Bab 4

Setelah urusan pendaftaran di sekolah barunya selesai, mereka langsung menuju ke pesantren yang letaknya tidak terlalu jauh dari sekolah.

"Sepertinya Mas Ricky bakal jadi idola di sekolah nanti" goda Pak Edi yang melihat kehebohan di sekolah tadi, yang hanya dibalas dengan senyuman kecil oleh Ricky.

Memang sekolah itu tidak terlalu mewah, tapi menjadi favorit di daerah itu, karena mampu melahirkan siswa-siswa teladan, dan untuk masuk ke sekolah itu pun pihak sekolah lebih mengutamakan nilai daripada uang.

"Tapi ingat, jangan buat masalah lagi!" Ucap sang papa mengingatkan. "Jangan sampai kamu di keluarkan lagi dari sekolah" sambungnya lagi, sementara Ricky hanya diam saja.

"Siapa juga yang mau sekolah di sini" batinnya.

"Nah..itu rumah saya, kalau nanti Mas Ricky mau main" ucap Pak Edi, memecah keheningan di dalam mobil, Ricky pun menoleh ke arah yang di tunjuk oleh pak Edi.

"Kecil sih, tapi rapi"pikir Ricky.

"Kalau begitu nanti saya menginap di rumah Pak Edi saja, sebelum saya pulang besok, boleh kan Pak?" Tanya Pak Robby saat ikut melihat rumah Pak Edi dari dalam mobil, karena Pak Edi sengaja melajukan mobilnya dengan pelan.

"Maaf Pak, tapi rumah saya kecil, takut bapak nanti tidak nyaman, apa tidak sebaiknya bapak saya carikan penginapan saja nanti?" Jawab Pak Edi, sedikit ragu, dia takut atasannya tidak nyaman jika tinggal di rumahnya yang kecil itu.

"Tidak apa-apa, saya malah lebih senang jika menginap di rumah Pak Edi, daripada di penginapan" jawab Pak Robby. "Tapi kalau bapak keberatan, saya juga tidak memaksa" sambungnya lagi.

"Eh..emm bukan begitu maksud saya Pak, kalau bapak ingin menginap di rumah saya, justru saya merasa senang" jawab Pak Edi sedikit gugup, yang langsung mendapat ucapan terima kasih dari atasannya, dan mobil mereka pun melaju agak kencang menuju ke pesantren.

***

Sesampainya di pesantren, mereka langsung menuju ke ruangan pengurus pondhok, sementara Ricky sempat membaca tulisan di sebuah papan kayu panjang yang terpasang tepat di atas pintu gerbang.. "PONDHOK PESANTREN OJO DUMEH"..yang tercetak tebal, dan di bawahnya tertulis.."sugih tanpo bondho..digdoyo tanpo aji" yang tercetak miring dengan tulisan yang lebih kecil, Ricky pun mengernyitkan dahi, tidak mengerti maksud dari kalimat itu.

"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikum salam..lhoh Pak Edi, pripun kabare Pak?" Sapa Pak Sugeng sambil mengulurkan tangan, Pak Sugeng adalah teman lama Pak Edi, sekaligus menjadi salah satu pengurus di pondhok pesantren ini.

"Alhamdulilah baik Pak" jawab Pak Edi sambil menjabat tangan Pak Sugeng. "Oiya..perkenalkan, ini Pak Robby..boss saya, dan itu Ricky, orang yang kemarin saya bicarakan lewat telepon" ucap Pak Edi mengenalkan tamunya.

Pak Robby pun menjabat tangan Pak Sugeng dan mengenalkan dirinya, sementara Ricky malah celingukan memandangi sekitarnya, kebetulan suasananya memang sedang tidak ramai, karena sebagian santri sedang mengaji.

"Mari silakan masuk, kebetulan pak kiai sedang ada di dalam" ajak Pak Sugeng dengan ramah.

Pak Sugeng memang sudah tahu maksud dan tujuan Pak Robby, karena Pak Edi sempat menelponnya kemarin, dan dia pun sudah membicarakannya dengan Pak Kiai.

"Terima kasih" jawab Pak Robby dan langsung masuk menemui Pak Kiai di ruangannya bersama Ricky, sementara Pak Edi menunggunya di luar dan berbincang dangan Pak Sugeng.

"Kenapa boss kamu mengirim anaknya ke pesantren ini, memangnya di jakarta nggak ada pesantren apa?" Tanya Pak Sugeng pada Pak Edi.

"Biar dia bisa mandiri kali" jawab Pak Sugeng. "Kalau di sekitar jakarta, anaknya bisa pulang kapan saja, jadi dia di bawa kemari" lanjutnya yang hanya mendapat anggukan dari temannya itu.

"Assalamu'alaikum Pak Kiai.." sapa Pak Robby.

