Bab 2

Di dalam mobil saat dalam perjalanan ke rumah sakit, Bu Rani yang mengetahui bahwa Ricky dikeluarkan dari sekolah membuat dia merasa tidak enak terhadap atasannya, karena bagaimanapun juga Anton juga terlibat dalam perkelahian itu, namun hanya Ricky yang menerima hukumannya.

"Maaf Pak, saya tidak tahu kalau nak Ricky sampai harus dikeluarkan dari sekolah" ucap Bu Rani, mencoba mencairkan suasana.

Sementara Anton hanya diam saja memikirkan nasib ibunya nanti, dia takut kalau ibunya akan mendapat masalah di kantornya, karena dia juga yang menyebabkan anak dari atasannya itu dikeluarkan dari sekolah.

"Tidak apa-apa Bu, jangan terlalu dipikirkan, memang Ricky yang sudah keterlaluan, harusnya saya yang meminta maaf karena sudah membuat anak ibu sampai terluka seperti itu..saya sudah gagal menjadi ayah yang baik" jawab Pak Robby.

"Bu Rani tidak usah berfikir yang tidak-tidak, karena ini memang kesalahan anak saya, dan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan Bu Rani di kantor" lanjutnya lagi.

Dia menyadari Bu Rani mungkin akan sungkan untuk berangkat kerja lagi setelah kejadian ini, jadi dia mencoba untuk meyakinkan Bu Rani bahwa kejadian ini tidak akan mempengaruhi apapun kedepannya nanti.

"Terima kasih pak atas kebaikan Bapak" ucap Bu Rani sambil tersenyum. "Tante minta maaf ya Rick, gara-gara anak tante kamu harus pindah sekolah" lanjutnya lagi kepada Ricky yang dari tadi tampak diam saja memikirkan sesuatu.

Ricky memang ikut mengantarkan mereka ke rumah sakit karena dia tidak membawa kendaraan sediri, motornya disita setelah dia ketahuan sering bolos sekolah, jadi mau tidak mau dia harus diantar jemput sama supir Papanya.

Pak Robby yang melihat anaknya diam saja segera menoleh ke arah Ricky

"Apa sekarang kamu jadi tuli hmm?"

Mendapat pertanyaan seperti itu dari ayahnya, Ricky reflek menoleh ke ayahnya, lalu menoleh ke belakang.

"Saya capek" hanya itu kalimat yang keluar dari mulutnya yang langsung mendapat pelototan dari sang ayah.

"Ricky! Papa tidak pernah mengajarkan kamu bersikap tidak sopan seperti itu kepada orang yang lebih tua" omelnya panjang lebar.

Pak Robby menyadari bahwa untuk menghadapi anaknya itu, tidak bisa dengan cara yang lunak.

"Sudahlah Pak, namanya juga anak muda, masih labil" Bu Rani yang tidak tega melihat Ricky dimarahi ayahnya terus-menerus jadi tidak tega.

Apalagi tadi waktu di ruang UKS, dia sempat ditampar oleh ayahnya saat dia tiba-tiba datang dan memotong pembicaraannya dengan Pak Robby, karena berkata tidak sopan terhadapnya.

"Anak seperti Ricky memang pantas mendapatkannya, Mamanya memang terlalu sering memanjakan dia" jawab Pak Robby.

"Papa sudah tidak bisa lagi mendidikmu, jadi papa akan kirim kamu ke pesantren" ucapnya lagi yang langsung mendapat penolakan dari Ricky.

"Ga pa..aku gak mau ke pesantren" tolak Ricky dengan cepat.

Dia tahu keputusan Papanya sulit untuk dirubah, tapi jika untuk ke pesantren, dia tidak akan pernah mau.

"Papa tidak membutuhkan persetujuan kamu, disini papa yang memutuskan, dan lusa Papa akan segera mengirim kamu ke pesantren"

Dan obrolan mereka pun terhenti saat mobil mereka sampai di rumah sakit, mereka semua keluar, kecuali Ricky yang memang lebih memilih menunggu di dalam mobil, memikirkan nasibnya kelak yang akan dikirim sang papa ke pesantren.

 

***

 

Dalam perjalanan pulang, Ricky lebih memilih diam, sementara Papanya fokus mengemudikan mobilnya.

Mereka memang langsung pulang setelah mengantar Bu Rani dan Anton ke rumahnya, karena kebetulan arah mereka pun sama.

Sesampainya di rumah, Ricky langsung menuju kamarnya, ketika ibunya bertanya, dia hanya menoleh sekilas lalu masuk ke kamar tanpa menjawab pertanyaan ibunya.

