Halo gadis cantik." ucapnya sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Aduhhh," rintihnya kesakitan, kedua dengkul Miya baret terluka.

Sagiri menjambak rambut Miya untuk menyuruhnya terbangun. "Ssshhhh, kenapa kamu melakukan ini kepadaku?" tanya Miya sambil memegang kepalanya menahan sakit sebab dijambak.

"Segala nanya kenapa. Pikir saja sendiri. Dasar gadis murahan." Sagiri menjambak rambut Miya lagi. Miya pun menjambak balik rambut Sagiri. Kini mereka saling bertengkar jambak-menjambak.

"Jihyo bagaimana ini?" tanya Yuna dengan jemarinya yang gemetar. Jihyo mengajak Yuna untuk ikut menyerang Miya. "Kenapa tidak kita pisahkan saja mereka?" tanyanya lagi.

"Ah kebanyakan nanya." Jihyo geram, Jihyo ikut menyerang Miya dengan cara mencakar tangan lengannya.

Pertengkaran mereka semakin menjadi-jadi. Yuna bingung untuk bertindak seperti apa, tidak mungkin Yuna berteriak untuk meminta bantuan. Yuna berusaha untuk memisahkan mereka dengan caranya sendiri.

"Berhenti! Berhenti!" Yuna menarik seragam Sagiri dan juga Jihyo, namun mereka tetap tidak berhenti untuk menyerang Miya.

Yuna kehabisan akal, dia pun memilih untuk berteriak sekencang-kencangnya. "BERHENTI!!!... AAAAAAAAAAAA!!!..."

Benar saja, mereka bertiga berhenti bertengkar dan menoleh ke arah Yuna yang sedang berteriak.

"Kenapa sih?!" tanya Sagiri kesal. Dia merapihkan rambutnya dan seragamnya lalu berjalan pergi dari sana.

Jihyo mendorong kencan tubuh Miya hingga dia terjatuh lagi sambil mengancamnya. Kalau sampai Miya menceritakan kejadian ini kepada siapapun, hidup Miya tidak akan pernah tenang di setiap harinya.

"Paham!" gertak Jihyo. Miya menganggukkan kepalanya terlihat wajahnya amat sangat ketakutan.

"Ayo cepat ih!" Jihyo menarik lengan Yuna mengajaknya untuk pergi dari sana.

Tinggal Miya di dalam ruko terbengkalai itu dengan rambut dan seragam yang sudah acak-acakan. Dia melihat ke seluruh lengannya terdapat luka cakaran yang amat sangat merah, dia juga merasakan perih di bagian luka cakarannya dan juga luka baret di dengkulnya.

"Aku tidak membawa jaket, bagaimana ini?" Miya takut kalau Paman supir atau orang rumah tahu terdapat luka cakar di seluruh lengannya.

Miya merapihkan kembali rambutnya lalu berjalan ke lingkungan sekolah untuk menemui Paman supir. Namun sebelum menemui Paman supir, dia pergi ke toilet sekolah terlebih dulu untuk membasuh luka-lukanya.

"Aaawwwww ssshhhhh" rintihnya kesakitan saat luka-luka cakarannya terkena air. Dia bercermin untuk memastikan apa orang-orang akan sadar kalau lengannya penuh dengan cakaran atau tidak.

"Kayanya kalau dari kejauhan orang-orang tidak akan menyadarinya." ucapnya di dalam hati ketika sedang bercermin.

Karena sudah yakin kalau orang-orang tidak akan sadar dengan lukanya, Miya langsung berjalan keluar dari toilet menuju gerbang utama untuk menemui Paman.

Paman sudah menunggunya sedari tadi, Paman juga sempat khawatir mengapa Miya lama sekali pulangnya sedangkan siswa-siswi lain sudah keluar sedari tadi.

"Hihi tadi aku ada urusan sebentar dengan teman klub musikku." Miya terpaksa berbohong.

Mobil melaju pergi. Di tengah-tengah perjalanan, Miya mengajak Paman untuk mampir sebentar ke supermarket. Dia berkata bahwa dia ingin membeli es krim, nyatanya dia ingin membeli kapas dan juga alkohol.

"Tidak jadi beli es krim Non," tanya Paman supir ketika melihat Miya tidak membawa apa-apa saat memasuki mobil.

"Tidak jadi Paman, es krim yang aku mau tidak ada di sana." jawabnya berbohong lagi.

Sampainya di rumah, Miya langsung berlari memasuki kamarnya agar orang-orang rumah tidak mengetahui lebih awal kalau Miya memiliki beberapa luka.

Miya melempar tasnya ke atas ranjang tidurnya lalu membuka sepatu, kaos kaki serta seragam yang dia pakai. Miya langsung pergi menuju toilet untuk membersihkan diri dan juga luka-lukanya.

"Semoga bisa cepat membaik." Miya terduduk di atas ranjang, menuang alkohol ke kapas untuk mengobati area luka-luka di tangan serta dengkulnya.

"Sssshhhhhh" lukanya benar-benar sangat perih saat terkena alkohol.

Pikiran Miya mulai dihantui dengan kata-kata Jihyo tadi. Kalau ada satu orang yang mengetahui Miya di serang oleh mereka, hidup Miya tidak akan pernah tenang. Miya langsung menutup kedua telinganya, dia berusaha agar kejadian tadi hilang dari pikirannya.

Kejadian itu terus menerus menghantui pikiran Miya, sampai-sampai dia tidak bisa tidur ketika hari sudah larut malam. "Aku lupa membawa obat tidurku." Miya menutup wajahnya dengan bantal.

"Sepertinya aku harus belajar menyetir mobil." Miya merubah posisi badannya menjadi tengkurap dari terlentang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!