4 masuk ke kandang singa?

Keesokkan harinya.

Samantha membangunkan kedua buah hatinya.

“Gatot, Kartini, Bangun.” Samantha menepuk ringan lengan atas kedua anaknya itu. Mereka bertiga masih tidur dalam satu kamar.

Gatot yang pertama kali bangun. Kartini yang agak susah untuk dibangunkan. Sepertinya Kartini adalah tipe night owl. Orang yang lebih hidup saat malam hari.

Samantha menggendong Kartini ke kamar mandi. Kartini masih saja menutup matanya walaupun ia sudah berdiri. Setelah penuh perjuangan akhirnya mereka bisa sarapan.

Mereka berangkat ke sekolah diantar Arjuna yang kebetulan ingin tahu di mana sekolah mereka. Sekolah Kartini dan Gatot ternyata sekolahnya dulu.

Samantha mengantarkan kedua anaknya ke depan ruang kelas. Ia lalu pulang diantar Arjuna.

Di dalam kelas.

Gatot dan Kartini mendengarkan dengan seksama apa yang diterangkan guru mereka.

Saat istirahat, mereka bermain bersama teman-teman mereka. Hanya saja Tini sering menegur Gatot jika berlari berlebihan karena kondisi tubuh Gatot yang lemah. 

Saat pulang sekolah.

Gatot dan Kartini masih menunggu jemputan. Mereka melihat teman sekolah mereka dijemput orang tua mereka masing-masing.

Ada yang dijemput ibu, ada yang dijemput ayah. Mereka memandang teman mereka yang duduk di tengkuk sang ayah. Mereka juga ingin bisa seperti itu.

Tidak mungkin mereka meminta Samantha menggendong mereka seperti itu. Apalagi meminta Eyang Dimas. Bisa-bisa eyang Dimas patah tulang leher.

“Mbak. Kenapa kita cuma punya mama? Kok kita nggak punya papa?” tanya Gatot. 

“Mbak juga nggak tahu. Nanti kita tanya mama. Papa ada di mana,” jawab Tini. Selama ini sang ibu tak pernah bersuara perihal ayah mereka. 

“Tini sama Gatot belum dijemput?” tanya Legi, ayah dari Alice, teman mereka.

“Belum.”

“Om antar pulang, ya?” saran Legi.

“Terima kasih, Om. Bentar lagi mama jemput,” jawab Tini.

“Pakde ...” Tini melihat Arjuna datang menjemput. “Jemputan Tini sama Gatot sudah datang.”

“Bye bye Om. Bye bye Alice.” Gatot dan Kartini berpamitan dengan Alice dan Legi. Mereka pulang ke rumah. 

Di rumah.

Selesai makan siang. Gatot dan Kartini tampak ragu. Mereka hendak bertanya tentang ayah mereka ke Samantha yang sedang melipat pakaian kering. 

“Mama ...” Gatot duduk di sebelah kiri Samantha.

“Iya ...” jawab Samantha tanpa menoleh.

“Mama ...” Tini duduk di sebelah kanan Samantha. “Mama, papa di mana?”

Deg ... Pertanyaan ini yang membuat jantung Samantha terkejut. Ia tahu ia akan ditanyai perihal ayah oleh Gatot dan Kartini. Tidak mungkin ia berkata jujur jika Gatot dan Kartini adalah hasil satu malam bersama pria asing.

“Papa kalian ... sudah meninggal.” Maafkan mama. Mama tidak bisa berkata jujur. Kalian masih kecil. Setelah kalian dewasa mama akan cerita.

Hati Samantha terasa perih. Kebenaran tentang dirinya yang seorang wanita penghibur akan diketahui anak-anaknya. 

“Mama punya foto papa? Tini mau lihat.” Tini ingin melihat sang papa walau hanya berupa foto.

“Mama tidak punya foto papa. Waktu itu rumah mama sama papa kebanjiran. Semua foto rusak.” Aku berbohong lagi. Padahal aku sering memberitahu mereka untuk berkata jujur. 

“Mama masih ingat papa seperti apa wajahnya?” Tini sepertinya ingin tahu wajah sang papa.

“Papa itu ganteng. Seperti Gatot.” Aku berbohong lagi. Mama nggak tahu yang mana papa kalian. Mama sudah tidak bisa menghitung lagi siapa saja yang sudah tidur dengan mama.

Dulu dalam sehari Samantha bisa melayani sepuluh orang bahkan lebih. Dalam sebulan beratus pria tidur bersamanya. Dan hal itu terjadi berbulan-bulan. Benih siapa yang menjadi Gatot dan Tini, Samantha tidak tahu.

Air mata Samantha menitik. Ia buru-buru menghapus air mata itu. ia tak mau air matanya dilihat oleh anak-anaknya.

“Gatot, Tini, latihan,” seru eyang Dimas.

“Iya, Eyang,” jawab Gatot dan Tini bersamaan. Gatot dan Tini menuju sanggar. Mereka berlatih seperti biasa.

Eyang Dimas mengawasi Gatot yang sedang membawakan lakon “Semar Mbangun Kayangan”.

Arjuna tampak berada di antara pemain gamelan. Dari kecil ia juga terbiasa mendalang dan bermain musik gamelan.

Hanya saja sebagai hobi dan tidak ia jadikan profesi. Sesuatu yang disayangkan oleh Eyang Dimas karena tidak ada penerus sanggar miliknya.

Tetapi sekarang sudah ada Gatot yang Eyang Dimas harapkan menjadi penerusnya. Karena itu Eyang Dimas setiap hari memberi pelatihan ke Gatot. Tentu saja disesuaikan dengan kondisi kesehatan Gatot.

Malam harinya.

Gatot masuk rumah sakit. Hasil diagnosis dokter menyatakan jika penyakit talasemia Gatot semakin parah. Ia harus menjalani transplan sumsum. Samantha dan Kartini dicek begitu juga dengan eyang Dimas dan eyang Ajeng. Hasilnya sama. Tidak cocok. 

Samantha putus asa. Siapa yang akan ia mintai pertolongan. Dari keluarganya? Itu artinya ia akan masuk ke kandang singa lagi. Juga tidak mungkin ke keluarga ayah Gatot yang ia sendiri tidak tahu siapa.

Arjuna mengajukan diri. Hasilnya cocok. 

Harapan Samantha bangkit lagi. Ia sangat berterima kasih ke Arjuna yang menjadi penyelamat Gatot. Gatot menjalani operasi transplan. Gatot perlahan membaik.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!