"Mila, yuk kita pulang!" ajak Lala menarik tangan mungil itu.
"Nggak mau. Aku mau es krim lagi." tolak Mila.
"Tuh, penjualnya kan udah nggak ada. Mending kita buat sesuatu yang bisa buat kalian berkreasi sendiri." saran Lala yang membuat keduanya berimajinasi.
"Siapa yang mau di ajak pulang?" Lala mengangkat jari telunjuknya ke udara.
Sontak keduanya menjawab, "Saya ."
Lala menggandeng dua bocah balita itu menyeberangi jalan untuk sampai ke rumah.
"Kita mau bikin apa, Mbak Lala ?" tanya Mila penasaran.
Lala mendongak tampak berpikir, "Apa ya, bagaimana kalau kita membuat es krim sendiri. Kita buat es krim dari buah - buahan."
"Aku mau." Milo sangat antusias.
"Tapi ada nggak yang rasa coklat?" Mila masih teringat dengan susu coklatnya.
Lala tersenyum, "Ada,"
Mereka bertiga menuju dapur. Bik Darsih baru pulang belanja dan terlihat kerepotan membawa barang belanjaan. Lala beranjak untuk menolong bik Darsih.
Si kembar merengek, "Mbak Lala mau kemana?"
"Sebentar, mbak bantuin Bik Darsih dulu!"
Lala mengangkat tas keresek merah yang berisi sayuran.
Bik Darsih tampak mencari sesuatu dari belanjaannya. "Nah, ini nih, susu coklatnya buat neng Mila !" seru Bik Darsih memperlihatkan pada Mila. Mila tersenyum riang.
Melihat Mila hanya diam saja, Lala pun bersuara. "Coba, bilang apa setelah mendapatkan sesuatu dari orang lain ?"
Mila merapatkan bibirnya sambil terus menatap mata Lala.
Lala tampak menunggu mulut kecil itu bersuara. "Kita ucapkan, TE - RI - ...."
"Ma kasih," sahut Mila melanjutkan.
"Nah, gitu dong, terima kasih, Bik Darsih !" lanjut Lala.
Memang hal yang mudah dan sepele walaupun itu hanya sebuah ucapan sederhana. Tapi jika tak dibiasakan sejak dini pasti akan terasa berat untuk mengucapkannya.
Mila menirukan kalimat Lala. Bik Darsih senang mendengarnya.
Lala meminta izin untuk menggunakan dapur sebentar. Bik Darsih tak masalah dan ikut membantu. Es buah sudah siap dan saatnya menyimpannya di dalam freezer. Si kembar sangat antusias sekali bahkan mereka berebut ingin membawa baskom. "Sudah, biar mbak Lala saja yang simpan !"
Saatnya jam makan siang. Lala mengajak mereka mencuci tangan.
"Kita makan dulu, yuk !" ajak Lala.
"Nggak mau. Aku masih kenyang." tolak Mila.
Milo yang awalnya tadi setuju dengan ajakan Lala kini mengikuti Mila. "Aku juga."
"Baiklah. Kalau begitu kita tidur siang."
"Nggak mau juga." tolak Mila lagi yang diikuti Milo.
"Loh, kenapa?" Lala mencari alasan mereka menolak.
"Aku mau bermain." Milo berlari menuju tempat biasanya Bik Darsih menyimpan mainan dan diikuti Mila.
Lala pun mengalah dan mengikuti kemauan mereka. Padahal hampir saja tadi Lala berhasil membuat keduanya takluk.
Milo mengeluarkan semua mainannya. Ada robot - robotan, mobil - mobilan dan lain - lain. Mila mengambil boneka. Keduanya asyik bermain. Lala menunggui mereka bermain hingga tertidur.
.
Lala terbangun saat oma Bella berteriak memanggil namanya, "Lala !"
Lala bangkit dan berlari ke kamar oma. "Iya, Oma ada apa ?"
Oma Bella sontak menoleh ke arah Lala begitu Lala datang. Awalnya hendak memarahi Lala, namun setelah melihat wajah Lala yang penuh coretan, Oma Bella tertawa terpingkal - pingkal. Lala masih menata nafasnya, merasa aneh pun lalu bertanya. "Mengapa Oma tertawa setelah melihatku?" tanyanya polos.
Sudut mata Bella sampai mengeluarkan air. Bella menyeka matanya dan memperlihatkan wajah Lala di depan cermin. "Lihatlah wajahmu ! Mahakarya yang sangat lucu."
"Hah !" Mata Lala membola. Ini lebih parah ketimbang kemarin. Bagaimana tidak, wajahnya di make up lucu. Ini ulah Mila yang sangat pandai mewarnai.
Oma Bella meminta Lala untuk segera membersihkan wajahnya. Rupanya saat Lala tertidur, si kembar masuk ke kamar oma dan bermain dengan alat make up nya. Karena kecapekan, mereka pun tidur di lantai.
Setelah membersihkan wajah, Lala memindahkan si kembar ke kamar mereka.
