03. SMP 209

"Sial panas sekali!" gertak Miya saat menyalahkan keran shower saat ingin membasahi kepalanya. Miya mengotak-atik tombol-tombol disekitar sana untuk mencari suhu air yang normal.

Dia sudah memencet beberapa tombol namun belum menemukan suhu air yang normal. Sekalinya panas, panas sekali. Sekalinya dingin, dingin sekali.

"Aaarrrgggggg!!!" Miya sudah sangat kesal. Dia langsung memencet kedua tombol panas dan dinginnya secara bersamaan. Lalu dia membuka kerannya, terasa suhu air normal membasahi seluruh tubuhnya.

"Ini dia..." Miya mengusap-usap kepalanya sambil menikmati cucuran air yang dia inginkan.

Setelah membersihkan diri, Miya mengenakan seragam barunya. Seragam kali ini berbeda dengan seragam sekolahnya saat waktu masih SD.

"Vest dan blazer?" Miya menaruh dua tipe model luaran baju seragamnya di atas ranjang tidurnya. Dia membuka ponselnya untuk melihat jadwal seragam yang akan dia kenakan di hari pertamanya masuk sekolah.

"Di sini sih di suruh pakai dua-duanya," ucap Miya terheran, dia mencoba memakai keduanya walau dia tahu itu tampak sangat aneh jika dipakai secara bersamaan.

"Sayang, apa kamu sudah siap?" teriak Ibunya dari luar kamar. Miya bergegas menyisir rambutnya tanpa menguncirnya.

"Selamat pagi sayang," sapa Ayahnya saat Miya dan Ibunya tiba. Ayahnya menyuruh Miya untuk sarapan dulu sebelum pergi ke sekolah. Ayahnya sangat memperhatikan penampilan Miya saat itu.

"Kenapa kamu memakai dua-duanya Miya?" tanya Ayahnya dengan mata yang menyipit.

"Apa Yah?" tanya Miya kebingungan.

Ayahnya menyuruh Miya untuk memilih salah satu antara vest atau blazer. "Itu tidak dipakai secara bersamaan sayang," ucap Ayahnya memberitahu.

Ibunya menghampiri Miya lalu menyuruhnya untuk membuka blazernya, "Biar Ibu yang taruh nanti di kamarmu." Ibunya membawa blazernya.

Ayahnya memanggil Bibi menyuruhnya untuk mengambil hairdryer dan menata rambut Miya. "Ti-tidak usah Bi, biar aku saja." Miya kembali ke kamarnya sambil membawa blazernya yang tadi diambil Ibunya.

"Aneh sekali, biasanya dia tidak memperdulikan penampilanku." gumam Miya sambil mengeringkan rambutnya. Setelah kering, Miya langsung menguncir satu rambutnya.

"Cantik." ucapnya sambil bercermin menata poni dan juga jambangnya agar terlihat lebih imut.

Miya kembali ke ruang makan untuk segera sarapan. "Nahhh, gitukan cantik anak Ayah." ucap Ayahnya memuji dan Ibunya tersenyum manis kepadanya.

"Hhhmmm." gumam Miya di dalam hatinya dengan dahi yang mengerut kesal namun bibirnya tersenyum kecil.

Setelah sarapan, Miya berangkat ke sekolah dengan diantar oleh Paman supir pribadinya. "Aku berangkat ya Bu, Bi." pamit Miya.

Kini keluarga Miya memiliki dua kendaraan. Mobil lamanya dipakai Ayahnya untuk bekerja, dan mobil barunya dipakai untuk Miya atau Ibunya jika ingin berpergian.

Selama perjalanan menuju sekolah barunya, Miya hanya terdiam sambil mendengarkan musik dengan earphonenya.

"Non kelas berapa?" tanya basa-basi Paman supir kepada Miya. Karena Miya menggunakan earphone, dia tidak mendengar pertanyaan dari Paman supir pribadinya itu.

