Bab 5

"Nah ini kamar kamu" kata Pak Sugeng, sambil membuka pintu kamar, setelah mereka sampai di sebuah ruangan yang berukuran 3 x 3.

"Nggak salah nih?" Tanya Ricky setelah melongok ke dalam, dan melihat beberapa pakaian di dalamnya. "Bukannya ini sudah ada yang nempatin?" sambungnya lagi.

"Di sini kamu tinggal bersama 2 santri lain" jawab Pak Sugeng ramah.

"Hah..kamar sekecil ini di tempati tiga orang?" jawab Ricky terkejut. "Yang benar saja, ini sih penjara namanya, bukan kamar, mana kecil banget lagi" gerutu Ricky.

Baginya ini terlalu kecil buat di tempati tiga orang, bahkan kamar di rumahnya saja yang lebih luas dari ini, hanya di tempati dia sendiri.

"Kalau mau kamar yang gede, kamu carinya hotel, bukan pesantren" jawab Pak Sugeng menimpali ucapan Ricky. "Di sini tempat buat nyari ilmu, bukan buat tidur" sambungnya lagi sambil berlalu meninggalkan Ricky.

"Mana bisa tidur gue kalau begini" gerutunya, setelah Pak Sugeng pergi. "Sabar Rick..tenang aja, lo nggak akan lama tinggal di sini" batinnya lagi sambil tersenyum mengingat perjanjiannya dengan Pak Kiai.

Sementara itu Pak Robby yang sudah berada di rumah Pak Edi, tengah duduk di teras depan bersama Pak Edi, Pak Robby memang langsung pamit tidak lama setelah Ricky meninggalkannya, dia tengah memikirkan ucapan Pak Yusuf, yang dia sendiri belum mengerti.

"Tenang saja Pak, insya Alloh Mas Ricky akan baik-baik saja" ucap Pak Edi yang melihat bossnya tengah memikirkan sesuatu, Pak Robby pun menoleh ke arah supirnya itu.

"Saya justru khawatir, Ricky akan cepat pulang" jawab Pak Robby dengan ragu. "Tadi Pak Kiai memberi syarat yang terlalu mudah buat Ricky, jika dia ingin pulang" sambungnya lagi.

"Syarat.??" jawab Pak Edi sambil mengernyitkan dahi tidak paham, dan Pak Robby pun menceritakan semua percakapannya dengan Pak Kiai.

"Pak Robby tidak usah khawatir, Pak Kiai pasti punya rencana lain yang kita tidak tahu" jawab Pak Edi menenangkan bossnya setelah mendengarkan ceritanya, dan percakapan mereka pun teralihkan dengan kedatangan istri Pak Edi yang membawakan dua cangkir kopi.

**

Di tempat lain, dua santri tampak terkejut, mendapati ada orang baru di kamar mereka yang tengah fokus memainkan ponselnya sambil tiduran.

"Assalamu'alaikum.." sapa salah seorang diantara mereka, keduanya pun saling berpandangan ketika tidak ada respon dari orang tersebut.

"Innalilahi wa innailaihi roji'un.." ucap salah satu temannya yang membuat Ricky reflek bangkit dan menoleh membuat pandangan mereka saling bertemu.

"Lo berdua nyumpahin gue mati?" Tanya Ricky sedikit emosi.

"Eh..maaf, nggak gitu maksudnya" jawab salah satu dari mereka sambil menyikut temannya untuk minta maaf yang membuat temannya menoleh, dia sendiri tidak menyangka temannya akan berucap seperti itu.

"Iya-iya maaf" ucapnya tanpa rasa bersalah. "Emang situ nggak denger salam tadi?" Tanyanya kemudian, yang mendapat pelototan dari Ricky.

"Uwes-uwes.." ucap salah satu temannya sambil berjalan mendekati Ricky.

"Sepurane..lha koe sopo, kok nang kamarku?" sambungnya lagi sambil duduk di hadapan Ricky.

"Apaan sih..nggak jelas banget..nggak ngerti gue" jawab Ricky. "Gue Ricky dari jakarta, santri baru di sini.." sambungnya lagi dengan kesal, pasalnya belum genap satu hari saja dia di sini, sudah dibuat emosi, apalagi kalau sampai bertahun-tahun, bisa stroke gue" pikirnya.

"Lhoo..nggak ngerti to, pantesan" ucap salah satunya lagi sambil mendekat. "Kenalin, gue Samsul..santri terpopuler di pesantren ini" ucapnya lagi sambil mengulurkan tangan.

"Oooh..jadi nama lo samsul, orang yang tadi nyumpahin gue mati? nggak penting banget" ucap Ricky tanpa mau membalas uluran tangannya.

"Eladalah..semprul, sembarangan kalo ngomong, tak sumpahin jadi orang kaya, ribet hidup lo" omel Samsul sambil menarik tangannya kembali.

