Proses kesembuhan Gatot tentu saja tidak singkat dan butuh banyak proses. Tapi author menyingkatnya supaya tidak terlalu banyak tulisan mengenai prosedur transplan sumsum yang mungkin akan membosankan bagi pembaca.
Juga karena pengetahuan author yang masih minim. Jika ada yang lebih tahu bisa menulisnya di kolom komentar. Mari kita lanjutkan ceritanya.
Gatot sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Anggota sanggar yang kebetulan sedang berlatih menyambut kedatangan Gatot dengan musik gamelan.
Gatot senang bisa kembali pulang ke rumah walau rumah sakit itu sudah seperti rumah kedua bagi Gatot yang sering melakukan transfusi darah.
Gatot berada digendongan Arjuna. Ia memberikan senyum lemahnya sebagai ucapan terima kasih ke anggota sanggar yang masih duduk memainkan gamelan. Musik gamelan diakhiri dengan bunyi gong.
Arjuna membawa Gatot masuk ke kamar. Ia membaringkan Gatot di ranjang.
Gatot mendengarkan salah satu murid eyang Dimas sedang berlatih mendalang. Gatot ingin melihatnya. Ia ingin mendalang lagi.
“Hari ini Gatot istirahat dulu. Kasih kesempatan buat mas-mas yang lain buat ndalang,” kata Samantha.
“Iya.” Gatot menjawab dengan lemah. Samantha juga merasa tidak tega. Ia tahu minat Gatot pada wayang sangat besar. Lebih sekedar hobi. Wayang itu sudah seperti oksigen bagi Gatot.
Samantha mengambilkan wayang Gatotkaca untuk Gatot. Tidak seperti anak laki-laki pada umumnya yang menyukai mobil, robot atau mainan laki lainnya, Gatot lebih menyukai wayang.
Terutama wayang Gatotkaca yang jadi ilham untuk namanya. Gatotkaca yang kuat dan gagah juga ksatria. Juga tokoh Semar yang perutnya buncit. Semar yang bijaksana. Gatot mengagumi mereka.
Gatot memainkan wayang Gatotkaca. Bibirnya mengucapkan kata-kata dari lakon Gatotkaca. Gatot merasa lelah, Samantha mengambil wayang dari tangan Gatot dan menaruhnya di meja. Ia menyelimuti Gatot dan menepuk ringan paha atas Gatot. Tak lama kemudian Gatot tertidur.
Sementara itu di kamar Arjuna. Ia juga sedang berebah di ranjangnya. Ia menatap langit-langit kamarnya. Ia mulai berbicara dengan dirinya sendiri.
Kok bisa sumsum aku cocok sama Gatot. Aku dan Gatot nggak ada hubungan darah. Aku juga bukan ayah Gatot. Apa aku papanya Gatot?
Itu bisa saja kan? Wanginya Samantha itu mirip ... bukan ... sama dengan wanita yang pernah aku tiduri di hotel.
...***...
Saat Gatot akan melakukan kontrol di rumah sakit, Arjuna memaksa agar dirinya yang membawa Gatot dengan alasan supaya Samantha bisa beristirahat.
Di rumah sakit.
Setelah memeriksakan kondisi Gatot, Arjuna membawa Gatot ke ruang lain untuk diambil sample air liur. Arjuna juga diambil sample di dinding mulut.
Belasan hari kemudian Arjuna mengambil hasil tes DNA. Ia sengaja meminta untuk tidak dikirim ke alamat rumah supaya Samantha tidak curiga.
Arjuna membuka amplop besar itu dan hasilnya ia adalah ayah kandung Gatot.
Jadi, wanita waktu itu Samantha? Gatot dan Kartini itu anakku.
Arjuna memberanikan diri bertanya ke Samantha perihal ayah kandung Gatot dan Kartini. Samantha hanya diam. Ia tidak ingin mengingat masa lalunya yang kelam. Ia tak ingin orang tahu masa lalunya yang selalu ingin ia buang jauh-jauh. Tapi entah kenapa ia akhirnya bisa bercerita ke Arjuna.
“Dulu aku anak orang kaya. Apa yang aku mau, bisa aku dapatkan. Tapi saat ayah meninggal, semuanya hilang. Untuk bertahan hidup, aku menjual diriku ke banyak pria. Mungkin sudah ribuan pria yang meniduriku. Saat aku hamil, ibu tiriku ingin aku menggugurkan Tini dan Gatot karena ayah mereka tidak jelas siapa. Tapi aku ingin mereka hidup. Aku kabur tanpa membawa apa-apa. Aku hidup menggelandang. Sampai akhirnya aku melahirkan dan ditolong oleh eyang Dimas dan eyang Ajeng. Jadi, jika kau bertanya siapa ayah kandung mereka, aku juga tidak tahu.” Samantha tidak menangis kali ini. Ia ingin berdamai dengan masa lalunya. Ia juga tidak mengkhawatirkan jika Arjuna akan membocorkan masa lalunya. Ia merasa ia bisa mempercayai Arjuna.
Arjuna terdiam. Hatinya teriris saat mendengar cerita dari Samantha. Awalnya ia ingin mengaku jika ia adalah ayah kandung Gatot dan Tini. Tapi ia mengurungkan niatnya. Ia merasa malu dengan dirinya sendiri. Jika saja saat itu ia tahu keadaan Samantha, ia pasti akan bertanggung jawab atas Samantha.
“Pakde ...” Gatot memanggil Arjuna.
“Pakde ...” Tini memanggil Arjuna.
“Pakde budek ya mbak?” bisik Gatot ke Tini.
Arjuna mendengarnya. “Berani-beraninya ngomongin pakde budek.” Arjuna mengangkat tinggi Gatot.
“Pakde, Gatot takut.” Gatot merasa pusing.
“Gatotkaca itu sering terbang. Kok Gatot yang ini pengecut?” ejek Arjuna.
“Gatot nggak penakut. Gatot berani.” Gatot memberanikan dirinya membuka mata. Ia sekarang berada di pundak Arjuna. Tini menangis.
“Tini kok nangis? Pakde nggak ngapa-ngapain Tini lho.”
Gatot berbisik ke Arjuna. “Mbak Tini mau digendong di pundaknya pakde juga.”
Arjuna menurunkan Gatot dan menaikkan Tini ke pundaknya. Impian kecil Gatot dan Tini tercapai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments