Bab 3

Handphone pak Robby berbunyi, ketika dia tengah sarapan bersama keluarganya.

"Saya sudah sampai Pak" terdengar suara laki-laki dari balik ponsel miliknya.

"Baik, sekarang istirahatlah, nanti siang kami sampai" jawab Pak Robby sambil mematikan ponselnya.

"Telepon dari siapa Pa?" Tanya Bu Sofi penasaran, karena tidak biasanya sepagi ini suaminya menerima telephone.

"Dari Pak Edi, supir Papa..katanya dia sudah sampai" jawab Pak Robby datar.

"Sampai mana Pa? Memangnya Papa mau ke mana?" Tanya Bu Sofi yang penasaran, pasalnya semalam suaminya tidak bilang kalau mau pergi, kecuali untuk mengantar putranya ke pesantren.

"Jawa" jawab Pak Robby sambil meneruskan sarapannya.

"Jawa?" Tanya Bu Sofi dan Ricky hampir bersamaan, Bu Sofi terkejut, dia tidak tahu kalau Ricky mau di bawa ke pesantren yang ada di daerah jawa, dia pikir Ricky hanya akan dipesantrenkan di daerah jakarta.

Sementara Ricky yang dari tadi hanya diam saja terlihat sangat syok, mengetahui sang papa mau membawanya ke pesantren yang ada di jawa, karena baginya jawa terlalu jauh.

"Apa nggak terlalu jauh Pa? Kenapa harus ke jawa? Bukannya di sini juga banyak pesantren yang bagus? Tanya Bu Sofi panjang lebar, dia khawatir, bagaimana Ricky bisa hidup mandiri tanpa orang tuanya nanti, sedangkan di rumah saja Ricky tidak bisa mengurus dirinya sendiri.

"Iya Pa, kenapa harus ke jawa, Ricky maunya di sini aja Pa" tolak Ricky.

Belum sempat menjawab pertanyaan mereka, Susi yang tiba-tiba datang mengalihkan perhatian mereka.

"Pak Andi sudah datang Pak" ucap bi Susi yang mendapat anggukan dari tuannya.

"Suruh dia masuk" perintah Pak Robby pada pembantunya.

Bi Susi hanya mengangguk dan segera keluar untuk memanggil tamunya masuk.

Tidak lama kemudian bi Susi pun kembali bersama Pak Andi, orang kepercayaan Pak Robby.

"Saya baru mau menghubungimu..apa sudah beres semuanya? Tanya Pak Robby kepada Andi, asistennya di kantor, dia memang meminta Andi untuk mengurusi semuanya, termasuk perlengkapan untuk Ricky di pesantren nanti.

"Sudah Pak, pesawatnya berangkat 2 jam lagi" jawab Pak Andi sopan. "Dan ini keperluan untuk Mas Ricky nanti di pesantren" sambungnya lagi sambil menyerahkan sebuah koper berisi sarung, peci dan baju koko.

"Baik terima kasih" jawab Pak Robby seraya menawarkan sarapan pada Pak Andi, karena dia tahu asistennya pasti belum sarapan, mengingat subuh tadi dia meminta Pak Andi untuk berbelanja keperluan Ricky.

"Terima kasih Pak, saya sudah sarapan tadi" tolaknya halus dan sekaligus pamit undur diri, meskipun sebenarnya dia belum sarapan, tapi terlalu sungkan untuknya jika harus sarapan bersama atasannya itu.

"Kamu tidak akan bisa berkembang jika kamu tetap berada di sini" ucap Pak Robby kepada Ricky. "Sekarang cepat berkemas, karena sebentar lagi kita harus berangkat" sambungnya lagi.

Ricky yang hendak protes segera ditahan oleh ibunya dengan menggenggam bahunya.

"Kamu pasti bisa Nak" ucap Bu Sofi menguatkan hati anaknya, ada kesedihan yang terpancar di wajahnya, tapi Bu Sofi tetap mencoba tegar dengan selalu tersenyum, Ricky pun beranjak ke kamarnya untuk berkemas tanpa membantah.

**

"Jaga dirimu baik-baik sayang, jaga sikapmu di sana ya Nak" pesan Bu Sofi sambil memeluk anaknya.

Bu Sofi memang hanya mengantar anaknya sampai di bandara, karena sang suami memintanya untuk tetap di rumah.