Paman supir melihat Miya dari kaca spion tengah, lalu tersenyum kecil melihat Miya yang ternyata sedang menggunakan earphone sambil melamun ke arah luar jendela kaca mobil.

Mobil berhenti di depan gerbang sekolah. Miya masih melamun tidak sadar kalau dia sudah sampai tujuan.

"Non, kita sudah sampai" Paman supir memberitahu namun Miya masih tidak menyadarinya. Berkali-kali Paman supir memanggilnya dan memberitahu, tetap saja Miya belum sadar dan masih melamun.

Paman supir memiliki akal untuk mengambil tongkat e-toll dan menyentuh tubuh Miya dengan tongkat tersebut.

"Aaaaaaaaaaaa!!!" Miya teriak sangat terkejut, begitu juga dengan Paman supir yang ikut terkejut karena teriakan Miya.

"Ma-maaf Non. Kita sudah sampai, Non Miya dari tadi dipanggil tidak dengar-dengar. Maaf Non, Paman tidak bermaksud aneh-aneh." Paman meringkuk meminta maaf kepada Miya.

"Hufttt... Paman... Iya tidak apa-apa. Terimakasih banyak ya Paman." Miya menggendong tasnya lalu turun dari mobil.

"Wwoooo..." Miya tercengang melihat sekolahnya yang begitu amat sangat besar. Dia masih tidak percaya kalau sekolahnya sebesar ini, dia melihat tulisan nama sekolahnya yang berada di atas gerbang.

"SMP 209. Akreditasi A. Wwwoooo benar." Miya masih tidak menyangka kalau dia bisa sekolah di gedung sekolah yang sebesar ini. Dia langsung melangkah memasuki halaman sekolah barunya itu.

Miya melihat seragam siswa-siswi di sana. Benar saja dengan apa yang Ayahnya katakan, vest dan blazer tidak dipakai secara bersamaan. "Orang yang membuat jadwal sedikit belum sadar nyawanya." ungkap Miya di dalam hatinya mengeluh.

Bruk!!!...

Seorang pria berlari dan menabrak Miya hingga terjatuh. Pria itu membantu Miya untuk terbangun sambil meminta maaf kalau dia tidak sengaja dan sedang terburu-buru untuk melihat mading.

"I-iya tidak apa-apa" Miya menepuk-nepuk roknya yang terkena sedikit kotoran debu. Pria itu langsung berlari memasuki gedung sekolah.

Di depan mading besar utama sekolah itu, Miya sedang mencari namanya berada di kelas apa. Banyak siswa-siswi baru yang juga sedang mencari namanya masing-masing.

"Aduhhh, aduhhh, pantas saja pria tadi sangat terburu-buru untuk melihat mading" Miya terdorong sana sini sebab semakin banyak siswa-siswi yang berdatangan untuk melihat.

"Sa-tu, sa-tu," Miya menemukan namanya yang berada di kelas 1.1 dengan badan yang terhimpit orang-orang.

"To-tolong," teriak Miya berusaha untuk keluar dari kerumunan itu. Seorang gadis membantunya dengan menarik lengannya.

"Huft... Huft..." helaan nafas Miya yang sudah sangat pengap dan lelah berada di kerumunan itu.

"Terimakasih banyak." Miya menepuk pundak seorang gadis yang sudah membantunya.

"Iya," gadis itu tersenyum manis kepada Miya. Gadis itu mengajak Miya untuk berkenalan, "Hai aku Sagiri, salam kenal." gadis itu mengulurkan tangannya untuk mengajak Miya berjabat tangan. "Mi-ya, salam kenal." Miya menjabat tangan gadis itu.

Tiba-tiba datang lah dua gadis lainnya yang ternyata adalah teman Sagiri. Dua gadis itu bernama Jihyo dan Yuna. Salah satu dari mereka bertanya kepada Sagiri perihal dia masuk kelas apa.

"Kelas 1.1, kalo kalian?" jawab dan tanya Sagiri kepada dua temannya. Kedua temannya juga berada di kelas yang sama dengannya.

