3 Petuah Hidup

Saat akan menjalani transfusi darah. Gatot berbaring di ranjang rumah sakit.

Tetapi sikap positif Gatot tetap ada. Ia tidak mau dikasihani oleh orang-orang. “Mama sama mbak Tini jangan nangis. Gatot nggak papa.” Gatot berusaha terlihat sehat. 

Suster datang untuk memasang alat transfusi darah.

“Bulik suster, apa jarumnya kuat?” tanya Gatot.

“Jarumnya kuat.”

“Jarumnya harus kuat. Gatot itu ototnya kawat. Tulangnya besi. Kalau nggak kuat jarumnya nanti patah.” Ucapan Gatot membuat semuanya tersenyum. Samantha yang down juga menjadi bersemangat lagi. 

Saat ini memang Gatot harus menjalani transfusi darah. Tapi aku juga harus kuat.

Talasemia memang tidak bisa disembuhkan tapi dengan pengobatan saat ini bisa meningkatkan kualitas hidup penderita.

Gatot menahan sakit saat jarum ditusuk. Ia mau menangis tapi malu. Laki-laki nggak boleh nangis.

Proses transfusi darah sudah selesai. Gatot diperbolehkan pulang.

*talasemia adalah penyakit genetik. Di mana terjadi penurunan produksi hemoglobin yang berakibat terganggunya pasokan sel darah merah ke seluruh tubuh.

Di rumah.

“Eyang ...” Gatot berlari dan memeluk eyang Dimas. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa pada dirinya.

Eyang Dimas menggendong Gatot. 

“Eyang, Gatot tadi nggak nangis.”

“Tapi eyang, Tini lihat air matanya Gatot.” Kartini memperagakan Gatot yang sempat menangis.

“Mbak Tini ...” Gatot tidak ingin diungkap rahasianya.

Eyang Dimas menurunkan Gatot saat ia melihat ada sosok pria yang datang mendekat. Arjuna? Cucuku datang? Terakhir kali mereka berhubungan adalah beberapa tahun yang lalu.

Arjuna adalah cucu eyang Dimas yang pergi ke luar negri untuk melanjutkan bisnis ayahnya di sana. 

“Eyang ...” Arjuna membungkukkan badannya. Ia menyalimi dan mencium punggung tangan eyang Dimas dan eyang Ajeng. Arjuna melihat Samantha dan anak-anak.

“Eyang nikah lagi? Jadi, ini bulik dan paklik aku?” Arjuna seperti melihat dirinya di diri Gatot. Gatot sangat mirip dengan dirinya saat kecil. Dan Kartini itu mirip ibunya saat kecil, Srikandi.

“Gundulmu itu.” Eyang Dimas memukul kepala Arjuna.

“Sakit Eyang. Aku nggak gundul. Harusnya eyang nyebut rambutmu itu.”

Gatot dan Kartini tertawa. Arjuna memperkenalkan dirinya ke Samantha. “Aku Arjuna.”

“Samantha.” Samantha menyambut jabat tangan Arjuna.

“Kamu siapa cah ayu?” Arjuna merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan pandangan mata Kartini.

“Tini. Kartini.”

“Kamu siapa cah ganteng?” Arjuna bertanya ke Gatot.

“Gatot.”

“Gatot? Gagal total?” Arjuna hanya bercanda.

“Gatot dari Gatotkaca. Yang ototnya kawat tulangnya besi itu pakde,” ucap Gatot.

“Ar, masuk. Bawa barang-barangmu masuk dulu. Ngobrolnya dilanjutin di dalam,” kata eyang Ajeng.

“Inggih.”

Arjuna beristirahat sebentar di dalam kamarnya. Ia merasa jet lag. Di dalam kamar ia mendengar suara latihan dari sanggar. Ia bisa mendengar suara Gatot yang sedang membawakan tokoh punakawan. Gatot membuat suara yang berbeda dari tiap tokoh yang ada. Gatot cukup berbakat juga.

Arjuna juga mendengar bagaimana Kartini menembang. Suara Kartini mirip suara ibu waktu kecil. Arjuna sering mendengar suara ibunya melalui kaset. Srikandi, ibu Arjuna juga menjadi sinden cilik. Keluarga mereka memang berada di bidang seni secara turun temurun.

Malam harinya.

Samantha mengetuk pintu untuk mengajak Arjuna makan malam. Menu malam ini adalah nasi liwet kesukaan Arjuna. Sengaja dibikin eyang Ajeng untuk menyambut kedatangan Arjuna yang sudah lama berada di luar negri.

Di ruang makan.

“Beneran Gatot dan Tini itu bukan anak eyang?” Arjuna masih meragukan eyangnya.

“Minta dipukul lagi tole satu ini.” Eyang Dimas emosi.

“Mak Tini, eyang bisa galak juga.” Gatot berbisik ke Kartini.

“Iya.” Tini jadi takut melihat eyang Dimas. Selama ini eyang Dimas jarang marah ke siapapun. Walaupun ada sinden atau pemain musik yang salah saat pertunjukkan, eyang Dimas tidak marah.

Selesai makan malam, Samantha menyajikan es dawet. “Kata eyang Ajeng, kamu suka es dawet.”

Arjuna langsung meminum habis es dawet favoritnya itu. “Akhirnya aku bisa minum ini lagi.” Hidup di luar negri membuatnya selalu menyantap menu barat. Makanan Indonesia juga dijual. Tapi jarang yang membuat es dawet. Biasanya ada makanan padang dan makanan lain yang harganya sudah pasti mahal. 

“Ini resepnya bude Yati, ya?” Arjuna tahu siapa pemilik resep.

“Kok kamu bisa tahu?” Samantha memang belajar membuat es dawet dari bude Yati.

“Es dawet buatan bude Yati itu paling the best.” Arjuna menambah lagi.

Selesai makan malam. Gatot dan eyang Dimas menonton youtube di TV. Mereka akan menonton pertunjukan wayang dari Ki Manteb Sudarsono. Dalang legend yang sudah meninggal karena covid dan terkenal dengan jargon pancen oye. Bagi eyang Dimas seorang dalang itu harus terus belajar seumur hidupnya. Tidak ada kata berhenti.

Pertunjukkan dimulai dengan alunan gamelan lalu diikuti nyanyian sinden. Lalu dalang mulai bercerita. Wayang mulai bergerak di layar. Kalau anak seusianya biasanya bermain game online mobile legend, berbeda dengan Gatot, ia lebih menyukai wayang.

Gatot dengan serius memperhatikan bagaimana cara Ki Manteb Sudarsono menggerakkan wayangnya. Caranya menuturkan kisah. Apalagi sabetannya saat adegan perkelahian. Mantap Jiwa. Ki Manteb Sudarsono memang bisa membuat penontonnya merasa tertarik dan menonton sampai habis pertunjukkan wayangnya. 

Tak terasa tiga jam berlalu. Eyang Dimas memang membiasakan Gatot untuk melihat banyak pertunjukkan wayang dari banyak dalang. Gatot memang bisa belajar darinya tapi Gatot yang masih kecil harus bisa menambah ilmu perdalangan dari dalang-dalang senior. 

Selesai menonton, mereka beristirahat di kamar mereka masing-masing.

Keesokkan malamnya eyang Dimas membawa Gatot ke pertunjukkan live wayang yang diadakan oleh dalang lain. 

Gatot memperhatikan dengan seksama bagaimana dalang itu beraksi. Wayang kulit mengandalkan dalang untuk bisa menjadi hidup. Wayang kulit memang hanyalah kulit yang dibentuk menjadi banyak karakter wayang tapi dengan adanya dalang, wayang kulit menjadi hidup.

Terkadang dalang juga dalam pertunjukkannya menyebutkan petuah hidup yang keluar dari wayang yang ia pertunjukkan seperti dari Ki Seno Nugroho. Beliau juga sudah almarhum. Salah satu petuahnya adalah :

Saya beritahu kamu, ya.

Kehidupan di dunia ini hanya sementara.

Kehidupan di dunia itu ibarat orang menyebutnya seperti kilatan petir.

Namun kehidupan sebenarnya di alam baka.

artinya ada di akhirat sana.

kalau perilakumu di dunia penuh dengan kekeliruan, senang jahat terhadap sesama, tindakan buruk, budi pekertimu tidak baik.

besok kelak tempatmu menebus dosa akan sulit.

kesulitan untuk menebusnya.

suatu saat kamu akan mendapatkan siksaan tanpa pengampunan.

tapi jika perilakumu di dunia berbudi pekerti luhur 

tidak pernah salah tindakanmu.

selalu benar perbuatanmu.

dan besok di akhirat akan nyaman hidupmu.

seperti itu kok gak dipikir.

kamu itu sebenarnya mikir apa?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!