"Biarkan saja Ma" cegah Pak Robby saat sang istri hendak menyusul Ricky ke kamar.

"Tumben jam segini Papa sudah pulang, ada apa Pa?" Tanya Bu Sofi saat menyadari raut wajah suaminya yang terlihat murung.

"Anak kesayanganmu berulah lagi di sekolah" jawab Pak Robby sambil mengusap wajah dengan kedua tangannya.

Pak Robby akhirnya menceritakan semua kejadian di sekolah Ricky, serta memberi tahu bahwa Ricky telah dikeluarkan dari sekolahnya.

Mendengar itu Bu Sofi langsung lemas, dan tanpa dia sadari, air matanya keluar tanpa sanggup dia bendung.

"Lusa Papa akan mengirimnya ke pesantren" ucap Pak Robby sambil menatap Bu Sofi yang tampak sudah mulai bisa menerima keadaan.

"Apa nggak terlalu terburu-buru Pa?" Tanya Bu Sofi, mereka memang sudah lama ingin menitipkan Ricky ke pesantren, bahkan rencana itu mereka persiapkan ketika ricky lulus sekolah dasar.

Tapi mereka sepertinya masih terlalu enggan untuk berpisah dengan anak semata wayangnya, terlebih Bu Sofi yang sangat menyayangi putranya itu.

"Hanya itu satu-satunya cara untuk merubah perilaku Ricky Ma" jawab Pak Robby. "Semoga dengan belajar di pesantren, Ricky bisa menjadi anak yang lebih baik" lanjutnya lagi penuh harap, meskipun harapan itu kecil, mengingat sifat Ricky yang susah diatur.

"Terus bagaimana dengan Ricky Pa, apa dia akan setuju untuk belajar di pesantren? Tanya bu Sofi lagi.

"Itu karena mama sering memanjakan dia..pokoknya setuju atau tidak, dia tetap akan Papa kirim ke sana, keputusan Papa sudah bulat!" Jawab apak Robby dengan tegas.

"Nanti biar mama yang bicara pelan-pelan dengan Ricky ya Pa, mudah-mudahan dia mau mengerti" bujuk Bu Sofi, berharap supaya anaknya bisa mengerti.

"Terserah Mama saja, sekarang Papa mau istirahat" jawab Pak Robby sambil berdiri dan menuju ke kamarnya.

Sementara itu Bu Sofi menuju ke kamar Ricky, mengetahui pintu kamarnya tidak dikunci, diapun langsung masuk dan melihat sang anak sedang menyandarkan tubuhnya pada sandaran tempat tidur sedang melamun.

Pandangannya kosong menatap jendela kamar yang menampakkan pemandangan luar, Bu Sofi pun mendekat dan duduk di tepi ranjang.

"Aku nggak mau ke pesantren Ma" ucapnya pada sang mama, berharap agar mamanya mau membujuk sang papa untuk mengubah keputusannya. "Aku mau sekolah di sini" rengeknya lagi.

"Percayalah sayang, ini yang terbaik buat kamu" ucap Bu Sofi sambil membelai puncak kepala anaknya dengan lembut. "Di pesantren nanti kamu juga masih bisa sekolah seperti biasa" lanjutnya lagi sambil tersenyum mencoba menghibur anaknya.

"Tapi di sana nanti tidak bisa dekat dengan Mama" rengeknya, mencoba merayu sang mama, karena Ricky tahu mamanya paling mudah untuk ditaklukkan hatinya.

"Nanti Mama akan sering-sering ke sana buat jenguk kamu" ucap Bu Sofi, sambil tersenyum, dia tahu bahwa Ricky sedang mencoba untuk merayunya.

**

Ketika tiba saatnya makan malam, suasana menjadi hening tidak seperti biasanya.

"Setelah selesai makan, kamu kemasi barang-barang yang akan kamu bawa, besok Papa akan antar kamu ke pesantren!" Perintah Pak Robby, setelah menyelesaikan makannya.

***

Hai para readers yang budiman..baik hati..dan tidak sombong..

ini karya pertama aku lho..jadi kalo masih banyak penulisan yang salah,mohon bimbingannya ya..dan semoga kalian suka..

oiya..mohon bantuan dan dukungannya ya..terima kasih**.

Terpopuler

Comments

jangkaremas

jangkaremas

masih lanjut

2024-07-14

0

Fatur Rohman

Fatur Rohman

bagus

2022-01-11

1

Fatonah

Fatonah

smngat kak othor cus lanjuuut

2022-01-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!