“Hallo, selamat pagi, apakah ini dengan keluarga Rachel Siregar ?” tanya seorang perempuan dari jarak jauh. Tutur bahasanya yang halus membuat Arfan yakin untuk memberi sahutan.
Arfan yang baru saja membuka acara meeting pun terpaksa mengangkat deringan ponselnya yang sejak tadi ia abaikan. Biasanya pria yang lahir 30 tahun ini mematikan ponselnya saat sedang rapat, tapi karena ia lupa jadi tak sempat. Panggilan itu sudah keempat kalinya. Dirasa begitu penting, Arfan pun menerimanya.
“Ya, saya adiknya. Arfan Siregar.” Sahut Arfan yang mulai berpikir tentang kakaknya yang cerewet itu.
....
Arfan tiba – tiba saja terdiam kaku setelah mendengarkan penuturan seseorang tadi yang ternyata adalah petugas medis. Arfan mendapatkan kabar buruk jika kakak dan kakak iparnya mengalami kecelakan saat perjalanan menuju arah Jakarta. Itu artinya pasangan suami istri itu tengah perjalanan pulang setelah bepergian ke Solo. Seolah tak percaya dengan yang ia dengar, ia pun mencoba menghubungi sang kakak ipar. Mirisnya yang mengangkat panggilannya adalah orang yang sama, petugas medis tadi. Barulah Arfan percaya berita buruk itu.
Arfan meminta Johan, sang asisten untuk melanjutkan meeting.
“Sebenarnya ada apa Pak?” tanya Johan sempat penasaran juga, tak biasanya atasannya meninggalkan meeting meski itu hal yang sangat penting.
“Kak Rachel dan suaminya sedang kritis. Aku akan ke rumah sakit. Kamu tolong handel rapat ini selama aku pergi.” Terang Arfan seraya mencari kontak seseorang.
Johan menganggukkan kepala, “Baik Pak !” sahutnya tegas.
Arfan meninggalkan ruangan rapat dengan langkah buru – buru. Kepergian Arfan membuat semua karyawan yang melihatnya keheranan. Atasan mereka yang terkenal disiplin waktu itu perlahan menghilang dari pandangan mereka.
Arfan menghubungi mamanya, Bella. “Ma, datanglah ke rumah sakit DKT sekarang juga. Aku akan berangkat dari kantor.” Arfan segera mematikan ponselnya sebelum Bella bertanya. Arfan tahu mamanya pasti sangat shock mendengar kabar ini. Jadi, biarkan mamanya melihat sendiri kejadian yang anak perempuannya alami. Arfan tak berhenti berdoa dalam hati tatkala ia mengendarai mobilnya menuju rumah sakit. Meski tadi Arfan mendapat kabar jika kedua keponakannya dalam keadaan baik – baik saja.
Meski Arfan dan Rachel terpaut jauh usianya, tapi hubungan komunikasi mereka sangat bagus. Rachel selalu bercerita tentang masalah pribadinya dulu saat sedang pdkt dengan Soni. Arfan pun mengimbangi dengan memberikan masukan yang sangat mudah Rachel terima. Itulah sekelumit kenangan yang kini menghiasi pikiran Arfan.
Arfan mempercepat laju mobilnya. Perasaannya kini mendadak tak enak. Dalam waktu kurang lebih 18 menit Arfan tiba di RS DKT.
Terlihat di parkiran bang Maman turun dari mobil dan mengitari mobil untuk membukakan pintu majikannya. Bella keluar dan langsung melihat Arfan yang berjalan ke arahnya.
Arfan langsung di suguhi pertanyaan oleh sang mama.
“Ar, siapa yang masuk rumah sakit?” tanya Bella harap – harap cemas.
“Kak Rachel dan suaminya.” Sahut Arfan sembari terus berjalan meninggalkan mamanya yang mungkin sangat shock tak percaya.
Soni memang sempat pamit akan pergi ke luar kota untuk tugas dinas sebagai kepala keuangan, tapi Rachel dan kedua anaknya merengek untuk ikut. Sekalian mengisi liburan. Soni tak bisa menolak permintaan istri tercintanya itu. Soni bepergian sudah 4 hari ini.
Bella berhasil mengejar dan mengimbangi langkah Arfan. “Lalu, bagaimana keadaan mereka?” kecemasan semakin kentara dari wajah yang mulai keriput itu.
“Kritis.” Sahut singkat Arfan yang membuat dada mama Bella tak karuan rasanya. Sesak itu pasti dialaminya, apalagi usianya yang rentan dengan berbagai penyakit.
Arfan terus berjalan memasuki rumah sakit dan sampai di depan ruangan ICU. Seorang dokter berjubah hijau keluar, menatap Arfan dan Bella. “Apakah Anda keluarga korban kecelakaan bernama Rachel Siregar dan Soni Gumilang ?” tanya dokter itu untuk memastikan kedatangan mereka berdua.
“Ya, saya adiknya dan ini ibu saya. Bagaimana keadaan mereka, Dokter?” tunjuk Arfan pada diri nya lalu ibunya, Bella yang mulai terlihat menangis.
