“Belum, Mbak Nisa. Aku hanya memasak saja tadi untuk keluarga Bibiku. Aku terburu-buru karena takut Bibiku itu terbangun. Bibiku mana mau mengizinkanku untuk bekerja di Kota” Jelasnya panjang lebar.
“Astaga, Neng geulis. Untung saja tadi Mbak buatnya lebih. Ini kamu makan saja. Mbak sudah sarapan tadi sama Kang Tono sebelum berangkat ke restaurant.” Anisa menyodorkan nasi goreng yang dia buat banyak. Dia sengaja membawa bekal. Siapa tahu dirinya akan lapar lagi.
“Ini serius, Mbak? Buat aku, Nanti Mbak Nisa kelaparan gimana?” Tanya Natasya sebelum meraih kotak yang berisi nasi goreng itu.
“Nih ambil saja! Itu masalah gampang nanti kita beli diwarung pinggir jalan. Yang penting penyakit magh kamu itu tidak kambuh lagi.” Ucap Anisa sembari menyodorkan kotak itu lagi.
“Terimakasih ya Mbak Nisa, Mbak memang baik sekali.” Natasya meraih kotak bekal itu, Natasya sangat kagum dengan perlakuan Anisa yang sangat baik kepadanya sedangkan Arumi tidak pernah bersikap baik kepadanya semenjak dirinya tinggal disana.
“Iya sama-sama. Ayo dimakan toh habis itu kita bisa istirahat.” Ucap Anisa lagi.
“Pak Adi. Sudah sarapan kah?” Panggil Sinta menanyai lelaki paruh baya itu.
“Sudah atuh neng. Monggo neng makan saja.” Balas Pak Adi sambil tersenyum.
Natasya membuka kotak nasi itu. Dia mulai memasukkan nasi itu sesuap demi sesuap dengan sendok kedalam mulutnya. Bisa-bisanya perempuan itu lupa sarapan. Memang benar kalau dirinya mempunyai riwayat penyakit magh. Akibat perempuan itu setiap hari sering bekerja dan lupa makan. Bukan hanya lupa tetapi dia setiap hari mendapatkan nasi sisa dari keluarga bibinya. Jika Natasya membuat kesalahan, bibinya akan memarahinya habis-habisan. Sampai perempuan itu dihukum untuk tidak makan seharian. Jadi wajar jika Natasya mempunyai riwayat penyakit magh.
Setelah selesai makan, Natasya melirik Anisa yang diam saja dari tadi. Ternyata Anisa sudah terlelap, terlihat dari nafasnya. Ada rasa kasihan dengan masalah yang dihadapi Anisa, sampai Anisa rela meninggalkan suaminya untuk bekerja di kota.
“Huh.. kita harus semangat Mbak Nisa. Kita pasti bisa melalui ini semua.” Batin Natasya sambil menutupi badan Anisa dengan jaket yang dia kenakan.
Natasya memainkan kembali ponsel jadulnya itu. Sudah banyak pesan dari bibinya itu. Pesan itu isinya umpatan kesal dan umpatan pedas. Membuat Natasya meringis membacanya.
[Anak gak tahu diuntung]
[Anak Sialan. Main kabur begitu saja]
[Kamu berani kabur dari saya]
[Ingat kamu bawa uang yang banyak]
[Bayar sewa kamu selama tinggal disini]
[Aku sudah hitung lebih 20 juta]
Begitulah isi pesan yang dikirim oleh Bibinya. Enak saja 20 juta, dirinya saja yang seperti pembantu dirumah itu tidak digaji sama sekali, dikasih makan saja jarang. Jika saja Natasya berani melawan perempuan itu sejak dulu dia akan meminta gaji kepada bibinya, namun Natasya bukan orang yang seperti itu dan dia juga tidak berani melawan orang tua.
Tidak mau memikirkannya dan tidak mau diambil pusing. Natasya memilih untuk tidak membalas pesan dari Bibinya yang akan menjadi masalah panjang baginya nanti.
Natasya kembali menaruh ponsel jadul itu kedalam tasnya. Natasya memilih untuk beristrirahat dan mulai memejamkan matanya. Karena kantuk matanya sudah mulai menyerangnya. Tidak butuh waktu lama dirinya mulai terlelap menyusul Anisa ke alam mimpi.
***
Marchel Teguh Pratama pria tampan dan pembisnis muda yang sukses memiliki perusahaan dengan cabang di seluruh dunia. Pria yang berumur 27 tahun itu mempunyai sifat dingin, arogan dan sombong. Bahkan tak segan-segan menghancurkan siapapun yang akan mengusik hidupnya.