"Wa'alaikum salam.." jawab Pak Kiai. "Mari silakan duduk" lanjutnya setelah mereka masuk, mereka pun kemudian saling berjabat tangan, dan Ricky pun mencium punggung tangan Pak Yusuf.

"Saya Robby dari jakarta, dan kedatangan saya kemari ingin bersilaturahmi sekaligus untuk menitipkan anak saya agar bisa menimba ilmu di sini, Pak Kiai" ucap Pak Robby. "Dan saya mohon jangan ijinkan anak saya pulang, sebelum dia benar-benar pantas untuk pulang" lanjutnya lagi.

Mendengar ayahnya berbicara seperti itu raut wajah Ricky tampak buruk, dia sadar bahwa dia pasti akan tinggal lama di pesantren ini, atau bahkan sampai dirinya tua.

"Insya Alloh, amanah Pak Robby akan menjadi tanggung jawab saya" jawab Pak Yusuf sambil tersenyum memandangi Ricky. "Itu pun kalau anak bapak betah tinggal di sini" sambungnya lagi, yang menyadari raut wajah Ricky yang buruk.

"Kalau saya tidak betah?" Tanya Ricky antusias, seperti mendapat peluang untuk pulang lebih cepat, dan langsung mendapat pelototan dari ayahnya.

"Tentu saja kamu boleh pulang, setelah memenuhi dua syarat.." jawab Pak Yusuf sambil tersenyum, Ricky ingin protes, kenapa harus ada syarat untuk pulang, jika dia tidak betah tinggal di pesantren ini, tapi sepertinya ini jalan satu-satunya dia untuk bisa pulang dengan cepat.

"Baik..apa syaratnya?" Tantang Ricky.

"Yang pertama kamu harus tahu ke mana kamu pulang..dan yang ke dua, kamu harus punya bekal yang cukup untuk pulang.." jawab Pak Yusuf sambil tersenyum, mendengar kedua syarat itu, Ricky seperti mendapat angin surga, senyumnya merekah lebar menunjukkan deretan giginya rapi.

"Baik, saya setuju" jawab Ricky sambil mengulurkan tangannya untuk membuat perjanjian dengan Pak Yusuf, dan Pak Yusuf pun menjabat uluran tangan Ricky.

Bagi Ricky dua syarat tersebut sangat lah mudah, pertama dia memang sudah tahu rumahnya, dan yang ke dua, dia hanya tinggal menabung untuk bekal pulang nanti.

"Pak Sugeng.." panggil Pak Yusuf, dan laki-laki yang dipanggilnya pun mendekat.

"Inggih Pak Kiai" jawab Pak Sugeng sambil menundukkan kepalanya sedikit.

"Tolong antarkan nak..siapa namanya?" Tanya Pak Yusuf sambil memandang Ricky.

" Ricky Pak Kiai" jawabnya sambil tersenyum penuh kemenangan, bagaimana pun dia tidak akan lama tinggal di pesantren ini.

"Tolong antarkan nak Ricky ke kamarnya!" Perintah Pak Yusuf kepada Pak Sugeng, Pak Sugeng pun mengangguk dan segera mengantarkan Ricky ke kamarnya.

"Injih Pak kiai" jawabnya, kemudian menoleh ke arah Ricky. "Mari saya antar ke kamar kamu" ajak Pak Sugeng kepada Ricky, dan mereka pun pergi meninggalkan Pak Yusuf bersama Pak Robby.

"Maaf Pak Kiai, kenapa Pak Kiai membiarkan anak saya bisa pulang dengan cepat?" Tanya Pak Robby, dia yakin kalau Ricky akan cepat pulang dengan syarat yang diberikan oleh Pak Kiai, karena dia tahu Ricky akan dengan mudah memenuhi kedua syarat tersebut dengan uang yang dia miliki.

"Pak Robby tidak usah khawatir, Ricky akan pulang jika dia memang sudah pantas untuk pulang, sesuai keinginan Pak Robby" jawab Pak Yusuf, yang mengetahui kekhawatiran Pak Robby.

"Lalu dengan syarat yang bapak berikan kepada anak saya? Bukankah itu terlalu mudah untuk dia penuhi?" Tanya Pak Robby penasaran, dan Pak Yusuf pun menanggapinya dengan tertawa pelan.

"Percayalah..bahkan Pak Robby pun belum tentu mampu untuk memenuhi ke dua syarat tersebut" ucap Pak Yusuf sambil tersenyum penuh makna.

****Mohon bantuan dan do'a nya ya man teman..😙😉

Dengan cara vote..like dan komen.

MAKASIH🙏🙏🙏**

Terpopuler

Comments

jangkaremas

jangkaremas

seruuu..

2024-07-14

0

then_must_nanang

then_must_nanang

syarat pak Kiai memiliki makna yg sangat dalam.
Ya begini ini cerita yg aku suka.
semangat buat authornya.

2023-08-31

0

Dwi Ningsih

Dwi Ningsih

semangat...ricky..!!!!

2022-03-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!