"Udah-udah jangan ribut, kenalin aku Hasan, salah satu santri di sini, dan kita bakal jadi teman sekamar" ucap Hasan sambil mengulurkan tangan dan menenangkan mereka.

"Nggak perlu..lagian gue juga nggak bakal lama tinggal di sini" jawab Ricky yang juga menolak uluran tangan hasan.

"Wah..bener-bener songong ni orang" maki Samsul yang masih nggak terima dengan sikap Ricky.

"Gue aja yang udah lama tinggal di sini, baru dapet ilmu segini ( sambil menunjukkan ujung kukunya ) nah ini pake ngomong nggak akan tinggal lama lagi..emang udah bisa apa kamu? baca kitab kuning?" Gerutu Samsul.

"kitab kuning..kitab kuning..gigi lo kuning" jawab Ricky sewot.

"Maksudnya nggak lama itu gimana? Tanya Hasan penasaran.

"Tadi Pak Kiai bilang, kalau gue udah punya bekal, gue boleh pulang" jawab Ricky yang tampak sudah tidak emosi, dia hanya mengatakan hal itu karena baginya hanya itu permasalahannya, toh dia juga sudah tahu kalau hanya jalan pulang ke rumahnya, yang menjadi syarat kedua untuknya.

"Ooh..jadi kamu di sini hanya mengumpulkan uang buat ongkos pulang, bukan karena ingin ngaji?" Tanya samsul dengan nada merendahkan. "Bagus..bagus, kenapa nggak sekalian aja bikin tulisan BANTUAN UNTUK ANAK TERLANTAR, terus kamu keliling dah ke kampung-kampung, pasti banyak yang ngasih sumbangan" sambungnya lagi.

"Jaga mulut lo!!" hardik Ricky yang mulai tersulut lagi emosinya. "Lo pikir gue pengemis hah!!" bentaknya lagi, sambil bangkit dan menarik kerah baju Samsul.

"Udah-udah jangan berantem lagi, ini pesantren bukan arena tinju" lerai Hasan sambil memisahkan mereka dan duduk diantara keduanya. "Koe menengo sik sul" sambungnya lagi sambil memandangi Samsul.

Ricky pun mulai duduk kembali dengan wajah yang masih tampak kesal, dia masih belum terima dengan kata-kata Samsul yang menghinanya sebagai peminta-minta.

"Emang kamu butuh uang berapa?" Tanya Hasan penasaran, pasalnya tadi dia sempat melihat ada mobil mewah yang terparkir di depan rumah Pak Kiai, dan mungkin itu adalah mobil keluarga Ricky, tapi kenapa dia masih butuh uang, kalau keluarganya saja sangat kaya, dan belum sempat Ricky menjawab pertanyaannya, suara adzan mengalihkan perhatian mereka.

"Eh..sudah adzan, ayo sholat dulu, nanti dilanjut lagi" ajak Hasan sambil bangkit dari duduknya yang diikuti Samsul.

"Malah maen hp, ayo sholat.." ajaknya lagi saat melihat Ricky malah sibuk dengan ponselnya kembali.

"Duluan aja" jawab Ricky enteng, sambil tetap fokus pada layar ponselnya, Hasan pun hanya bisa menggelangkan kepala pelan melihat sikap teman barunya itu, berbeda dengan Samsul yang langsung berdecih.

"Dasar...kafir miskin" maki Samsul yang langsung mendapat tatapan tidak suka dari Ricky dan juga Hasan.

Menyadari nyawanya terancam diapun segera mengambil ancang-ancang untuk lari, tapi sebelum salah satu dari temannya berucap, dia berkata lagi sambil memandangi Ricky. "Eh salah..fakir miskin maksudnya" ucapnya lari terbirit-birit seperti di kejar setan.

"Br*ngs*k...sini lo kalo berani!" Teriak Ricky yang langsung bangkit dari duduknya, dia sangat marah, pasalnya Samsul masih saja menganggapnya peminta-minta.

#haiii...re**aders **ku **ya**ng **b**ud**iman, mohon **ba**ntuan do'**a **dan** ****du**ku**ngan**nya **dengan*** *cara vote, like dan koment ya😊😊

Makasih🙏🙏🙏**

Terpopuler

Comments

Siti Muniroh

Siti Muniroh

baru juga awal awalan udah kocak,gimana kalau di jadiin filem

2022-07-05

1

Fatonah

Fatonah

😅😅😅....dsr samsul, ada anak bru bknya diajak baik2 mlh nanggepin dbat, bkl jd 11 12 tuh sm siricki

2022-01-04

1

terserah

terserah

ih gt ya sikap anak santri tukang hina gk pants bgt .yah walau pn si riki nya bandel tp itu mulut santri nya gk ada ahlak kata nya dah lama jd santri tp tukang hina gt

2021-01-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!