"Iya Ma..Mama juga jaga kesehatan ya?" jawab Ricky, matanya tampak berkaca-kaca, meskipun air matanya tidak sampai terjatuh.

Di dalam pesawat Ricky hanya melamun melihat ke luar jendela, pikirannya kosong, memikirkan sekolah dan sahabat-sahabatnya

Dia tidak sempat untuk berpamitan kepada mereka, lalu bagaimana dengan Lisa..apakah sekarang dia juga sedang memikirkan dirinya, pikirnya.

Ricky pasti akan merindukan semuanya, terutama pada Lisa, tapi apakah mereka bisa betemu lagi nanti, sementara Ricky tidak bisa berhubungan dengan mereka lagi, karena ponselnya disita oleh sang papa, dan sekarang dia tidak memiliki benda persegi canggih itu lagi.

"Jangan cengeng!"

Mendengar kalimat itu, Ricky pun menoleh dan menjumpai sang papa tengah menyodorkan sesuatu kepadanya, Ricky pun melihat benda yang diberikan papanya.

"Kamu bisa hubungi kami jika sewaktu-waktu kamu rindu" ucap Pak Robby sambil menyodorkan benda itu kepada anaknya.

"Ricky tidak butuh Pa" tolak Ricky setelah tahu sang papa memberikan ponsel baru untuknya, dia pun kembali mengalihkan pandangannya ke luar jendela dan menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi.

"Simpan saja, mungkin nanti kamu membutuhkannya" ucap Pak Robby, sambil menaruh ponsel itu pada pangkuan Ricky.

Ricky pun hanya meliriknya sekilas kemudian kembali memandang ke luar jendela lagi, melihat hal itu Pak Robby tahu jika Ricky masih marah dan kecewa terhadapnya, tapi hanya itu cara terbaik untuk anaknya.

Sesaat setelah pesawat landing, mereka berjalan ke luar, dimana Pak Edi sudah menunggu mereka di sana.

Setelah menyapa tuannya dan membantu memasukkan barang-barang ke dalam mobil, Pak Edi melajukan mobilnya meninggalkan bandara.

"Kita mau ke mana dulu Pak? Ke sekolah barunya Mas Ricky apa ke pesantren?" Tanya pak Edi setelah melajukan mobilnya cukup jauh.

"Ke sekolah aja dulu, kebetulan ada berkas yang harus saya serahkan" jawab Pak Robby seraya mengeluarkan beberapa lembar kertas dari tasnya yang memang sudah dipersiapkannya dari kemarin.

"Baik Pak" jawab Pak Edi, kemudian membelokkan kemudinya ke kanan untuk menuju ke sekolah barunya Ricky.

Pak Edi memang berasal dari daerah itu, makanya dia bisa tahu sekolah favorit di daerah itu dan pesantren yang letaknya tidak jauh dari sekolah.

"Kalo mas Ricky butuh sesuatu, nanti Mas Ricky bisa datang ke rumah saya, di rumah ada istri dan juga anak saya" ucap Pak Edi panjang lebar, menyadari anak tuannya yang tampak murung. "Anak saya seumuran dengan Mas Ricky, jadi Mas Ricky bisa berteman dengannya, kalau Mas Ricky mau" sambungnya lagi, yang langsung mendapat ucapan terima kasih dari Ricky.

"Anak bapak namanya siapa?" Tanya Pak Robby yang mulai tertarik dengan obrolan supirnya.

"Intan pak.." jawab Pak Edi sopan. "Kebetulan dia juga sekolah di tempat yang sama dengan Mas Ricky" sambungnya lagi.

Dan obrolan mereka pun terhenti saat mobil mereka mulai parkir di parkiran sekolah.

Mereka langsung menjadi perhatian para siswa yang memang jarang ada mobil mewah masuk ke area parkir sekolah.

Apalagi saat ini sedang jam istirahat, jadi banyak siswa yang memperhatikan dan tampak saling berbisik pada teman di sebelahnya.

Pak Robby pun keluar dari mobil yang diikuti Ricky dari belakang, sementara suasana menjadi semakin heboh, saat melihat Ricky yang memang memiliki wajah tampan, terutama bagi kaum hawa.

Terpopuler

Comments

jangkaremas

jangkaremas

makin seru

2024-07-14

0

Adi Marhadi

Adi Marhadi

sesaat pesawat nya landing bukan take off...

2022-01-23

1

Fatur Rohman

Fatur Rohman

lanjut

2022-01-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!