"Satu-satu? Berarti mereka sekelas denganku dong" ucap Miya di dalam hatinya setelah mendengar perbincangan gadis-gadis itu.

"Kamu masuk kelas apa Miya?" tanya Sagiri. Miya menjawab bahwa dia juga memasuki kelas 1.1.

"Bagus, kita memiliki member baru." saut teman Sagiri yang bernama Jihyo. Sagiri langsung mengajak kedua temannya dan juga Miya untuk memasuki kelas barunya.

Sampainya di kelas, Miya mengambil tempat duduk di paling depan (baris kelima di deret pertama) karena sudah terbiasa sejak dia SD. Sedangkan Sagiri, Jihyo dan Yuna mengambil tempat duduk paling belakang (deret ke enam).

Seorang pria masuk dan terduduk di belakang Miya. Wajah pria itu tampak seperti pria yang menabraknya tadi.

"Seperti pernah melihatnya," ucap Miya di dalam hatinya. Karena penasaran, dia pun menghadap ke belakang untuk melihat jelas wajah pria itu tanpa rasa malu.

"Ruki." beberapa orang tiba dan menghampiri pria itu.

"Benar saja, itu pria yang tadi menabrak ku. Jadi nama dia Ruki, tidak menyangka akan sekelas dengannya." ucap Miya di dalam hatinya lagi setelah melihat jelas wajah pria yang duduk di belakangnya.

"Eh," Miya melihat seorang pria dari teman Ruki yang sedang menatap dirinya dari atas hingga bawah. Hal itu membuat Miya sedikit risih kepadanya.

Beberapa menit kemudian bel masuk pun berbunyi.

Kring!!!... Kring!!!... Kring!!!...

Untuk siswa-siswi baru tidak langsung memasuki kegiatan belajar mengajar. Melainkan mereka masih dalam masa pengenalan lingkungan sekolah.

Sagiri, Jihyo dan Yuna mengajak Miya untuk mengelilingi setiap sudut sekolah. Miya mengiyakan ajakannya itu, dari pada dia harus berkeliling sendirian di sekolah yang sebesar ini.

Miya dan ketiga teman barunya itu berjalan menuju kelas-kelas lain, ruang klub, toilet, UKS dan perpustakaan. "Aku sudah tidak sanggup, langsung saja kita menuju kantin." ajak Jihyo terlihat keningnya sudah bercucuran keringat.

Mereka pun berjalan menuju kantin, saat itu Miya berkata kepada ketiga temannya kalau sudah tahu ruang-ruang inti seperti toilet, UKS dan ruang klub yang akan diikuti, itu sudah cukup baginya.

"Memangnya kau ingin memasuki klub apa?" tanya Sagiri. Miya menjawab bahwa dia akan memasuki klub musik untuk mengasah serta menambah skill kemampuannya dalam memainkan alat musik piano.

"Kita sama Miya. Aku juga ingin masuk ke klub musik. Kebetulan aku pandai~" saut Yuna amat sangat bersemangat. Sagiri dan Jihyo langsung menatap sinis ke arah Yuna saat dia berbicara seperti itu kepada Miya.

"A-ano..." Yuna seketika berhenti berbicara.

"Kamu juga pandai bermain piano?" tanya Miya memperjelas.

"Syukurlah kita sudah sampai di kantin." teriak Jihyo langsung bergegas memesan minuman karena sudah sangat lelah berjalan mengelilingi sekolah.

Sagiri, Yuna dan Miya ikut memesan minuman serta makanan ringan.

Terpopuler

Comments

❥Rararara

❥Rararara

kata²nya sdkt baku tapi santai. tapi aku bacanya jadi gmn gitu ya tor hehehe /Facepalm/
tapi bagus ko, smngt ya ditunggu update bab sljtnya /Heart/

2023-11-30

3

Trà sữa Lemon Little Angel

Trà sữa Lemon Little Angel

Menghidupkan imajinasi

2023-11-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!