Lala mencoba inovasi baru setelah beberapa kali mengerti apa yang disukai si kembar. Ternyata tak mudah membuat mereka agar cepat luluh.
Lala kini sedang berkutat di dapur lagi. Ia tak menyerah dan berusaha mendapatkan hati si kembar. Lala membuat kue bronis simpel. Ia begitu yakin si kembar akan menyukai bronis manis buatannya. Bronis itu sudah jadi dan Lala membaginya menjadi dua ukuran yang sama.
Lala menyiapkan pakaian yang akan dikenakan si kembar sore nanti.
Milo menggeliat lalu terbangun, mendapati pengasuhnya tengah menyusun pakaian di lemari. "Mbak Lala !" panggil Milo.
Lala menoleh, "Eh, Milo udah bangun. Yuk, kita mandi!"
"Nggak mau. Males. " tolak Milo yang ternyata mematahkan ekspektasi Lala yang mengira Milo itu anak yang penurut.
"Ih, penyakit itu. " Lala pun nggak mau kalah.
"Penyakit ?" Milo mengerutkan dahi tak mengerti ucapan gadis besar di depannya.
"Iya, males itu salah satu penyakit yang harus disembuhkan. Salah satu sifat yang disukai setan."
"Ih, selem ! Aku nggak mau jadi teman setan. " Milo meringkuk.
"Kalau nggak mau jadi temennya setan, yuk kita basmi setan dengan cara membiasakan bersikap baik."
"Ayo Mbak Lala, aku nggak jadi males, mau mandi sekarang !"
Usaha Lala berhasil Lala menggiring Milo ke kamar mandi.
Setelah Milo selesai berpenampilan ganteng dan wangi, kini tiba giliran Mila yang bangun. "Milo, kamu udah mandi?" tanya Mila seraya masih enggan untuk bangun.
"Iya, Mila, kamu cepatlah bangun dan jangan malas, nanti kamu ditempeli setan !"
Setan menurut gambaran mereka adalah sosok yang menyeramkan. Tentu saja mereka takut.
Mila spontan bangkit dari tidurnya. "Kok kamu bilang begitu ?"
"Kata mbak Lala, males itu penyakit yang disebabkan oleh setan." bisik Milo.
"Ih, selem, aku takut !" Mila memeluk kembarannya.
Lala masuk hendak membangunkan Mila. "Eh, Mila udah bangun. Yuk, mandi !"
Mila tak menolak dan mengikuti ajakan sang pengasuh.
Keduanya kini duduk manis di ruang tamu. Keduanya menanti Lala yang menjanjikan kue bronis. Lala datang membawa dua wadah dan membaginya satu persatu.
Mila sangat menyukai kue, terlebih kue bronis buatan Lala yang sangat enak. Mila dengan cepat menghabiskan kue itu. "Hem, enak, bronis nya mau lagi !" Mila menunjukkan piringnya yang sudah kosong.
"Yah kan, sudah habis. Besok kita buat lagi bersama ya !" Lala tahu jika Mila pasti akan merengek jika keinginannya tak dituruti.
Mila melihat Milo yang masih menikmati bronis nya. Mila mengendap dan ... " Hap !" melahap bronis itu yang hendak dimasukkan ke dalam mulut.
Tentu saja yang empunya tak terima bronis nya dimakan Mila. Milo mengejar Mila hendak meminta bagiannya yang juga diambil Mila. Masih tinggal separuh tadi di piringnya.
Arfan pulang dari kantor. Wajahnya yang lesu menandakan dia ingin segera mandi dan istirahat. Begitu ia menutup pintu lalu berbalik, "Bruk !" Mila menabrak Arfan.
Kemeja putih milik Arfan terkena noda bronis. Wajah Arfan bertambah muram. "Mila ...!" bentaknya membuat si gemoy Mila terdiam kaku menatap pamannya.
"Lihat baju om ! Jadi kotor karena kamu."
Lala yang mendengar nada tinggi majikannya bergegas menghampiri Mila. Lala tahu wajah Mila yang cemberut itu pasti akan menangis.
"Maafkan saya Tuan Arfan, saya akan mencuci baju Anda." Ujar Lala sambil membungkukkan badan sebagai sikap bersalah nya yang lalai menjaga si kembar.
Arfan membuang muka kesal.
Lala menatap Mila lalu merendahkan tubuhnya dan berdiri dengan lutut sebagai tumpuan. "Mila, Sayang, yuk kita masuk ke kamar ! Mila pingin denger tidak kalau Mbak Lala bercerita, Mila mau cerita si kancil dan buaya ?" Lala mencoba menghibur Mila. Mila mengangguk dan tak jadi menangis.
Milo tahu pamannya marah, berhenti mengejar Mila dan memilih mengalah. Toh, pengasuhnya bilang besok mau bikin lagi.
Arfan menatap kepergian pengasuhnya. Ada segelintir rasa yang aneh yang ia rasakan entah itu apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Diana Resnawati
mulai suka nih Arfa sm lala
2024-02-22
0