“ Kami sudah berusaha melakukan pertolongan semaksimal mungkin. Darah terus saja mengalir dan sulit dihentikan. Tuhan telah memanggil mereka berdua untuk kembali ke sisinya.” Terang Dokter itu seraya memberi penguatan kepada keluarga korban.
Bella menjerit histeris tak terima jika anak dan menantunya meninggal secepat ini. Arfan menenangkan Bella. Bella langsung berlari masuk untuk melihat kedua jenazah anaknya.
“Rachel, kenapa kamu pergi meninggalkan mama secepat ini, Sayang!” Bella meraung tak terkendali. Arfan bergegas memeluk ibunya dan menyadarkan kalau masih ada si kembar yang perlu di jaga. Bella pun berangsur mulai reda tangisannya lalu menatap dokter.
“Lalu, cucu – cucu saya dimana Dokter?” tanya Bella disela isak tangisnya.
Dokter mengantar Bella sementara Arfan mengurus berkas persiapan kepulangan kedua jenazah.
“Mila, Milo!” seru oma Bella memanggil kedua cucu kembarnya. Si kembar tengah berada di taman dengan seorang petugas medis yang menjaganya. Mereka tak sekedar di ajak ke taman tapi juga dibelikan beberapa cemilan agar tidak rewel. Sejak ditemukan di TKP, si kembar menanyakan kedua orang tuanya.
“Oma !” balas si kembar yang langsung menghambur ke arah nya.
Bella menciumi dan memeluk mereka erat. Air matanya pun pecah kembali.
“Oma, kenapa menangis?” Mila menghapus pipi oma Bella yang basah.
“Mana papa dan mama, kata kakak di sana papa sama mama sedang tidur,” timpal Milo.
Saat ditemukan Mila dan Milo dalam keadaan terjepit. Beruntung mereka tidak mengalami cidera. Mereka melihat kedua orang tuanya sedang tidur. Para petugas segera menjauhkan mereka agar tidak trauma lebih parah.
Bella tak kuasa untuk menjawab pertanyaan Milo. Kemudian Arfan menyusul.
“Om Arfan, papa sama mama mana, kok nggak ikut jemput kami di sini?” Mila melihat pamannya datang seorang diri.
Hati Arfan sangat sakit, tidak mungkin juga ia memberitahukan kebenaran ini pada bocah balita. Arfan hanya memaksakan senyum di sela rapuhnya jiwa. “Kalian sudah makan?” Arfan mencoba mengubah pembicaraan.
Mila dan Milo kompak menggeleng. “Belum, tapi kalau makan jajan sudah.” Terang si cantik Mila.
Seorang perawat datang dan mengabarkan jika jenazah sudah bisa diantar pulang.
Mendengar kata jenazah, si kembar pun langsung mengerti dan protes. “Jenazah siapa Om ? Kakak yang di sana bilang, papa dan mama sedang tidur kan ?” Milo menghadap Arfan disusul Mila yang lepas dari pegangan oma Bella.
Arfan merendahkan tubuhnya, berdiri dengan lutut sebagai tumpuan, mendekap keduanya. Semenit kemudian, air mata Arfan mengalir meski tak terdengar suatu tangisan.
“Om Arfan, kenapa menangis, tadi oma sekarang gantian Om yang nangis.” Mila menangkap wajah Arfan dengan kedua tangannya yang mungil.
“Mila, Milo mulai sekarang kalian harus janji dulu sama Om,” Arfan memperlihatkan jari kelingkingnya.
“Janji apa dulu Om?” protes Milo yang sepertinya sulit diajak kompromi.
“Pokoknya janji dulu.” Arfan pun tak mau kalah.
Mila dan Milo bergantian janji kelingking.
“Karena mama Rachel dan papa Soni orang yang baik, sekarang mereka berdua di panggil oleh Allah untuk menghadap.” Terang Arfan begitu hati – hati.
“Itu artinya apa, Om?” Mila sepertinya sudah merasakan, matanya berkaca – kaca. Terlebih Milo, meski matanya mulai berair tapi ia masih kuat.
“Orang tua kalian sudah meninggal. Sesuai janji kalian, kalian tidak boleh sedih.” Arfan memegang bahu mereka.
Bagaimana tidak menangis, orang tua adalah orang yang sangat dekat dengan kita, apalagi mereka yang masih balita. Keduanya pun menjerit tak karuan. Arfan lekas menggendong Mila. Oma Bella yang tak kuat tenaganya hanya mampu menggandeng Milo saja.
.
Satu minggu setelah pemakaman Rachel dan Soni, Mila dan Milo sangat susah di atur.
“Aku nggak mau mandi, kalau bukan mama yang mandiin !” teriak Mila dari balik pintu kamar. Mila mengunci dari dalam.
Oma Bella berusaha membujuk beserta dua orang pengasuh baru mereka. Pintu terbuka, dua pengasuh itu masuk dan apa yang terjadi ? Mereka justru menjadi sasaran kejahilan si kembar.
Satu minggu juga si kembar berhasil membuat para pengasuh pergi dan kapok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Dewa Dewi
😭😭😭😭😭😭
2024-02-16
0
Soraya
mampir thor
2024-01-20
1