Marchel telah sampai dikantornya disambut oleh Kinan yaitu asisten pribadi sekaligus sekretarisnya yang sangat setia. Semenjak Marchel membangun usahanya Kinan adalah satu-satunya orang yang selalu setia menemani dan membantunya, bahkan disaat kondisinya terpuruk pun Kinan tidak pernah berpikir sekalipun untuk meninggalkan Marchel. Kinan sangat tahu dan mengenal semua tentang kehidupan Marchel. Hingga masalah pribadi maupun keluarga pun tak luput dari pengetahuannya Kinan.
“Selamat Pagi, Tuan.” Sapa Kinan.
“Hmmm.” Jawab Marchel dingin seperti biasanya.
“Maaf, Tuan. Hari ini ada meeting dengan klien dari perusahan T-Group.” Ucap Kinan mengingatkan atasannya.
“Jam berapa?” Tanya Marchel dengan nada singkat.
“Jam 11, Tuan.” Sambung Kinan.
“Baiklah kamu keluar saja. Lanjutkan pekerjaanmu.” Perintah Marchel.
“Baik, Tuan. Saya permisi dulu.” Pamit Kinan yang langsung menuju ruangannya.
Siang harinya, selesai meeting dengan perusahaan T-Group, Marchel kembali keruangannya. Dia melempar jas ke atas sofa lalu mengirim pesan ke sekretarisnya untuk mengantarkan makanan.
Setelah makan siang pria itu mulai melanjutkan pekerjaan yang tertunda.
Sore harinya, Marchel pulang dari kantor diantar oleh Kinan seperti biasa. Marchel tidak pulang kerumah namun pria itu pulang ke Apartement miliknya. Suasana hatinya sedang tidak baik, karena itu dia menyendiri di Apartemen.
***
“Mbak Anisa... Mbak...” Natasya menepuk pipi Anisa yang tak kunjung bangun dari tidurnya. Sekarang mereka sudah sampai di Kota Jakarta.
“Mbak...ayo bangun! Kita sudah sampai... Mbak.” Ucapnya lagi.
“Euhhh... Hoaammmm.” Anisa menguap lalu meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal.
“Kita dimana ini, Nat?” Tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.
“Kita di neraka, Mbak.” Kata Natasya dia mulai menjahili Anisa.
“Kamu serius, Nat. Mbak bahkan belum mau mati
Mbak belum puas ena-ena dengan suami Mbak.” Ucap Anisa masih setengah sadar.
“Hehehe... Neng Anisa nyenyak sekali toh tidurnya,kita sudah sampai di depan restaurant, Neng. Tetapi kata bos besok kalian boleh bekerja. Kalau Neng mau cari kontrakan ayo Bapak Antar.” Timpal Pak Adi.
“Ya ampun, Mbak Nisa. Di kepalanya isinya yang itu saja. Gak tau apa masih ada anak yang masih di bawah umur.” Protes Natasya sangat heran. “Iya sudah kalau begitu. Jika Pak Adi tidak keberatan untuk mengantar kita.” Sambungnya lagi menimpali Pak Adi.
“Saya tidak keberatan toh, itu sudah jadi kewajiban saya. Dekat juga kok, Neng. Ayo Bapak antar kesana.” Ucap Pak Adi.
“Makanya kamu cepat nikah sana, Nat. Biar kamu merasakan nikmatnya surga dunia.” Goda Anisa.
“Yaelah... ogah banget. Sudahlah, Mbak. Aku tidak ada waktu buat ngurusin jodoh dan begituan. Hidupku saja terbilang sangat rumit. Apalagi aku menikah. Huh...tidak kebayang nantinya nasib aku bagaimana.” Tutur Natasya bergidik ngeri membayangkannya, padahal selama ini dia tidak pernah berpikiran untuk menikah apalagi mengenal kaum adam. Walaupun Rafka sering mengejarnya dulu, Natasya tidak pernah menghiraukan laki-laki itu.
“Ya sudah ayo kita cari kontrakan saja. Mbak doakan semoga jodohmu nantinya orang kaya, agar kamu tidak diremehkan oleh orang lain.” Doa Anisa dia sangat berharap Natasya mendapatkan kebahagiaan.
“Aamiin.” Ucap mereka berdua hampir serentak
Mereka bertiga turun dari mobil mencari kontrakan di belakang restaurant tempat mereka bekerja. Setelah menempuh perjalanan selama 15 menit mereka mendapatkan kontrakan perbulan 500 ribu. Natasya dan Anisa mengambil satu kamar saja untuk menghemat biaya. Kamarnya juga tidak terlalu sempit dengan kasur muat untuk 2 orang. Dilengkapi dengan kamar mandi dan juga dapur yang tidak terlalu luas.
Setelah selesai berbincang-bincang dengan pemilik kos. Pak Adi berpamitan pulang karena hari sudah mulai gelap. Pemilik kos juga kembali kerumahnya setelah menerima uang sewa selama satu bulan. Natasya dan Anisa masuk ke dalam kamarnya mereka menata rapi barang-barangnya. Setelah itu mereka berdua membersihkan badannya dan mulai tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments